05

41 5 3
                                    


"Sya gue pengen ngomong sama lo?"

"Duh Gavin mau ngomong apaan ya? Kok gue jadi gugup yaa? argghh kok jadi salting gini sih!" batinku
"Ng--ngomong apaan Vin?jawabku terbata-bata

"Gue mau ngajak lo jalan sama mau ambil barang gue di temen. Mau gak lo? Gak mau juga ga papa kok."

"Demi apa!! Gavin ngajakin gue jalan. Sumpah ini gak lagi mimpikan gue!" batinku lagi
"Ehh gue mau kok. Kapan?"

"Nanti sore jam 4 ."

"Oke deh."

"Sip, ntar gue jemput lo?"

Gue pun hanya mengangguk saja.

***

TINNNN!!
Suara klakson itu membuatku langsung menuju depan rumah sambil membuka gerbang.
Yap. Di depan berhenti sebuah motor ninja hitam . Siapa lagi pemiliknya kalo bukan Gavin.

"Duh Gavin kok ganteng banget sih." batinku

Aku nglihatin penampilan Gavin yang hanya mengenakan kaos putih polos dengan jeans hitam yang robek dibagian lututnya.
"Astaga!! lo kayak gitu aja dah cakep Vin. Apalagi kalo-- duh gue mikirin apaan sih!"batinku

"Woy ayo naik! Malah bengong di depan gerbang! Ya udah gue tinggal aja deh."

"Eh iya."jawabku sambil menaiki motornya

"Kita mau kemana Vin?"

"Liat aja nanti."

Setelah beberapa menit kita sampai di sebuah mall.

"Ke mall?"

"Kenapa emangnya? Gue mau ambil barangnya disini."

"Ya ga papa sih. Emang mau ambil apa sih?"

"Udah ikut aja, gak usah banyak omong deh?!"

***

"Bang gue mau ambil barang yang kemarin gue pesen?" tanya Gavin dengan seseorang. Sepertinya dia pemilik toko ini.

"Ntar ya Vin, gue ambil dulu?"

Gak butuh waktu lama dia kembali dan membawakan pesanan milik Gavin. Gavin lalu mencoba barang tersebut dengan cara memetikkan senar. Yap. Barang yang Gavin maksud adalah sebuah gitar.

"Vin, lo bisa main gitar?"

"Menurut lo? Bisa liat pake mata kan?"

"Eh iya deng."cengirku

"Kalo lo bisa gak?"

"Lo tanya gue!"nadaku yang terlihat meremahkan omongan Gavin

"Dihh, gaya lo tu kayak bisa aja?"

"Ya bisalah. Liat nihh!" jawabku sambil mengambil gitar yang ada dipangkuannya.

***

"Lo jago juga ya?"

"Iyalah." jawabku kepdan

"Lo bisa main sampe kayak gitu gimana caranya."

"Ya latihan terus aja sih. Gue kan suka  main alat musik dah dari kecil. Lo biasa latihan dimana Vin?"

"Gue sih ke studio yang ada deket sekolah itu."

"Emangnya ada ya? Kok gue gak pernah liat ya?"

"Ada kok, besok liat deh di kiri jalan pas mau berangkat sekolah."

"Oke deh."

"Trus kalo lo biasanya latihan di studio mana?."

"Gue sih dirumah aja."

"Lo punya studio dirumah?"

"Iya. Lo kalo mau main gitar atau alat musik yang lain ke rumah gue aja. Gratis kok gak usah bayar. Hehe." cengirku.

"Ya. Sebenernya sih gue pengen liat lo terus sih, selain cuma di sekolah doang?" batinku

"Oke deh kapan-kapan ya?"

***

Gue duduk di kursi yang berada di balkon. Gue duduk sambil melihat bintang bintang yang sedang bersinar itu.

"Duh rasanya kok gue seneng banget ya kalo Gavin mau kesini? Yaa, walaupun belum tau sih kapan?" ucapku pada diriku sendiri.

"Lo tau gak Vin? Gue sayang sama lo, gue suka sama lo, gue selalu inget lo tiap malem. Tapi pertanyaannya, apakah lo punya perasaan yang sama? Gue harap lo juga punya perasaan yang sama kayak gue. Dihhh ngarep banget ya gue"

"Isshhh, lama-lama gue jadi sakit deh? lebih tepatnya sakit jiwa kali yaa? Gara-gara ngomong sendiri, senyum-senyum sendiri. Ini semua gara-gara lo Vin.

Unforgettable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang