Secret of the Black market

56 9 36
                                    

Hawoon meringkuk di atas kasur sambil terus memegangi perutnya, menahan rasa pedih yg membuatnya seharian diam terpaku di atas kasur. Ravi yg khawatir dengan keadaan Hawoon berusaha menghubungi Hyeri dan Hongbin karena sedari tadi Hawoon terus menolak untuk di bawa ke dokter dengan alasan rasa sakitnya akan hilang sendiri, tapi tetap saja kondisinya yg mengenaskan membuat Ravi ketakutan sendiri.

Tuuut ... Tuuut ... Tuuut ... Piiiip ...

Sekali lagi Ravi mendecak kesal karena Hongbin dan Hyeri tak kunjung mengangkat panggilannya.

"Hawoon-ah, kamu gak mau makan? Dari pagi kamu belom makan apa-apa loh. Kamu juga baru minum air putih sama susu doang kan hari ini." Ravi mencoba bicara dengan Hawoon.

Hawoon menggeleng lemah kemudian menutup matanya lagi. Ravi mengambil handuk kecil untuk mengelap keringat dingin yg bercucuran di dahi Hawoon.

"Oppa bikinin susu lagi mau gak?" tawar Ravi.

"Nggak usah," jawab Hawoon.

"Mau makan bubur aja gak?" tawar Ravi lagi.

"Nggak~" rengek Hawoon.

"Kalau buah?"

Bruk!

Tiba-tiba Hawoon berdiri dan melempar bantal ke arah Ravi.

"DI BILANG ENGGAK YA ENGGAK! MASIH AJA MAKSA!" bentak Hawoon.

Ravi langsung bersembunyi di belakang sofa, takut Hawoon memukulnya lagi. Sudah kesekian kalinya wajah tampan Ravi menjadi sasaran amukan Hawoon hari ini, pertama Hawoon melemparinya dengan sendok lalu tas, kemudian gelas plastik dan yg terakhir bantal.

"Aduh ... Perutku jadi tambah sakit kan." Hawoon berbaring lagi di atas kasur.

"Njir, Mood swing nya Hawoon serem banget dah, lebih serem dari Hyeri malah.Untung Hyeri cuma ngejutekin gue kalo lagi pms, coba aja Hyeri kayak si Hawoon kalo lagi pms, mungkin muka gua dah gak berbentuk kali," gumam Ravi.

Drrrtt ... Drrrtt ...

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Ravi, ternyata itu dari Hyeri. Dengan tergesa-gesa Ravi segera mengangkatnya.

"Yeoboseyo?"

"Hyeri-ya! Kamu ini kenapa susah banget sih di hubungin?"

"Mian, Oppa. Tadi aku sama Hongbin lagi ada rapat. Oppa kenapa nelpon? Ada masalah lagi sama Hawoon?" tanya Hyeri.

"Iya, tadi pagi tiba-tiba dia sakit perut sampe gak bisa turun dari kasur. Katanya sih lagi datang bulan makanya sakit, tapi sakitnya sampai dia keringet dingin terus gak bisa makan apa-apa. Dia lemes banget kayak orang kekurangan gizi. Makanya Oppa khawatir," kata Ravi panjang lebar.

"Oh, kasih aja teh manis yg hangat," jawab Hyeri.

"Dia gak mau minum, kalau aku paksa dia malah marah. Hari ini aja aku udah berkali-kali di lemparin barang-barang sama dia cuma gara-gara aku maksa dia makan. Tapi bentar aku tawarin dulu." Ravi menghampiri Hawoon di kasur.

"Hawoon-ah, mau Oppa bikinin teh anget gak?" tawar Ravi.

Hawoon membuka matanya kemudian menatap Ravi dengan tajam, sebelah tangannya sudah memegang remot TV.
"Ngajak aku ngomong sekali lagi aku lemparin remot nih," ancam Hawoon.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Ravi pindah dari kasur ke sofa lagi.

"Tuh kan di bilangin juga apa, dia lagi galak tau."

Never let you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang