Author pov
"Selamat pagi!" Sapa gia ramah pada pembantu rumah tangga will yang terlihat sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Selamat pagi nona cantik! Apa kau ingin sarapan sekarang? Atau ada sesuatu yang kau ingin kan untuk sarapan mu?" Tanya bibi martha
"Apa yang kau buat bibi? Bau nya harum sekali?" Gia pun berdiri di samping bibi martha dan melihat ia sedang membuat sup asparagus yang lezat dan harum. " waaah terlihat menggiurkan! Boleh aku mencicipi nya bibi?!" Seru gia dengan semangat sambil mengambil sedok dan meniup sup di sendok nya yang masih mengepul.
" ini benar benar lezat dan nikmat bibi! Ini benar benar enak bibi, tapi boleh kah aku menambahkan sesuatu bibi? Aku ingin kau mencoba resep tambahan dari ku, bolehkah? Tanya gia pada martha
"Oh iya? Apakah pintar memasak gia? Silahkan kalau menurut mu itu bisa menambahkan kelezatan nya" ucap martha sambil tersenyum dan mempersilahkan gia melakukan apapun yang dia ingin kan
Gia pun langsung membuka isi kulkas yang ada di sebelah kompor, dan mulai memeriksa apakah ada bahan yang ia inginkan, dan gia terlihat terkejut melihat isi kulkas nya yang benar benar lengkap dan penuh. Gia pun langsung mengambil beberapa barang tambahan dan sedikit bumbu yang ternyata ia temukan dalam kulkas besar itu dan mulai memotong , memebersihkan dan memasukan nya ke dalam kuali sup asparagus buatan bibi martha. Dengan cekatan gia mengerjakan nya seorang diri.
Ya gia memang pintar memasak, di karenakan saat dia tinggal dengan orang tua nya , ia mengurus diri nya sendiri dari mulai makan hingga keperluan yang dia butuhkan , ia lakukan sendiri. Karna ia tahu, orang tua nya benar benar menelantarkan nya, dan ia tak mungkin pasrah dan mati dalam kelaparan bukan? Termasuk saat pulang sekolah ia bekerja mengasuh bayi. Dari situlah dia menggantungkan hidup nya. Gia sangat suka dengan anak kecil, karna itu ia memilih kerja paruh waktu tanpa sepengetahuan orang tua nya untuk mencukupi kehidupan nya sendiri. Untung saja urusan sekolah dari dulu gia selalu mendapatkan beasiswa, sehingga ia tak terlalu memusingkan biaya sekolah.
"Baiklah bibi, sup nya sudah jadi, kau ingin mencoba nya?" Gia pun menyerahkan sendok pada bibi martha dan menyuruh nya mencoba tambahan yang sudah gia lakukan
"Hmmm! Ini benar benar lezat gia! Gurih sekali, apa yang kau tambahkan? Sepertinya aku harus belajar banyak dari mu gia" ucap martha sambil tertawa
"Hahaha bibi martha bisa saja! Aku hanya menambahkan beberapa bumbu. Aku selalu bereksperimen dalam memasak bibi, tak jarang juga aku gagal dalam percobaan, tapi yaa terbukti sekarang, lidahku selalu saja mencecap apa saja yang bisa membuat masakan lebih nikmat bibi, yaaa...aku merasa lidahku mempunyai sensor".
Gia terlalu bersemangat bercerita pada bibi martha sampai ia tak menyadari bahwa dari ia memasak tadi will memperhatikan dengan ekspresi yang tak bisa di tebak."Eekhhm.." will sedikit berdehem untuk menyadarkan gia dan bibi martha dan berjalan perlahan seakan ia baru saja datang. Ia pun duduk di meja mini bar yang berada di tengah dapur. "Sarapan nya sudah siap bibi martha?" Tanya will dengan santai sambil membaca koran pagi nya.
"Iyaa will, gia membuatkan sup asparagus yang lezat pagi ini, aku yakin kau akan ketagihan setelah mencoba nya" marthapun mengambil mangkuk dan menghidangkan sup asparagus degan asap yang masih mengepul.
Gia pun duduk di kursi ujung sambil memakan sup asparagus nya sendiri.
"Aku tidak membuatnya bibi martha, aku hanya membantu mu saja" sergah gia sedikit malu di depan willMereka berdua pun makan dalam diam.
"Oh tuhan! Masakan ini benar benar enak, seperti buatan ibuku. Hm ternyata gadis ini bisa memasak, ku kira ia hanya gadis bodoh yang tak tahu apa apa saat berada di dapur. Oke kali ini aku sedikit mengakui kalau dia tak hanya cantik, tapi juga pandai memasak! Aku benar benar menyukai sup buatan nya". Will bergumam dalam hati dengan raut muka nya masih terlihat cuek
Sesekali gia mengintip reaksi will saat ia memakan sup asparagus nya. Tapi ternyata will terlihat santai dan cuek sambil memakan sup nya tanpa berkomentar apa apa. Gia sedikit dongkol karna will tidak juga bergeming, will hanya fokus makan tanpa melihat ke arah gia. Melihat tingkah will, gia pun sedikit mendengus dan mengerucutkan bibir nya sambil memandang ke arah sup asparagus dan mengaduk aduknya. Will pun melihat tingkah laku gia dari ujung mata nya dan sedikit menyungging kan senyum melihat gia yang cemberut. Ia tahu gia ingin sekali mendengar komentar nya tentang sup buatan nya, tapi ia hanya ingin mengerjai gia. Ia butuh hiburan pagi ini. Bisik nya dalam hati sambil menahan senyum.
Setelah selsai sarapan will pun kembali ke kamar nya. Gia pun hanya melihat punggung will yang masih tidak berkata apa apa setelag menghabiskan 3 mangkuk sup asparagus buatan nya.
"Ugh! Sial! Dia benar benar berhati dingin! Tidak bisakah dia sedikit mengomentari masakan ku?! Aku yakin dia menyukai nya karna dia sudah makan 3 mangkuk?! Hollyshit! Si iblis berhati dingin ini pun tidak mengucapkan terimakasih! Tunggu saja apa yang akan aku lakukan untuk hatimu yang dingin itu iblis!" Gia terus memaki will dalam hati nya. Ia benar benar merasa jengkel saat seseorang tidak menghargai apa yang sudah ia lakukan. Gia tak berharap will akan terkagum kagum padanya, ia hanya ingin mendengar pujian dari will. "Aku hanya ingin dia memuji masakanku! Akkkhhh...!! Sudah lah! Buat apa aku mendengar pujian dari nya! Aku yakin hanya akan kata kata sampah yang ia lontarkan!". Gia pun menyusul ke lantai atas menuju kamarnya untuk bersiap siap kembali ke apartementnya, ia merasa sudah cukup merepotkan bibi martha dan si iblis berhati dingin itu. Ia tak ingin membuat diri nya harus balas budi atas pertolongan will lagi.
Gia melihat will di depan pintu masuk rumah nya, will bersiap siap angkat berangkat ke kantor. Sedikit berlarian gia berteriak memanggil will untuk menghentikan will sebelum pria itu pergi.
"Will!" Teriak gia sambil berlari ke arah will. "Aku akan pergi juga pagi ini, hmm..terimakasih atas kebaikan mu, aku tak akan merepotkan mu lagi,sekali lagi terimakasih atas semua nya"
"Kau yakin? Apa pria pria itu yakin tak akan menyakiti saat bertemu dengan mu lagi?" Wil bertanya dingin dengan alis kanan nya yang sedikit naik. Will masih khawatir akan keselamatan gia, walau sebenarnya ia cuek, tapi terbesit akan keamanan gia.
"Apartment ku sudah aman tenang saja, td pagi aku menelfon tetanggaku yang berada di apartment. Ia berkata kemaren sempat melihat beberapa pria mencoba masuk ke apartmentku, lalu ia langsung mengancam mereka untuk menghubungi polisi. Seperti untuk sementara ini aku aman, jadi jangan mengkhawatirkan ku". Gia pun mencoba menjelaskan agar will tidak usah mengkhawatirkan nya lagi dan tidak ingin lagi bergantung pada will
"Aku tidak mengkhawatirkan mu! Aku hanya tidak ingin kau merepotkan aku lagi! Jadi terserah kalau kau memang ingin pergi" will pun berkata dingin walau tidak sesuai hati nurani nya, ia hanya tidak ingin terlihat perduli pada gia lagi, ia masih sakit hati atas pandangan jijik gia pada nya, saat akan masuk ke mobil gia pun dengan segera memukul punggun will dengan keras membuat will kaget dan meringis saat tangan gia memukul punggung nya dengan bunyi yang nyaring.
Plaaakk!!!
"Dasar pria berhati iblis! Sekali lagi kalau aku bertemu dengan mu dalam keadaan sekarat sekalipun aku tak akan meminta tolong padamu! Dan satu lagi, pura pura saja kita orang asing saat tak sengaja bertemu di manapun!kau ingat itu tuan brengsek!" Gia memaki will sambil berjalan keluar perkarangan rumah will menuju jalan raya dengan penuh emosi.
"Sial! Pukulan nya ternyata bisa menyakitkan! Terserah apa kata wanita ini kalau memang dia tak ingin berurusan dengan ku! Aku pun sudah tak sudi lagi, walau aku masih penasaran akan wanita ini, tapi aku kan melupakan nya! Masih banyak gadis gadis cantik yang rela menyembahku! Dasar wanita angkuh!" Will pun hanya mampu merutuki kepergian gia dalam hati, dan berharap tak akan bertemu dengan wanita bermulut tajam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch me!
RomanceLudwigia spencer (gia) "Aku mencoba bertahan sendiri dan menjaga diriku, aku tak butuh apa apa lagi selain diriku" William stewart (will) "Jangan meminta lebih apa yang tak bisa aku berikan! Cinta? Huh..omong kosong! Kebencian, trauma mendalam yg su...