Happy reading guys 😊
Bela POVPagi ini sangat cerah, ditemani oleh semilir angin yang sangat sejuk. Hangat sinar matahari, wangi bunga dan tanaman dari arah taman sekolah sudah pasti membuat suasana damai warga sekolah, namun bukan hal itu lah yang Bela rasakan saat ini ia merasa sangat marah dan jengkel.
Ketika ia ingin pergi ke kantin sekolah, ia melihat sepatu barunya di gantung cantik di atas plafon ruangan OSIS.
Ia merasa hari itu seolah ada badai yang menghampiri dirinya. Bela berjalan cepat menuju kelasnya, kelas XI Akuntansi 1, untuk menemui si pembuat onar.
Kelas yang dulunya sangat damai dan harmonis kini berubah menjadi kelas yang terlihat gaduh dan menyebalkan saat dani menjadi salah satu penghuni kelasnya.
Bela berjalan cepat menuju meja Dani, disana terlihat dani dkk sedang mengobrol sambil bercanda.
Bela mendorong dani yang sedang duduk di atas meja, sampai dani terhuyung jatuh ke lantai. "Apa apaan sih lo, dateng dateng udah kayak banteng aja nyeruduk nyeruduk" ucap dani sambil membersihkan seragamnya.
"Dia kangen sama lo kali dan" ucap egi.
"Ah dia mah kangen nya sama gue lah mana mungkin sama dani" tambah jaya kepedean, dasar gundul, pedangdut kepedean lagi rutuk bela dalam hati.
"Elo tuh yang apa apaan, pasti lo kan yang ngegantung sepatu gue ke atas plafon" ucap bela menggebu - gebu.
Dani melihatnya bingung,
Dani berjalan mendekat ke arah bela melihat itu pun bela berjalan mundur.
"Kalo iya emang kenapa?" Tanya dani sambil berjalan maju membuat bela mentok menempel di dinding.
Bela mendorong dani
"Lo tuh ya-" Ucap bela sambil menunjuk nunjuk dani namun dani menangkap tangannya."Kenapa Gue? Ganteng? Kok lo baru nyadar?" dani berjalan kembali pada kawan kawannya yang sedang bermain catur.
"Daniiiii! Ambilin sepatu gue sekarang!" Ucap bela sambil menghentak - hentakkan kakinya.
"Tapi ada syaratnya" jawab dani sambil menampakkan tampang yang sangat menjengkelkan.
"Sini lo" ucap dani meminta bela mendekat, bela merasa ada yang tidak beres ia pun berjaga - jaga dengan menyembunyikan penghapus whiteboard di balik punggungnya.
Setelah bela mendekat "kecupan pagi nya mana?" Tanya dani sambil menunjuk nunjuk pipinya, kesabaran bela sudah di ambang batas ia sangat jengkel dengan sikap dani.
"Nih, makan nih kecupan" bela menempelkan penghapus whiteboard di muka dani, kemudian ia berlari ke depan kelas.
Mungkin hari ini adalah hari sial bagi bela ia menabrak seseorang yang terkenal sangat arogan, bossy dan pemarah. Perfect sekali untuk mengidap penyakit darah tinggi. Tapi bukan bela namanya bila ia takut pada seseorang kecuali mamanya, berani sama mama mah sama aja puasa selama sekolah.
Bela mengangkat wajahnya, cowok dihadapannya itu menatapnya garang namun bela malah memelototinya balik "Apa lo, nongol di tengah jalan lo kira jalanan punya nenek moyang lo" sembur bela. Cowok di hadapannya semakin kesal ia berjalan maju dan bela hanya bisa melangkah mundur
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (ON EDITING)
Teen FictionAku tak perlu hujan untuk melihat pelangi. Aku hanya cukup menatap matamu. aku tak perlu mati untuk merasakan indahnya syurga. Aku hanya cukup memilikimu. meskipun aku hanya bisa melihat pelangi tanpa merasakan indahnya syurga, aku ingin tetap bisa...