The Beginning

3.3K 257 6
                                    

Jam 2 dini hari. Taehyung masih terjaga sementara orang tuanya, orang tua Jimin dan Jimin sendiri sedang tertidur lelap di tempat masing-masing.

Satu hal yang membuat Taehyung tak bisa tidur atau sekedar memejamkan mata. Dia masih merasa bersalah kepada Jimin. Mencuci muka mungkin bisa membuat pikirannya sedikit tenang.

Taehyung cukup yakin, serentetan kalimat yang sudah disusunnya selama berada lebih dari 10 menit di dalam kamar mandi, cukup untuk mewakili apa yang sedang dia rasakan juga inginkan. Dan seharusnya Jimin bisa mengerti.

"Tarik nafas.. keluarkan.. tarik nafas.. keluarkan." Monolog Taehyung.

Setelah dirasa siap, Taehyung membasuh wajahnya sekali lagi. Berharap satu tangkup air itu berhasil menyembunyikan raut tegangnya.

"Yosh. Aku harus bisa, ini semua demi Jimin."

Taehyung berjalan dan membuka pintu kamar mandi dengan wajah semangat beserta senyum kotak andalannya.

"Jimin.."

Tak disangka, yang pertama kali menyambut pandangannya adalah Jimin yang sedang menunduk lesu. Dan begitu mendengar suara Taehyung menyebut namanya, seketika Jimin mendongak dengan ekspresi terkejut dan sedikit.. takut?

Taehyung maupun Jimin terdiam. Keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

Terlalu lama larut dalam keheningan, Taehyung berjalan pelan menghampiri Jimin yang kembali menunduk tanpa mau memandangnya.

"Jimin.. mianhe.."

' Maafkan aku juga Tae.. '

"Ak-aku tau apa yang kukatakan kemarin salah."

'Tidak, bukan kau yang salah. Tapi aku.'

"Aku tidak pernah merasa seperti itu Chim. Satu kalipun aku tidak pernah menyesal pernah mengkhawatirkanmu."

'Ak-aku..'

"Aku hanya kecewa. Kenapa kau lebih memilih mereka yang selalu menyakitimu bahkan sampai kau seperti ini, dari pada keluargaku yang selalu menyayangi dan mengkhawatirkanmu. Maaf kalau aku berlebihan. Tapi aku hanya tak ingin kau semakin menderita lagi."

'Tae...'

"Tapi semua itu terserahmu. Aku, Appa ataupun Eomma tidak bisa melarangmu untuk memilih sesuatu. Asalkan kau bahagia, kami pasti juga akan merasa bahagia Chim. Aku hanya bisa berharap, Appa dan Eomma mu menepati janji mereka untuk menyayangi dan membuatmu bahagia."

Tidak tidak. Ini sangat melenceng jauh dari apa yang sudah Taehyung susun tadi. Bukan seperti ini yang ingin dia katakan.

Sesungguhnya.. Taehyung ingin membujuk Jimin agar mau ikut pulang ke rumah keluarga Jung, bukan ke rumah Appa dan Eommanya. Karena sungguh, Taehyung masih ragu apakah Jimin akan benar-benar bahagia jika pulang ke rumahnya sendiri.

Berbagai pemikiran negative terus memenuhi otaknya. Bagaimana kalau Jimin akan kembali menderita? Bagaimana kalau Appa dan Eommanya tidak benar-benar menyayangi Jimin? Bagaimana kalau apa yang mereka janjikan tidak benar-benar ditepati? Bagaimana kalau apa yang mereka katakan hanya sebuah kebohongan saja?

Dan masih banyak 'bagaimana kalau' lainnya yang bermakna negative menghampiri pikiran Taehyung.

Sudah dikatakan bukan, kalau Taehyung terlalu menyayangi Jimin? Melihat Jimin menderita selama ini membuatnya begitu over protective dengan Jimin, apalagi setelah kejadian tersebut.

Mungkin ini terdengar berlebihan mengingat Taehyung sama sekali tak punya hubungan darah dengan Jimin, tapi entah kenapa rasanya melihat Jimin menderita adalah sebuah pantangan tidak hanya bagi Taehyung, tapi juga bagi Hoseok dan Yoongi.

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang