Empat

147 22 17
                                    

Hongbin turun dari mobil. Hari ini Hongbin memiliki jadwal pemotretan untuk brand celana jeans. Hongbin berjalan menuju ruangan yang sudah disediakan untuknya.

Hakyeon berjalan didepan Hongbin. "Tidak ada model wanitanya kan Hyung?" Hakyeon menoleh mendengar pertanyaan Hongbin.

"Aku rasa ada." Hakyeon tersenyum tipis.

Hongbin menghentikan langkahnya. "Jangan bercanda Hyung, Kau tahu aku tidak suka wanita menyentuhku." Teriak Hongbin

"Aku tidak bercanda, cobalah sesekali." Ucap Hakyeon

Hongbin mendengus.

***

Hongbin beberapa kali menahan mualnya ketika model wanita yang menjadi pasangannya bergelayut manja dan bersandar pada dadanya. Hongbin tidak suka bersentuhan dengan wanita sama sekali. Hongbin merasa sentuhan wanita terlalu menjijikkan baginya. Hongbin tidak suka menyentuh maupun disentuh oleh makhluk bernama wanita.

Perasaan ini muncul saat Hongbin mulai beranjak remaja. Bahkan, hal yang menyebabkan Hongbin memiliki perasaan jijik terhadap sentuhan ini karena terjadi insiden kelam di masa lalunya.

"Selesai, Terima kasih semua." Kalimat dari sang fotografer membuat Hongbin lega.

Hongbin segera keluar dari set dan berjalan menuju ruangannya. Namun langkahnya terhenti ketika sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.

"Hongbin, Tunggu." Hongbin menatap tangannya dan langsung mengibaskan tangannya kasar. Hongbin merasa buruk ketika pasangan untuk pemotretannya ini menyentuh pergelangan tangannya.

"Jangan sentuh aku." Ucap Hongbin membuang pandangan.

"Maaf." Ucap gadis bernama Eunha ini. Eunha menunduk.

"Ada apa? Jika tidak ada yang penting aku akan pergi." Suara Hongbin menghalus.

Eunha mengangkat wajahnya."Apa kau ada waktu hari ini? Aku ingin mengajakmu makan setelah ini." Ucap Eunha takut-takut.

"Maaf, Eunha-ssi. Aku tidak bisa hari ini." Hongbin tersenyum.

"Ah, Baiklah kalau begitu." Eunha tampak kecewa.

"Maafkan aku, aku pergi dulu." Lalu, Hongbin meninggalkan Eunha.

***

Cheonsa mengetuk pintu tiga kali kemudian masuk ke dalam klinik. Namun, Cheonsa tidak mendapati dokter Jung Taekwoon ditempatnya.
Cheonsa ingin beristirahat karena kepalanya terasa sakit. Cheonsa ingin memimta ijin untuk istirahat sebentar disini.

Cheonsa berjalan masuk dan membuka satu tirai pemisah antar brankar. Cheonsa merasa butuh tidur, kepalanya benar-benar sakit. Cheonsa melepas sepatunya dan naik ke atas brankar. Sedetik kemudian Cheonsa tertidur.

Crek!

Tirai brankar terbuka dan Taekwoon terkejut ketika Cheonsa tertidur dibilik yang bersebelahan dengan biliknya. Taekwoon menatapi Cheonsa yang tidur menyamping menghadap ke arahnya. Taekwoon yang tadinya ingin bangun mendadak mengurungkan niatnya dan tetap berbaring sembari menatap wajah polos Cheonsa ketika tertidur.

Entah mengapa hatinya menghangat semenjak pertemuan pertamanya dengan Cheonsa. Entah mengapa Cheonsa yang basah kuyup waktu itu terlihat manis di mata Taekwoon.

Taekwoon lupa terakhir kali merasakan perasaan seperti ini. Perasaan ini sudah lama tidak menyentuh hatinya. Anehnya, Taekwoon tidak mengharapkan apapun pada gadis di depannya ini.

"Terlihat manis." Ucap Taekwoon kemudian beranjak dari tempatnya.

***

Cheonsa terbangun dari tidurnya, Langit di luar sudah berubah gelap. Cheonsa menegakkan badannya dan mengumpulkan kesadarannya.

"Kau sudah bangun?" Suara halus itu menginterupsi indera pendengaran Cheonsa. Cheonsa menoleh dan mendapati Taekwoon sedang berdiri sembari bersandar.

Cheonsa menelan ludahnya karena pose Taekwoon seakan menggodanya. Dengan kemeja hitam bodyfit yang lengannya digulung sampai siku Taekwoon terlihat seksi dimata Cheonsa.

"Sepertinya aku tertidur sangat lama dokter." Ucap Cheonsa sembari mengusap tengkuknya malu.

"Sekitar lima jam, harusnya aku sudah menutup klinik." Taekwoon berjalan ke arah mejanya.

"Tapi, aku tidak tega membangunkanmu karena kau terlihat kelelahan." Taekwoon tersenyum tipis.

"Maafkan aku dokter." Cheonsa terdengar menyesal. Cheonsa membungkuk meminta maaf.

"Ah, tidak apa-apa. Sebaiknya sekarang kita cepat pulang. Ini sudah larut." Ucap Taekwoon.

Cheonsa mengangguk lalu, mengikuti Taekwoon berjalan keluar klinik.

"Kau tidak pulang?" Tanya Taekwoon ketika masih melihat Cheonsa berdiri disampingnya.

"Aku menunggu dokter. Aku tidak enak meninggalkan dokter sendirian." Lagi-lagi Taekwoon dibuat tersenyum dengan kalimat sederhana.

Cheonsa menunduk karena merasa tidak kuat melihat senyum si dokter tampan satu ini. Siapa pun yang melihat Jung Taekwoon tersenyum pasti akan meleleh. Taekwoon itu jarang tersenyum namun, akhir-akhir ini dia sering tersenyum.

"Kau tunggu aku sebentar, aku akan segera menutup klinik dan aku akan mengantarmu pulang." Seketika Cheonsa mengangkat wajahnya karena terkejut.

"Dokter tidak perlu mengantarku." Ucap Cheonsa sambil mengibaskan tangannya menolak.

Taekwoon melirik jam pada pergelangan tangannya. "Ini sudah pukul sembilan malam, aku tidak mau kau pulang sendirian."

"Aku tidak ingin merepotkan dokter."

"Aku tidak merasa repot sama sekali." Ucap Taekwoon kemudian meraih pergelangan tangan Cheonsa. "Ayo pulang."

Cheonsa menatap pergelangan tangannya yang digenggam Taekwoon. Jantungnya mendadak berdetak tidak beraturan. Otaknya meminta Cheonsa untuk melepaskan tangannya dari genggaman Taekwoon namun sial respon tubuhnya menikmati genggaman tangan Taekwoon.

"Kau tidak perlu memanggilku Dokter." Ucap Taekwoon membelah keheningan.

"Jadi aku harus memanggil dokter apa?" Cheonsa membulatkan mataya penuh tanya.

Taekwoon setengah berpikir. Cheonsa tersenyum geli melihat ekspresi polos Taekwoon saat berpikir.

"Oppa." Ucap Taekwoon.

"Ya?" Cheonsa bertanya

"Panggil aku, Oppa." Taekwoon tersenyum lagi.

Ya Tuhan, Cheonsa merasa mendadak diabetes karena Taekwoon terlihat sangat manis saat tersenyum. Cheonsa merasa jatuh cinta sekarang.

***

Hongbin menggeliat dalam tidurnya, keringat mengucur dari seluruh badannya. Baju yang dia kenakan sudah basah karena keringat. Ada jeritan-jeritan kesakitan yang keluar dari bibirnya.

Sesaat kemudian Hongbin berteriak. Hongbin mengatur nafasnya yang terengah-engah. Lalu, mengusap wajahnya pelan.

Hongbin beranjak dari tempat tidurnya. Hongbin melepas kaosnya yang basah dan meninggalkannya sembarangan di lantai. Hongbin berjalan ke kamar mandi kemudian membasuh wajahnya dengan air.

Hongbin menatapi dirinya yang terpantul didepan kaca. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Ingin rasanya Hongbin menjerit dan meminta Tuhan menghilangkan memori kelamnya. Dia benar-benar tersiksa dengan bayangan-bayangan itu. Bayangan yang bahkan mengejarnya sampai alam mimpinya.

***

To be continue . . .

Pagi semua 😄😄 Hongbin ga pake kaos ciee.. 😂

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang