Selamat Membaca 😊😊😊Suasana kelas sangat sibuk pada siang itu. Ada yang berkutat dengan buku jurnal dan kalkulator, ada yang sedang menulis contekan, ada yang main lempar lempar kertas dan ada yang hanya melihat buku salah satunya adalah dani. Ya, ia hanya melihat tanpa mencoba menjawab pertanyaan akuntansi yang tertulis rapi di bukunya.
"Oy kunyuk, jawaban gak bakalan muncul kalo cuma lo liatin kayak gitu" celetuk Egi teman sebangku dani.
"Diem lo, gue lagi nunggu wahyu ilahi" jawab dani yang semakin serius menatap bukunya.
"Ini nih efek keseringan nge dance, otaknya kejungkir" ucap egi sambil memencet mencet tombol kalkulator.
"Kepada peserta lomba drama musical, agar menuju auditorium sekarang juga terima kasih" suara panggilan pun berakhir.
"Alhamdulillaaaah, tuh kan. Doa anak soleh pasti di dengar sob.. gue cabut ya" ucap dani menutup bukunya dan melenggang keluar kelas.
Di sisi lain di ruangan auditorium, bela, olivia dan bu made sedang menyiapkan property untuk latihan drama. Olivia dan bela sedang bergotong royong memindahkan alat alat band ke pinggir ruangan.
"Liv, angkat keles berat noh" olivia hanya meliriknya tanpa minat.
"Ya elah malah lirik lirik lagi awas lo entar suka" imbuh bela lagi.
Sepertinya Olivia sedang kedatangan tamu bulanan pada hari itu sehingga bela tidak ingin mengganggunya lagi, bela pun segera menyuruh Olivia untuk duduk dan menyerahkan alat alat band tersebut kepadanya.
Dari seberang tempat bela berdiri ia menangkap bayangan dani sedang mengoleskan pomade ke rambutnya kemudian menyisirnya, jujur saja bela selalu hafal dengan kegiatan rutin tersebut. Ia pun tidak menghiraukannya dan kembali pada aktivitas semula, memindahkan alat alat band ke pinggir ruangan.
"Rabella ... " bela mendengar sebuah bisikan di pinggir telinganya. Bela kembali berjalan ke pinggir ruangan
"Bella ... " suara itu kembali mengganggunya.
"Si kampret di panggilin kagak noleh noleh heran gue" akhirnya dani mengungkapkan kekesalannya.
"Ya siapa suruh manggilnya bisik bisik, kayak tetangga aja lu" timpal bela seraya meletakkan gitar dan alat alat band lainnya di pinggir ruangan.
"Hehehe makin judes makin cantik aja lu bel" ucap dani sambil memainkan ujung rambut bela.
"Paan dah" bela menepis tangan dani yang mencoba memainkan rambutnya.
"Kayaknya bini lo nanti bakalan kena darah tinggi deh kalo tingkah lo kayak gini" ucap bela sambil duduk bersila di pinggir olivia.
"Loh, kok kamu malah berdoa pengen darah tinggi sih?" Tanya dani ambigu.
"Maksud lo?" Tanya bela dengan raut bingung yang jelas dengan alis bertaut.
"Bukannya lo calon bini gue?" Raut wajah bela langsung berubah datar.
"Ah elah, udah ah ngga usah kaget gitu. Aku tau kok kamu sayang banget sama aku" ucap dani yang kemudian mendapat hadiah jitakan dari bela.
"Penuh kasih sayang, ini nih yang bikin makin sayang" bela hanya memutar bola matanya malas.
"Kayak tukang bajai aja lu suka gombal" ucap bela menghadapkan pandangannya ke arah bu made.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (ON EDITING)
Teen FictionAku tak perlu hujan untuk melihat pelangi. Aku hanya cukup menatap matamu. aku tak perlu mati untuk merasakan indahnya syurga. Aku hanya cukup memilikimu. meskipun aku hanya bisa melihat pelangi tanpa merasakan indahnya syurga, aku ingin tetap bisa...