Hujan Panas

52 6 1
                                    

Aku menuntun kakiku sampai akhirnya kakiku berhenti dikoridor taman yang tadi.

“ikh..!!!”
Aku mengeram,menghentakan kakiku berulang-ulang,melopat kecil-kecil,dan mengacak-acak rambutku secara bersamaan,lalu aku berjongkok dan menyandarkan wajahku dilututku.

Aku ingin menagis.

  Padahal pada saat ditegur Ibu Hilda aku merasa biasa saja tapi sekarang efeknya mulai terasa.

Sepertinya aku melihat seseorang.

‘TUNGGU,

jangan jangan ada yang memperhatikanku
’batinku.

Aku berdiri dengan cepat,dan sekali lagi aku membuat malu diriku.

Kali ini sangat malu,karena itu adalah laki-laki yang menabrakku tadi.

Tanpa basa-basi aku mebalikan tubuhku dan berjalan cepat meninggalkannya.

Dia sedang menatap taman asrama,ada kemungkinan dia tidak melihatku mempermalukan diriku.

Jadi aku berhenti dan saat aku berbalik dia sedang memandangiku.

“APA!?”bentakku.

Aku tidak bermaksud membentaknya

“maaf aku…”lalu aku menyandarkan kepalaku pada tiang koridor dan menghembuskan nafasku pelan.

Aku benar-benar bingung,aku merasa bodoh.

“kau sedang apa?”tanyaku mengalihkan.

Terjadi keheningan.

“tidak ada”cukup lama dia menjawab pertanyaanku.

“kau marah?”Tanyaku sambil mendekatinya.

Tapi dia hanya terdiam.Terdiam dalam waktu yang lama bahkan dia tidak menatapku lagi aku hanya bisa melihat punggungnya.

aku sudah tau jawabannya
“kau marah...”Ucapku.

Bahunya bergetar naik dan turun,lalu aku mendengar suara cengigikan.

Dia menertawakanku?

Akupun berdiri tepat di sampingnya dan menatapnya dengan perasaan jengkel.

“Hahaha… ha”
ia melepaskan tawanya.

Tawanya yang nyaring.

Memangnya aku selucu itu?

Dia seperti tidak menyadariku,tapi lebih anehnya dia terlihat tenang walau sedang tertawa terbahak-bahak.

Lalu aku ikut tertawa,tertawa yang panjang dan nyaring sampai aku tersadar bahwa dia sudah berhenti tertawa dan memandangiku dengan wajah aneh.

“Apa yang lucu?”tanyanya.

“H-hah?”aku bingung,karna aku tertawa tanpa sebab.

Apa mungkin sekarang aku mengalami gangguan mental?.

“kau sendiri?”tanyaku.

Sekali lagi terjadi keheningan.
Sepertinya dia sedang mencari-cari jawaban

“Ada kucing jatuh dari atap tadi”jawabnya tenang sambil mengalihkan pandangannya.

Benarkah? kini situasinya menjadi lebih aneh dan canggung.

Aku menatap taman asrama,seketika aku mendengar suara bu Hilda dikepalaku.

“kau kenapa bisa disini?”tanyaku padanya.

“Karna aku berjalan kesini”jawabnya santai.

“maksudku apa yang menyebabkanmu berani berjalan kebagian asrama Putri?”Tanyaku lagi.

Nyata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang