Dua

174 19 6
                                    

Hongbin POV

Taekwoon Hyung hari ini terlihat berbeda, semenjak turun dari mobil dia sesekali tersenyum. Apa Taekwoon Hyung menyukai gadis itu?

Dari penampilan gadis tadi, dia terlihat biasa saja. Apa yang membuat Taekwoon Hyung tersenyum seperti itu? Tidak ada yang menarik dari gadis itu.

"Apa kau mau ramen, Hongbin?" Taekwoon Hyung sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.

"Aku diet." Jawabku sekenanya.

"Ya sudah, aku akan makan sendiri." Taekwoon Hyung berjalan menuju dapur. Aku berjalan menghampirinya.

"Hyung, benar kau tidak mengenal gadis itu?" Tanyaku.

Taekwoon Hyung menatapaku sebentar. "Aku sungguh tidak mengenalnya, Hongbin-a."

"Aku merasa setelah Hyung bertemu dia, Hyung tersenyum sepanjang waktu." Aku bersandar didinding dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Benarkah? Aku tidak sadar bahwa aku tersenyum." Taekwoon Hyung mengaduk ramennya.

"Hyung menyukainya?" Aku mendekat ke arah Taekwoon Hyung.

"Apa kau gila? Bagaimana aku bisa menyukai gadis yang baru aku temui. Bahkan, aku tidak tahu namanya." Taekwoon Hyung menyelesaikan kalimatnya dan menghadiahiku satu pukulan pelan dengan sendoknya.

Aku mengaduh pelan. Aku ingin memaki Taekwoon Hyung namun dering ponsel sepertinya tidak memperbolehkanku mengotori mulutku dengan kalimat-kalimat makian.

"Ya, Hallo." Aku mempoutkan bibirku kemudian meninggalkan Taekwoon Hyung di dapur.

Telepon dari managerku benar-benar menganggu. "Baiklah, aku akan kesana sekarang." Finalku dengan menutup telepon sepihak.

"Apa kau akan kembali ke kantor?" Taekwoon Hyung berjalan dengan panci berisi ramen yang masih mengepulkan uap panas.

"Penyihir itu ingin bertemu denganku kata Hakyeon Hyung ."  Ucapku sembari mengenakan jaket.

"Baiklah, hati-hati dijalan." Ucap Taekwoon Hyung padaku.

***

Hongbin memutar kursinya ke kanan dan ke kiri sembari memainkan game dari ponselnya. Beberapa kali Hakyeon mengingatkan Hongbin untuk menghentikan aktifitasnya bermain game. Namun bukan Hongbin jika mau menurut begitu saja pada managernya.

Hongbin menghentikan aktfitasnya dan melirik ke atas meja sesaat setelah seseorang melemparkan beberapa foto dan majalah di atas meja.

Dia adalah CEO Entertainment yang menaungi Hongbin. Hongbin berdecih pelah kemudian melanjutkan permainan game dari ponselnya.

"Lee Hongbin, berhentilah bermain-main. Skandalmu kali ini sudah tidak bisa ditolerir." Wanita berkacamata itu berkata pelan kepada Hongbin namun dengan nada tegas.

Hongbin menatap wanita yang merupakan CEOnya itu dengan tatapan malas. Hongbin memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku jaket.

"Hanya foto-foto seperti ini kau mempermasalahkannya?" Cibir Hongbin.

"Ini hanya foto ciuman biasa, aku sama sekali tidak mencium gadis ini. Tapi, gadis ini yang menarikku kemudian menciumku." Lanjut Hongbin dengan nada cuek.

"Aku bahkan harus berkumur berkali-kali karena merasa jijik pada gadis ini." Hongbin kembali memutar kursinya kekanan dan kekiri.

CEOnya menggeram frustasi. "Kau masih bertanya mengapa aku mempermasalahkan foto ini?" CEOnya menggeleng tidak percaya.

"Karirmu bisa hancur jika kau terus menimbulkan skandal Hongbin." Lanjut CEOnya masih dengan nada halus yang tegas.

"Apa kau takut perusahaanmu bangkrut karena karirku hancur?" Ketus Hongbin kemudian berdiri dari kursinya.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang