CDD-12

10.7K 791 12
                                    


Dengan telaten Enes mengelap tubuh Ibu mertuanya dengan washlap, ia tak memperbolehkan Ibunya mandi karena sudah masuk waktu malam dan itu sungguh tidak baik untuk kesehatan di tambah kondisi Ibunya yang lemah akibat sakitnya.

Setelah di periksa tadi oleh Dokter Ibunya di diagnosa terkena batuk rejan, kondisi batuk ini disebut dengan pertusis, yakni sebuah kondisi kesehatan dimana bagia paru-paru dan saluran pernapasan mengalami infeksi akibat adanya bakteri.

Setelah selesai Enes langsung memakaikan Ibunya baju agar tak kedinginan, dan memapah Ibunya keluar kamar mandi.

"Ibu makan dulu terus istirahat ya" ujar Enes.

"Biar Ibu makan sendiri, kamu istirahat aja. Kamu pasti capek" Bu Ida mengambil alih mangkuk bubur dalam genggaman Enes, sungguh ia merasa tak enak dengan menantunya. merepotkan menantunya dengan mengurusi dirinya yang sakit.

Enes menganguk pelan, ia beralih pada bungkusan obat yang di tebus suaminya tadi, mengambil satu butir lalu menaruhnya di wadah kecil.

"Sebaiknya Ibu pulang aja, Ibu sudah nggak apa-apa Nes" ujar Bu Ida.

Enes tersenyum kecil

"Besok Ibu pulagnya, gak apa-apa ya malam ini nginep dulu di rumah sakit?" Jawab Enea yang membuat Ibu mertuanya menghela nafas pasrah.

Enes mengambil mangkuk yang sudah kosong lalu menyodorkan obat kepada Ibunya " minum obatnya dulu ya Bu, terus Ibu istirahat biar cepet sehat" ujar Enes.

Efek obat begitu cepat membuat Ibu Ida mengerjap mengantuk, Enes menyelimuti tubuh Ibunya yang sudah mulai tertidur lalu ia beranjak kearah sofa untuk menunggu suaminya datang.

Tadi sehabis mengantar mereka Suaminya langsung pamit ke majelis Ilmu, karena ia menjadi salah satu panitia disana, dan sebagai orang yang di beri amanah, Aqib merasa wajib untuk melaksanakan.

***

Suara pintu terbuka membuat Enes mendongkak dan senyumnya langsung terbit saat melihat suaminya telah datang, ia bergegas bangkit dari sofa lalu mencium tangan Aqib sopan. Dan senyumnya semakin merekah saat mendapat kecupan hangat suaminya.

"Assalamualaykum"

Wajah Enes kontan memerah saat melihat dari balik tubuh Suminya ada keluarganya serta Mysa yang nyengir lebar.

"Wa'alaykumsalam" jawab Enes lirih, ia mengembungkan Pipinya merajuk saat mendapati Papa dan adiknya menyeringai.

"Sekarang Papa gak kawatir, melihat kamu terlihat bahagia dengan.." Arfa menunjuk Aqib dengan dagunya membuat wajah Enes semakin merona.

"Papa!" Pekik Enes pelan, oh! Sungguh ia sangat malu di goda seperti ini.

"Gimana keadaan Ibu Nes?" Tanya Mamanya yang membuat Enes menghela nafas lega.

"Tadi Ibu udah di periksa, kata Dokter kalo besok batuk ibu mendingan. Ibu boleh pulang" jawab Enes.

"Mudah-mudahan lekas sembuh" ucap Dira yang langsung di Amini semuannya.

"Kau udah makan belum?" Tanya Aqib pada Enes yang tengah memainkan jemarinya. Enes hanya meringis tanpa menjawab membuat Aqib merasa bersalah.

"Ya Allah, makan dulu yah sama mysa juga biar gantian Mas yang jagain Ibu" titah Aqib.

"Tapi Mas.."

"Makan Enes! Nanti sakit" paksa Aqib.

Dira tersenyum kecil dari tempat duduknya.

"Sama Mama juga yuk" ajak Dira lalu menggandeng Enes dan Mysa untuk keluar kamar rawat Ibu Ida.

***

Setelah mengantar keluarganya pulang Aqib serta Enes kembali masuk ke kamar rawan Ibu mereka, tapi langkah mereka langsung terhenti saat mendengar isakan pelan.
Enes mendongkak memandang wajah suaminya yang langsung muram, tidak ada anak yang tak sedih melihat orang tuanya sakit bukan? Bagaimanapun Mysa tetaplah perempuan yang meluapkan rasa sedihnya dengan tangisan.

Enes menggenggam erat jemari suaminya, guna memberi kekuatan bahwa mereka akan melewatinya bersama, karena tugas istri adalah berbakti kepada suami dan tugas suami adalah berbakti kepada orang tua.

Enes tak iri dengan itu karena memang itulah kenyataanya. Ia tak akan pernah bisa memiliki suaminya untuk dirinya sendiri.

Aqib menghela nafasnya lalu berdehem, membuat tubuh yang bergetar itu tersentak, lali buru-buru Mysa mengusap air matanya agar tak ketahuan sang Abang yang akan membuatnya sedih.

"Kamu gak ngantuk Mys? Tidur gih" tanya Aqib, Mysa hanya mengangguk pelan lalu membaringkan tubuh mungilnya ke sofa panjang.

Enes menahan nafasnya, ya Allah hatinya begitu sakit melihat betapa malangya Mysa, di balik senyum cerinya tersimpan duka yang pedih. Dan air mata itu luruh, jatuh membasahi kemera Aqib yang tiba-tiba memeluknya.

"Sudah jangan lama-lama nangisnya" Aqib menepuk pelan punggung Enes yang bergetar, Aqib mengecup pucuk kepala Enes yang tertutup jilban. Membiarkan istrinya menangis. ia tak melarang istrinya berduka tapi cuma sesaat tak berlarut-larut. Karna sesungguhnya Allah tak suka yang berlebihan.

Karena memang sudah menjadi takdirnya bahwa setiap manusia pasti di uji.

Enes meredam tangisnya dengan cara membenamkan wajahnya pada dada Aqib agar suara tangisnya tak terdengar.

Ia sendiri yang berencana menguatkan Aqib tapi tak bisa melaksanakannya dan malah ia yang menangis karna tak kuasa melihat Adiknya yang malang.

Ya Allah kuatkanlah sang pemikul kalam-Mu, lindungi ia ya Allah-ku, agar ia menjadi gadis yang tegar dalam menapaki setiap rahmat dan ujianmu.

***

Enes terbangun saat merasakan pergerakan, matanya mengerjap perlahan "Mas mau kemana?" Tanya Enes parau saat melihat suaminya mencoba melepaskan belitan tangannya pada tubuh Aqib.

Semalaman mereka berpelukan, saling menguatkan satu sama lain, bahwa di balik kesedihan pasti ada kebahagiaan. Ibarat setelah hujan datanglah pelangi.

"Mau ambil wudhu" jawab Aqib pelan, Enes merenggangkan tubuhnya guna mengendurkan persendiannya yang terasa kaku, lalu melihat jam dari ponselnya. Tepat jam tiga pagi.

"Ikut " pinta Enes yang di angguki Aqib sebagai jawaban.

Enes mengikuti langkah Aqib masuk ke kamar mandi yang terdapat di kamar rawat Ibu Ida.

Enes menyiapkan perlengkan solat mereka, menggelar sajadah lalu mereka solat dengan khusuk, menghadap sang pencipta yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Ketahuilah jika kalian selalu mendekat kepada Allah, niscaya Allah juga akan mendekat padamu tapi jika kalian menjauhinya Allah pun akan menjauhi kalian.

Usai solat mereka di lanjutkan dengan tadarus, sesekali Aqib menerangkan isi kandungan pada setiap ayat yang mereka baca. Memaknainya sebelum merealisasikan di kehidupan mereka.

***

Lanjut nanti ya..

Maaf kalo selalu lama update, lagi sibuk, banyak yg di kerjain.

Maaf yah, dan typo juga.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang