Chapter 2

103 16 13
                                    

Ini adalah hari keduaku sebagai siswi SMA 1 Bandung. Tadi aku berangkat bersama Kak Januar (lagi). Tapi untungnya aku gak terlambat seperti kemarin. Terlebih mungkin aku berangkat terlalu pagi. Karena saat aku masuk kelas, kelasnya masih kosong.

"Hmm.. Pada belum dateng semua. Aku makan dulu ah," ucapku.

Saat aku membuka kotak bekalku, ternyata aku hanya dibawakan roti plus selai coklat sama Bunda. Tak masalah, inilah menu sarapan favoritku.

"Hmm.. Enaknya. Tapi sayang cuma dibawain 2 helai doang. Tapi aku masih laper nih."

Aku melihat lagi kedalam tasku. Ternyata ada sekotar susu coklat.

"Alhamdulillah.. Untung dibawain susu. Lumayanlah buat ganjel perut."

Saat itu juga, aku teringat sesuatu. Pikiranku melayang jauh. Memikirkan hal yang sama.

"Siapa ya kira-kira siswa di sebelah bangkuku? Apa hari ini dia tidak akan hadir lagi? Tapi kenapa?" batinku.

Aku terus memikirkan siapa kira-kira teman sebangkuku nanti. Apakah dia cewek atau malah cowok. Tapi aku berharap dia adalah cewek.

Mungkin aku terlalu serius memikirkan hal itu. Sampai aku tak menyadari bahwa satu persatu teman sekelasku sudah datang. Sampai akhirnya...

"Dorr!" seseorang mengagetkanku.

"Astagfirullah.. Nisa kamu nyebelin. Kaget tau," ucapku.
"Hahaha.. Iya deh maaf. Lagian kamu sih, aku udah salam tapi gak dijawab-jawab," sergah Nisa.
"Oh ya? Oke maaf aku gak denger. Ya udah kamu salam ulang aja."
"Salam ulang? Oke. Assalamu'alaikum cantik."
"Wa'alaikumsalam cantik."
"Nah gitu dong. Eh, ngomong-ngomong kamu kayaknya tadi lagi ngelamun ya? Mikirin apa sih?" tanya Nisa. Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Jangan bilang kamu mikirin teman sebangkumu lagi?" tuduh Nisa. Aku hanya mengendikkan bahu. Dan berjalan keluar kelas untuk membuang kotak susu tadi.

"Ih.. Yashinta.. Kok gak jawab sih..." teriak Nisa di belakangku.
"Iya deh aku jawab." jawabku.
"Apa jawabannya?" tanya Nisa.
"Emang pertanyaannya apa?" tanyaku sambil mengerutkan dahiku.
"Ihh... Kamu nyebelin ya ternyata. Ditanya malah balik tanya. Au ah," ucap Nisa.

Aku gemas melihatnya seperti itu. Dengan ekspresinya yang cemberut itu membuat pipi tembamnya terlihat semakin cubby. Menggemaskan sekali. Tawaku seketika meledak. Dan Nisa semakin mengerucutkan bibirnya.

"Oke oke. Jawabannya... Yak kamu benar. Aku emang lagi mikirin dia," ucapku.
"Kenapa sih kamu mikirin dia terus?" tanya Nisa.
"Ya gakpapa. Aku cuma penasarannya aja sama dia."
"Hmm.. Ngomong-ngomong hari ini dia masuk gak ya, Yas?" tanya Nisa. Aku hanya mengendikkan bahu (lagi).
"Eh tapi, aku dengar dia kemarin lagi sakit. Katanya sih dia udah opname sejak minggu lalu," ucap Nisa.
"Oh.. Ya udah deh. Semoga dia cepat diberikan kesembuhan oleh Allah."
"Iya. Amin.."

Setelah itu, kakak OSIS yang menegurku kemarin, masuk ke kelasku.

"Pagi semua," ucap kakak itu.
"Pagi, kak," jawab kami serempak.
"Oke. Perkenalkan nama gue Rayhan. Gue akan jadi pendamping kalian selama MOS. Paham?"
"Paham, kak"
Ih.. Jutek banget sih. Gak tau cara senyum kali ya, batinku.

"Oke. Sekarang siapkan buku kalian. Lalu keliling sekolah dan minta tanda tangan dari semua anggota OSIS. Jangan lupa nama terang. Minimal kalian harus dapet 25 tanda tangan. Paham?"
"Paham, kak."
"Good. Kalian hanya di beri waktu 2 jam. Dimulai dari sekarang."

Serentak semua siswa berlarian keluar kelas dan berebut meminta tanda tangan semua anggota OSIS. Dan aku? Aku hanya pasrah saat tanganku ditarik kesana kemari oleh Nisa. Dan setelah hampir 1 jam, aku dan Nisa berhasil mendapat 20 tanda tangan.

"Oke, kita harus dapetin 5 tanda tangan lagi. Kalau bisa lebih deh," ucap Nisa. Aku hanya mengangguk.

"Eh, Nis, itu kan Wakit ketua OSIS. Ayo cepat minta tanda tangannya," ucapku sembari menarik tangan Nisa.

Setelah kami mendapat tanda tangannya, kami diberi kertas yang berisi petunjuk. Sebuah petunjuk dimana keberadaan Ketua OSIS SMA 1 Bandung ini. Aku baru sadar kalau aku ternyata belum mendapat tanda tangan dari KETOS itu sendiri. Akhirnya kubuka kertas itu dan...

"Aku berada di sebuah bangunan. Bangunan yang megah. Bangunan ini akan ramai dikunjungi di waktu tertentu. Dan akan terdengar suara menggelegar di 5 waktu tertentu. Bangunan yang suci," kubaca petunjuk itu.

Aku dan Nisa pun mulai berpikir. Dan..
"MASJID." Kami menjawab dengan serempak.

Lalu kami pun berlari ke arah masjid yang tampak sepi dari luar. Namun saat kami masuk, ternyata di dalam sana telah berkumpul seluruh anggota OSIS dengan KETOS di bagian tengah. Aku dan Nisa bersorak gembira.

"Kenapa gak dari tadi aja kita kesini. Jadi gak pakek nyumpel-nyumpel buat minta tanda tangan OSIS. Sedangkan disini mereka udah stand by. Dan gak ada siswa yang kepikiran kesini," ucap Nisa lirih.
"Yak, betul. Oke, tunggu apalagi? Ayo kita minta tanda tangan sebanyak banyaknya," jawabku sembari tersenyum lebar.

Dan kami pun berhambur meminta tanda tangan dari seluruh anggota OSIS yang ada disini. Setelah selesai, ternyata kami berhasil mendapat 50 tanda tangan. Woww.. Luar biasa.

Kami memutuskan kembali ke kelas. Dan ternyata kelasnya masih kosong. Aku memutuskan untuk membaca novel yang kubawa. Sedangkan Nisa? Dia sedang makan sambil mendengar lagu dari hand phonenya.

Tak terasa, 1 jam telah berlalu. Satu persatu teman sekelasku mulai memasuki kelas dengan wajah lesu mereka. Sangat terlihat jelas bahwa mereka sudah sangat kelelahan. Tak berapa lama, disusul oleh kak Rayhan.

Oh ya, aku lupa menyampaikan bahwa kak Rayhan menjabat sebagai wakit ketos. Yaa, dialah yang memberikan kertas petunjuk itu kepadaku dan Nisa. Sungguh aku sangat beruntung hari ini.

"Oke. Apa kalian capek?" tanya kak Rayhan.
"Bangeett..." jawab kami.
"Baiklah, sekarang kumpulkan buku kalian dan silahkan istirahat," ucap kak Rayhan.
"Horeee..."
Semua siswa serempak berhamburan.

"Yashinta, kamu gak makan?" tanya Nisa.
"Udah kok."
"Ke kantin yuk, Yas."
"Ayo."

Saat di kantin, Nisa segera memesan burger dan segelas cappucino. Sedangkan aku hanya memesan segelas milo. Aku tak berniat memesan makanan. Karena aku merasa masih kenyang.

"Oh ya, Yas kamu nanti pulang di jemput kakakmu lagi?" tanya Nisa.
"Kayaknya nggak. Nanti aku mau coba naik angkutan umum aja. Sekalian sambil belajar. Jaga-jaga kalau kakakku lagi gak bisa jemput."
"Oh gitu. Ya udah, bareng aku aja. Aku juga mau naik angkot."
"Yeyy.. Jadi aku ada temannya deh."
"Hahaha... Aku khawatir nanti kamu nyasar, Yas."
"Gak bakalan aku nyasar. Aku udah hafal jalanan di Bandung."
"Ya deh, terserah."

Setelah makanan dan minuman kami habis, kami kembali ke kelas. Dan ternyata sudah di perbolehkan untuk pulang. Aku dan Nisa segera menuju jalan raya dan menunggu angkot lewat. Saat ada angkot yang lumayan lenggang, kami segera menaikinya. Sekitar setengah jam perjalanan, aku turun di depan perumahan tempatku tinggal. Nisa belum turun. Dia masih harus naik angkot sekitar 3 km lagi dari sini.

Sesampainya di rumah...
"Assalamu'alaikum.." ucapku.
"Wa'alaikumsalam," jawab seseorang dari dalam sana. Yang ku yakini itu suara kakakku.
"Lho.. Kok kamu pulang sendiri? Kenapa gak ngabarin kakak? Kan bisa kakak jemput nanti," ucap kak Januar.
"Yashinta sengaja gak ngabarin kakak. Yashinta pengen belajar naik angkot."
"Iyaa.. Tapi nanti kalau kamu nyasar atau kamu keterusan atau kamu salah angkot gimana?"
"Ihh.. Kak Januar lebay deh. Buktinya sekarang Yashinta selamat wal afiyat sampai rumah kan?"
"Iya deh iya. Ya udah buruan masuk gih."
"Iya kakakku yang ganteng," ucapku sembari mencium pipi kanan kak Januar.
"Tau aja lo dek kalau gue ganteng."
"Idih.. Jangan ge-er dulu elah bang. Ganteng tapi masih aja jomblo. Hahaha..." ucapku dan berlari ke kamarku.
"Dasar adek gue, bisa banget ngerjain gue," teriak kak Januar dari bawah. Tawaku meledak seketika.

**********
Hai readers..
Pada penasaran sama teman sebangkunya Yashinta? Sabar yaa.. Tunggu lanjutan ceritanya.
Oh ya, jangan lupa vote & comment yaa..

Dan 1 lagi. Monggo dibaca cerita "Tinta Emas Arafah" by: NuningChusnah

Thank's
Sorry for typo's

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YashintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang