T u j u h B e l a s

2.2K 111 1
                                    

4 tahun kemudian...

Vanessa kini menatap bandara yang sedang ramai. Hari ini Dion akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan study karena tuntutan dari orang tua Dion.

Mulai hari itu Dion sudah menjadi sahabat Vanessa, menjadi teman dalam suka dan duka.

"Now, i can't cry-" ucapan Vanessa dipotong oleh Dion.

"Ketika lo butuh gue, gue akan selalu ada buat lo. Dan gue selalu bersama lo, dimanapun dan kapanpun. Gua akan selalu ada di hati lo." ucap Dion lembut.

"I need your shoulder!" gumam Vanessa.

"Kau akan buat aku dibunuh oleh Shawn!" keluh Dion seraya mengerucutkan bibirnya.

"We are best friend Dion!" ucap Vanessa menatap kesal Dion.

"Tapi, dia pacar lo! Mana ada cowok yang rela liat pacarnya berduaan sama cowok lain?!" ucap Dion tak kalah sewot.

***

Setelah mengantar Dion, Vanessa dengan mobil jazz putih kesayangannya melesat menuju apartemen dari sahabat seperjuangannya, Aliyah Mendes.

Ponsel Vanessa berdering terbunyi alunan dari lagu perfect-one dircetion yang membuat fokus Vanessa beralih.

On the phone
"Dimana?"

"Jalan, kenapa yang?"

"Habis nganterin Dion?"

"Emm, i-iya yang, kenapa?"

"Nggak!"

"Yang, diakan sahabat aku. Gak mungkin dong aku gak nganter dia."

"Cewek sama cowok gak ada yang namanya sahabat. Pasti akan ada yang punya rasa lebih!"

"Yang dari kemarin udah kirimin banyak qoutes. Aku tahu jaga diri kok yang. Don't worry! Shawn,"

"Aku sayang kamu. Gak akan kubiarin kamu sama orang lain."

"Nah, emangnya sekarang kita pisahan?"

"Iya, aku bakal pulang seminggu lagi buat liburan! Dan kamu gak boleh larang! Aku kangen kamu titik!"

"Iya-iya. Ntar dikasi pelukan special, hehehe."

"Beneran ya?"

"Nggak deh, bohong aja."

"Gak mau pekoknya aku harus dapet pelukan special dari kamu. Dan ketika aku sampai Jakarta, aku mau yang aku lihat pertama itu kamu, okey? Shawn gak suka dibantah!"

"Tapi-"

"Gak ada bantahan. Yaudah aku mau lanjut buat tugas ya, jangan nakal, jangan centil, jangan genit. Ingat Shawn adalah pacarmu! Bye sayang...."

Panggilan terputus. Vanessa langsung menginjak gas menuju apartement Aliyah, menembus kemacetan kota Jakarta yang super padat.

Butuh waktu lebih dari 1 jam untuk sampai ke apartement Aliyah karena jalanan yang begitu macet.

Sesampai Vanessa di apartement Aliyah tanpa menekan bel Vanessa langsung memasukkan kata sandi apartement dan masuk tanpa permisi.

"Ya ampun Vanessa! Kebiasaan lo gak pernah mudar ya? Permisi dulu kek dasar gak punya urat malu!" protes Aliyah ketika mendapati Vanessa tengah asik menonton tv.

"Berisik banget sih! Biasa aja Aliyah! Gue laporin ke Veral kalau lo suka makan ice malam-malam!" Vanessa masih fokus dengan film kesayangannya, now you see me.

"Emang dasar kalau punya calon kakak ipar yang galak kayak gini!" Aliyah menatap Vanessa kesal.

"Veral kapan pulang ya?" tanya Aliyah seraya duduk di samping Vanessa.

"Tanya sama orangnya gih!" jawab Vanessa cuek.

"Gue sama dia lagi berantem. Males gue harus nelpon duluan!" Aliyah menatap Vanessa serius.

"Gini ya, dalam hubungan cinta lo harus hilangin yang namanya rasa gengsi!" ucap Vanessa menatap Aliyah sekilas dan kembali fokus dengan film.

"Ya tapi,-"

"Udah ya Aliyah Mendes! Gue mau nonton. Jangan ganggu atau gue gak bakal nanya ke Veral!" ancam Vanessa yang membuat Aliyah terdiam.

Bersambung....

Maafkan saya karena cerita kali ini pendek. Hehehe. Saya lagi fokus sama cerita baru judulnya "fall in love" udah 17 part yang aku buat rencannya mau diterbitin bulan depan. Ya ini baru rencana sih

Ketos Pacar GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang