New School

278 30 13
                                    

Tap...tap...tap...

Terdengar suara langkah kaki yang tidak aku ketahui dari mana asalnya. Aku mulai menoleh ke arah belakang mencari siapa yang mengikutiku dan melihat wajah sangar sosok pria dengan seringainya yang tajam.

Aku berbalik badan, pria itu semakin mendekat. Kemudian, aku mulai mundur tiga langkah ditambah dua langkah lagi dan pria itu masih mampu mendekatiku hingga aku berada di tepi tebing.

Aku mulai terdesak dan...

"AHHH!!" Aku terbangun dari tidurku dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kenapa kamu teriak-teriak?" Mama membuka pintu kamarku.

"Hyufft. Rupanya mimpi buruk," gumamku dalam hati tanpa menjawab pertanyaan mama.

"Kalau ditanya tuh dijawab. Ini udah pagi, hari pertama kamu masuk sekolah. Bukannya mandi, malah teriak-teriak,"

"I..itu ma..." Aku berusaha menjelaskan.

"Kalau dibilangin tuh gausah nyaut,"

"Tt..tapi.." Aku mulai terbawa emosi.

"Gausah nyaut! Sana mandi," mama lekas pergi meninggalkan kamarku dan pergi ke dapur(serba salah).

06:30

Hari ini adalah hari pertamaku sekolah. Suasana baru, tempat baru, pakaian baru. Ah, rasanya sudah tidak sabar menikmati masa SMA yang selalu dibilang indah oleh orang banyak.

Awalnya merasa amat canggung karena teman yang berasal dari satu SMP denganku hanyalah Caca.

"Len baris di sana, yuk. Gue di depan lu nanti," Caca menarik tanganku.

"Ca tengok kanan kiri depan belakang. Siapa tahu ada cogan," aku berbisik kepada Caca.

"Gausah ngarep ada cogan. Liat dah, muka-muka calon anak IPA culun abis,"

"Sama aja lo ngomong kalau kita culun,"

"Ok ralat, kecuali gue,"

"Lho? Kok kecuali lo doang? Gue culun dong?" Kataku sambil menatap dalam ke arah Caca.

"Gue gak ngomong loh ya. Itu keluar dari mulut lo sendiri yang ngomong kalau lo culun. Hahaha," Balas Caca dengan nada meledek. Untung saja Caca masih aku anggap sahabat. Kalau bukan, sudah ku tempeleng palanya.

Dua anggota OSIS yang bernama Alvin dan Lidya adalah bagian yang bertanggung jawab atas kelasku. Mereka menuntunku beserta yang lain untuk pergi memasuki kelas yang nantinya akan menjadi kelasku ketika resmi diterima di sekolah ini.

Seperti dugaanku, aku dan Caca bukan hanya satu sekolah dan satu kelas. Ya! Kita sebangku(lagi).

"Kali ini kita duduk di belakang," kata Caca dengan semangatnya.

"Iya, Ca. Padahal saat SMP kita di bagian depan terus,"

"Jelas lah! Dulu kan kita duduk di depan karena gak kebagian duduk di belakang. Maklum keduluan yang lain. Hahaha,"

"Mungkin karena sekarang kita di lingkungan anak-anak IPA yang rata-rata isinya anak pintar. Makanya jadi kebalik, justru mereka berebut duduk di bangku paling depan bukan belakang,"

Meski tidak semua sekolah seperti itu, nampaknya itulah yang kurasai dengan Caca saat pertama masuk SMA.

"Pagi teman-teman," sapa kak Lidya kepada seluruhnya yang berada di kelas.

"Pagi," jawab serentak.

"Tak kenal maka tak sayang. Jadi kaka minta kalian berdiri bergantian memperkenalkan diri di depan kelas,"pinta kak Lidya.

SHSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang