Dua puluh dua~

185 19 14
                                    

Jung Taekwoon menggenggam jemari Cheonsa yang sedang tertidur lelap, segala macam alat bantu menempel di tubuh gadis itu. Membuatnya sakit sendiri.

Taekwoon masih ingat bagaimana Cheonsa berlari menarik seorang gadis yang hampir terhantam mobil box. Kejadian yang hampir sama dengan hal yang menimpanya beberapa tahun lalu. Lee Jaehwan dulu menyelamatkannya dan kini Cheonsa menyelamatkan orang lain.

"Cheonsa-ya, kapan kau akan bangun dan membuatku melihat senyummu lagi?"

"Aku rasa aku merindukan keusilanmu."

Taekwoon menghela nafasnya pelan. "Melihatmu seperti ini terasa sangat menyakitkan. Mengapa kau sangat berani?"

"Cheonsa-ya, aku sangat merindukanmu. Aku harap kau masih mau bangun untukku, untuk Chrysan." Taekwoon masih bermonolog.

Dibalik pintu seorang gadis menunduk dan ketakutan. Gadis itu menangis tanpa suara.

***

Jung Taekwoon berjalan melewati koridor rumah sakit. Matanya hanya menatapi lantai keramik yang terpasang rapi disepanjang koridor. Ditangannya segelas ice coffe dengan label gelas ternama tergenggam manis.

Mata Taekwoon mengarah pada seorang gadis yang berdiri didepan kamar Chrysan. Gadis itu mengenakan rok pendek dibawah lutut dan hodie merah yang menutupi wajahnya.

Taekwoon berjalan mendekati gadis itu "Siapa?" Tanya Taekwoon pelan.

Gadis itu menoleh tapi Taekwoon masih tidak bisa melihat wajahnya. Gadis itu segera berlari menghindari Taekwoon. Taekwoon membiarkan gadis itu. Lalu, matanya menemukan sesuatu terjatuh dilantai.

Sebuah nametag bertuliskan 'Anh Hana'

***

"Kau datang sendiri?" Tanya Taekwoon ketika mendapati Chrysan sudah duduk disamping Cheonsa.

"Aku datang bersama Hongbin." Jawab Chrysan sembari berdiri.

"Oppa, baik-baik saja?" Tanya Chrysan.

Taekwoon tersenyum getir. "Aku rasa kita tidak baik-baik saja."

Chrysan mengangguk setuju. "Adikmu sangat pemberani, seperti namanya dia adalah malaikat. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menolong seseorang yang bahkan tidak dikenalnya." Taekwoon mengusap rambut Cheonsa pelan.

Chrysan menatapi adik kembarnya yang terbaring antara hidup dan mati. "Dimana Hongbin?" Tanya Taekwoon

"Dia bilang dia ke toilet." singkat Chrysan.

"Duduklah." Ucap Taekwoon dan Chrysan mengangguk.

***
Hongbin merasakan sakit kepala yang tiba-tiba menyerang. Hongbin terduduk diatas closet dengan tangan memegang kepalanya yang terasa nyeri dan berputar.

Beberapa bayangan berkelebat satu per satu, Hongbin melihat dirinya sendiri, Melihat dirinya yang diperlakukan tidak seperti manusia. Dia melihat dirinya menjerit-jerit kesakitan.

Dia melihat seorang gadis kecil yang terjatuh dilantai karena seorang laki-laki dewasa menghempasnya.

Jantung Hongbin berdetak sangat cepat, Dia mulai susah bernafas. Bayangan-banyangan itu kembali padanya dan memeluk Hongbin sangat erat.

Akal Hongbin mulai hilang, Hongbin menjerit ditengah kesunyian. Hongbin menjerit-jerit karena rasanya seperti meledak.

Diluar biliknya Cha Hakyeon tersenyum bahagia, "Kau harus belajar menderita Hongbin-aa." Gumam Hakyeon dalam hati.

Hakyeon berlalu dan membiarkan Hongbin tersiksa sendirian. Toh, itu yang Hakyeon harapkan. Hakyeon berharap putra dari Lee So Nam itu menderita. Hakyeon datang karena balas dendam, itu benar.

"Apa yang perlu ku lakukan untuk membuatmu lebih menderita Lee Hongbin?"

"Aku rasa memiliki Chrysan akan membuatmu menderita."

Hakyeon kembali tersenyum penuh kemenangan.

***

Hongbin memasuki kamar rawat Cheonsa dengan wajah pucat dan keringat membasahi seluruh tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Chrysan dengan wajah panik.

"Kau sangat pucat." Ucap Taekwoon penuh nada khawatir

"Aku tidak apa-apa Hyung." Ucap Hongbin dengan nada putus-putus.

Chrysan mengusap peluh yang membasahi wajah Hongbin. "Apa terjadi sesuatu?" Ucap Chrysan masih mengusap peluh Hongbin dengan sapu tangan.

"Aku baik-baik saja, Aku rasa aku harus pulang dan beristirahat." Ucap Hongbin pelan.

"Baiklah, Ayo pulang. Aku akan menelepon Hakyeon Oppa." Ucap Chrysan.

Hongbin mengangguk.

***

Chrysan menoleh ke belakang. Hongbin terlelap begitu saja. Chrysan merasa cemas karena Hongbin seperti mengalami hal yang menakutkan.

"Apa yang terjadi pada Hongbin?" tanya Hakyeon sembari menyetir

"Aku tidak tahu pastinya, dia kembali dari toilet sudah dengan keadaan seperti ini." Jawab Chrysan.

Hakyeon mengangguk paham. Hakyeon ingin berteriak bahagia ketika melihat Hongbin menderita. Tapi, dia tidak bisa berteriak sekarang karena jika dia lakukan sekarang usahanya bertahun-tahun akan rusak.

Sesaat setelah sampai dan mengantar Hongbin sampai kamarnya Hakyeon berjalan ke dapur dan mendapati Chrysan sedang memasak sesuatu.

"Kau sedang memasak apa?" Tanya Hakyeon

"Bubur untuk Hongbin, nanti jika dia bangun pasti dia lapar." Jawab Chrysan tanpa menoleh.

"Baunya sangat sedap." Hakyeon sudah berdiri tepat dibelakang Chrysan. Bahkan, dadanya sudah menempel dipunggung Chrysan.

"Chrysan-ssi, Aku rasa kini kau tidak hanya harus membenci Hongbin." Bisikan Hakyeon membuat Chrysan menghentikan tangannya yang sedang mengaduk bubur.

"Chrysan-ssi, aku rasa kau harus mencintaiku juga. Seluruh cintamu untuk Hongbin kini milikku." Hakyeon tersenyum

"Jadi, kau mengertikan kau harus membenci Hongbin dan mencintaiku." Hakyeon memutar tubuh Chrysan menghadapnya.

Hakyeon meraih tengkuk Chrysan, Gadis itu hanya terdiam dengan tatapan kosong. Hakyeon mengusap bibir Chrysan dengan ibu jarinya pelan. Scene berikutnya Hakyeon mencium bibir Chrysan pelan.

Hakyeon tersenyum "Terkunci."

***

Bersambung...

Tau deh, cerita ini mau dibawa kemana wkwkwk. Serius ini Fanfic terpanjang dalam sejarah kepenulisanku. wkwkkwk.

Naa

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang