Empat belas~

143 21 21
                                    

"Larilah, Kau harus segera pergi sebelum mereka kembali."

"Ayahku akan datang, jadi jangan khawatirkan aku."

"Siapa namamu?"

"Siapa namamu?"

"Siapa namamu?"

Chrysan berteriak dan terbangun dari tidurnya. Wajahnya terlihat pucat dan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.

"Gwenchana Chrysan-ssi?" Taekwoon menghentikan mobilnya ketika Chrysan berteriak tadi.

"Gwenchana?" Hongbin menatap Chrysan dengan tatapan khawatir.

"Eonnie, bermimpi buruk lagi?" Tanya Cheonsa sembari mengangsurkan sebotol air mineral ke arah Chrysan.

Hongbin menggenggam tangan Chrysan yang terasa dingin. Chrysan hanya diam dengan kepala menunduk.

"Gwenchana?" Hongbin meraih pundak Chrysan.

"Gwenchana?" Hongbin mengulang pertanyaannya.

Chrysan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, gadis itu masih setia diam dan menunduk.

"Gwenchana?" Hongbin meraih bahu Chrysan dan menariknya dalam pelukannya.

Taekwoon keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang disebalah kiri Chrysan.

"Hyung, kita sepertinya perlu ke rumah sakit." Ucap Hongbin sembari mengusap punggung Chrysan.

"Eonnie mendengarku?" Cheonsa mengenggam tangan kakak kembarnya.

Chrysan menoleh dan menatap Cheonsa datar. "Eonnie, baik-baik saja?" Tanya Cheonsa masih terus menggenggam tangan Chrysan.

Chrysan mengangguk pelan. Sedetik kemudian Chrysan membenamkan kepalanya di dada Hongbin.

"Gwenchana." Ucap Hongbin sembari mengusap punggung Chrysan.

***

Cheonsa membuka pintu kamar Chrysan, Sedetik kemudian Hongbin yang membopong Chrysan memasuki kamar gadis itu.

Hongbin meletakkan Chrysan yang tertidur beberapa saat lalu. Gadis itu tidak melepaskan tangannya dari tangan Hongbin.

"Gwenchana?" Tanya Hongbin untuk kesekian kalinya. Dilihatnya Chrysan setengah sadar sedang menatapnya.

"Aku akan pulang, tidurlah." ucap Hongbin diiringi senyuman.

Chrysan menatap Cheonsa yang berdiri di depan pintu kamarnya. Cheonsa seolah tahu bahwa kakaknya memintanya meninggalkan dia dengan Hongbin.

"Panggil aku juga terjadi sesuatu." Ucap Cheonsa kemudian menutup pintu kamar Chrysan.

Cheonsa melangkah keluar, menemui Taekwoon yang duduk di depan rumahnya.

"Aku merasa berat meninggalkan kalian berdua, terlebih Chrysan sedang dalam kondisi yang kurang baik." ucap Taekwoon ketika Cheonsa duduk disampingnya.

"Aku mengkhawatirkan kakakku, bahkan aku sangat takut jika kakakku melakukan hal-hal bodoh." ucap Cheonsa sembari meremas-remas tangannya karena takut.

Taekwoon tersenyum kecut ketika Cheonsa melontarkan kalimat itu. Dia merasa kalimat itu pas untuk dirinya. Taekwoon pernah melakukan hal bodoh seperti yang ditakutkan Cheonsa itu.

"Apa kau takut Chrysan menggores nadinya seperti ini?" Taekwoon memperlihatkan bekas luka di pergelangan tangannya.

Cheonsa menatap Taekwoon penuh tanya. "Aku pernah menggoresnya." Taekwoon tersenyum kecut.

Cheonsa menangkap raut sedih dari wajah Taekwoon. Cheonsa kemudian melepas cardigannya.

"Aku juga punya bekas goresan." Cheonsa memperlihatkan bekas luka dilengannya.

Taekwoon menyentuh lengan Cheonsa. "Apa yang terjadi?" tanya Taekwoon

"Ini terjadi karena hari itu tiba-tiba kakakku mengalami hal seperti hari ini. Dan tanpa sengaja dia melukai lenganku." ucap Cheonsa

Taekwoon mengusap bekas luka Cheonsa. Membuat Cheonsa bersemu merah karena usapan jemari Taekwoon pada lengannya.

***

Chrysan menundukkan kepala, Chrysan tidak melepaskan genggaman tangan Hongbin sama sekali.

"Tidurlah." ucap Hongbin sembari mengusap kepala Chrysan.

Chrysan menatap Hongbin. "Jangan pergi." suara Chrysan terdengar lirih

Hongbin menciumi tangan Chrysan. "Gwenchana, aku tidak akan pergi." ucap Hongbin

Chrysan beranjak dari posisi tidurnya. Gadis itu duduk dan meletakkan kepalanya diantara lekukan leher Hongbin. Hongbin bahkan bisa merasakan hembusan nafas Chrysan yang tidak beraturan.

Hongbin mengusap kepala Chrysan penuh kasih sayang. Hongbin melingkarkan tangan kirinya dipunggung Chrysan. Hongbin memeluk Chrysan penuh perlindungan.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapan kesedihanku. Kau tahu rasanya sangat menyesakkan ketika masa lalu dan bayangan kelam itu selalu mengejarmu. Apa ini hukuman untukku?" tanya Chrysan dengan suara bergetar.

"Hongbin-aa." Chrysan menatap Hongbin dengan tatapan sayu dengan mata yang berkaca-kaca.

Hongbin merasa sedikit terluka melihat Chrysan seperti ini. Dia ingin tahu apa yang terjadi tapi, dia tidak mau bertanya karena takut Chrysan akan semakin terluka ketika harus menceritakannya.

"Aku merasa sangat terluka melihatmu seperti ini." ucap Hongbin.

Chrysan menatap Hongbin, Lalu meraih kedua pipi Hongbin dan mengecup bibir Hongbin singkat.

"Maaf, membuatmu ikut terluka." Chrysan meneteskan air matanya namun, bibirnya berusaha tersenyum.

Hongbin meraih tengkuk Chrysan, Hongbin melumat bibir cherry Chrysan lembut.

"Jangan menangis." ucap Hongbin kemudian mengecup mata Chrysan.

Chrysan melingkarkan tangannya di leher Hongbin. Gadis itu hanya menempelkan bibirnya dilekukan leher Hongbin.

"Kau tidak ingin membuat tanda merah dileherku kan?" Chrysan mengangkat kepalanya.

"Aku hanya menghirup aroma stroberi dari lehermu."

"Kau menyukainya?" Tanya Hongbin

Chrysan mengangguk. Lalu, kembali meletakan kepalanya diantara lekukan leher Hongbin.

"Hongbin-aa, bagaimana jika aku mulai menginginkanmu?" tanya Chrysan

"Tandai saja aku jika kau menginginkanku, aku akan menjadi milikmu." Hongbin mengusap punggung Chrysan. Hongbin tersenyum.

"Benarkah?" tanya Chrysan.

"Tentu saja." jawab Hongbin.

Sedetik kemudian Hongbin membeku ditempatnya karena Chrysan menghisap lehernya. Hongbin mengeratkan pelukannya.

"Aku menandaimu." Chrysan tersenyum

"Dan aku menginginkanmu." Hongbin  mendorong tubuh Chrysan dan menindihnya.

***

To be continue...



SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang