Happy reading guys 😊
Bela POV
Bela meletakkan tas ranselnya di ujung kamar ia pun memulai acara mandi bebeknya, selesai mandi bela menjatuhkan dirinya di atas kasur. Ia benar benar lelah hari ini, dari sekolah menuju rumah ia harus berjalan kaki karena supir pribadi keluarganya sedang pulang kampung bersama pembantu rumahnya. "Papa sama mama kapan pulang ya?" Bela bergumam sendiri, sebenarnya ia merasa sangat kesepian di rumah karena papa dan mama nya sedang menyelesaikan urusan pekerjaannya di Aussie dan kakaknya jill sedang mengikuti kompetisi tari kontemporer di Amerika. Karena bosan dan lapar yang tak bisa di tahan akhirnya ia memutuskan keliling komplek untuk mencari paman langganannya yang menjual nasi goreng ternyata rasa lelahnya terkalahkan oleh rasa laparnya.
Bela mengganti baju piamanya dengan kaos lengan panjang berwarna hijau dan celana jeans hitam selutut, tidak lupa ia menguncir rambut gelombangnya.
Bela mengeluarkan sepeda gunung milik jill. Ia mengayuh sepeda dengan santai melewati rumah rumah besar di samping jalan. Rumah-rumah di sekitar tempat tinggal bela memang besar namun jarang ditinggali, apalagi mereka yang memiliki pekerjaan super sibuk seperti orang tua bela rumah itu sudah pasti kosong.
Ketika bela berjalan sampai di gerbang komplek ia tidak menemukan tukang jual nasi goreng yang biasanya ia beli, ataupun paman yang biasa menjual putu ayu.
Karena perut nya benar benar tidak bisa di ajak kompromi, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kafe terdekat.
Sebenarnya bela tidak suka pergi ke kafe, apalagi sendirian seperti sekarang ia lebih suka memesan makanan cepat saji ke rumahnya.
Tapi karena ia sudah terlanjur berada di luar rumah, ia pun memutuskan membeli makanan kesukaaannya, nasi goreng.
"Mba' nasi goreng sama jus alpukat satu, french fries dua, sama cupcake coklat dua" entah kenapa hari itu bela sedang ingin makan banyak.
Baru kali pertama bela mengunjungi kafe ini, ia langsung jatuh cinta pada tempat itu.
Kafe ini unik, terdiri dari beberapa ruangan yang terletak di atas dan bawah. Setiap ruangannya berbentuk bulat dan setiap ruangan berbeda warna, karena bela menyukai warna ungu ia memasuki the calmly purple room. Semua benda di dalam purple room ini berwarna ungu, dan dekorasinya semua berbentuk bulat. Kafe ini ramai namun tenang, dan juga suasananya sangat nyaman dan hommy. Mungkin setelah ini bela akan sering berkunjung di kafe pinggir jalan ini.
"Selamat menikmati" ucap mba' waiter ramah memakai seragam ungu. Bela hanya tersenyum ia mengocek ponselnya karena biasanya jam jam seperti sekarang itu, jill akan mengiriminya pesan untuk mengangkat telpon, dan benar jill sedang menelponnya.
"Loha" ucap bela sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. "Gembeeeeel, gue kangen banget sama looo, kenapa sih lo gak pernah nerima skype gue?" Bela menjauhkan ponsel dari telinganya, karena kalau tidak gendang telinganya akan pecah akibat suara cempreng jill.
"Laptopnya kan lo bawa?" Ucap bela mengembalikan ponsel ke telinganya. "Ya, yaiya sih? Tapi kan gue nge-skype lo pake hape masa lo angkat pake laptop? Dodol banget sih lo? Ade siapa coba?" Sudah dipastikan di seberang sana jill geleng geleng.
"Kak, lo gak pengen pulang apa jengukin gue gitu apa bawain gue seonggok menara eiffel gitu?" Tiba tiba seseorang duduk dihadapan bela dan mencomot french fries milik bela. Bela mencoba melempar laki laki itu menggunakan sendok dan laki laki itu menunduk, alhasil sendok itu mendarat dengan mulus di lantai dan menimbulkan kebisingan ditambah lagi dengan suara jill yang berteriak
"Bela, lo dengerin gue gak sih?"
Karena suasananya tidak memungkinkan untuk membalas teriakan jill, bela mematikan ponselnya dan memberi isyarat meminta maaf pada semua orang. Mereka pun kembali pada aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (ON EDITING)
Teen FictionAku tak perlu hujan untuk melihat pelangi. Aku hanya cukup menatap matamu. aku tak perlu mati untuk merasakan indahnya syurga. Aku hanya cukup memilikimu. meskipun aku hanya bisa melihat pelangi tanpa merasakan indahnya syurga, aku ingin tetap bisa...