Berpacu dengan Waktu🏃🏃

340 5 0
                                    

Memang waktu adalah sunnatullah yang diciptakan Allah untuk kepentingan seluruh magluk-Nya, termasuk manusia. Sesungguhnya waktu bisa bermanfaat bisa juga mudarat, tergantung pada kepandaian dan tidaknya kita dalam menggunakannya. Jika hari2 kita benar2 diisi oleh sesuatu yg diridohi Allah, tentu waktu akan menjadi lahan kebaikan. Akan tetapi jika digunakan untuk sesuatu yg mengundang murka Allah, tentu akan menjadi bumerang.

Banyak ayat al-Quran yg begitu tegas bersumpah dengan waktu. Tentu saja agar kaum muslimin tidak tidak menyia-nyiakan waktu di dunia yg hanya sebentar, dibandingkan dengan waktu di alam akhirat.

Mengapa Ada Waktu ?
Ketika beberapa orang sahabat Nabi SAW mengamati keadaan bulan yg sedikit demi sedikit berubah dari sabit ke purnama, kemudian kembali menjadi sabit dan kemudian menghilang, mereka bertanya kepada Nabi: "Mengapa demikian?" Dalam al-Quran, Allah menjawab dengan firman-Nya:
Yang demikian itu adalah waktu-waktu untuk manusia dan untuk menetapkan waktu ibadah haji (QS. Al-Baqarah [2]:189).

Ayat ini antara lain mengisyaratkan bahwa peredaran matahari dan bulan yg menghasilkan pembagian rinci (seperti perjalanan dari bulan sabit ke purnama), harus dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menyelesaikan suatu tugas. Salah satu yg harus diselesaikan itu adalah ibadah, yg dalam hal ini dicontohkan dengan ibadah haji, karena ibadah tersebut mencerminkan seluruh rukun Islam.

Keadaan bulan seperti itu juga untuk menyadarkan bahwa keberadaan manusia di pentas bumi ini tidak ubahnya seperti bulan. Awalnya, sebagaimana halnya bulan, pernah tidak tampak di pentas bumi, kemudian ia lahir; kecil mungil bagai sabit, sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa, sempurna umur bagai purnama. Lalu kembali sedikit demi sedikit menua, sampai akhirnya hilang dari pentas bumi ini.
Allah berfirman:
Dia (Allah) menjadikan malam dan siang silih berganti, untuk memberi waktu (kesempatan) kepada orang yang ingin mengingat (mengambil pelajaran) atau orang yang ingin bersyukur (QS. Al-Furqan [25]:62).

Pekerjaan "mengingat" pada ayat tersebut berkaitan dengan masa lampau, dan ini menuntut introspeksi dan kesadaran menyangkut semua hal yg telah terjadi, sehingga mengantarkan manusia untuk melakukan perbaikan dan peningkatan. Sedangkan "bersyukur" dalam definisi agama adalah menggunakan segala potensi yg dianugerahkan Allah sesuai dengan tujuan penganugrahannya, dan ini menuntut upaya serta kerja keras.
Banyak ayat al-Quran yg berbicara tentang peristiwa-peristiwa masa lampau, kemudian diakhiri dengan pernyataan: "maka ambillah dari peristiwa itu" . Demikian pula ayat-ayat yg menyuruh manusia bekerja untuk menghadapi masa depan, atau berpikir dan menilai hal yg telah dipersiapkannya demi masa depan.

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah serial jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian perbuat (QS. Al-Hasyr [59]:18).

Ayat tersebut mengajarkan kepada orang-orang beriman untuk mengevaluasi diri mengenai hal2 yg telah diperbuat, agar siap dalam menghadapi hari esok. Maksud "hari esok" bisa dua makna, yaitu hari esok dalam konteks duniawi, dan hari esok dalam konteks ukhrawi. Hari esok dalam konteks yg pertama, merujuk pada masa2 yg akan datang selama manusia hidup di dunia. Menata kehidupan dunia perlu perencanaan matang, dengan melihat sepak terjang yg telah dilakukan pada masa2 lalu, agar kedepan lebih baik. Hari esok dalam konteks yg kedua, merujuk pada masa2 setelah kematian (akhirat). Dalam rangka memasuki kehidupan akhirat juga perlu bekal yg memadai, agar kebahagian di sana dapat diraih. Tentu saja harus diyakini bahwa apapun yg dilakukan di dunia, baik yg telah, sedang, dan yg akan datang akan diperhitungkan di akhirat kelak. Sementara itu, bekal yg paling baik, sebagaimana yg ditegaskan oleh Allah, adalah takwa.

Berbekallah kalian! Sesungguhnya sebaik-sebaik bekal adalah takwa (QS. Al-Baqarah [2]:197).

Memanfaatkan Waktu
Waktu yg di alami tidak akan terulang kembali. Oleh karena itu Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bahkan mereka dituntut untuk mengisi seluruh waktunya dengan berbagai amal dengan mempergunakan semua daya yg dimilikinya.
Dalam pandangan islam, semua perbuatan yg diridhai oleh Allah akan bernilai ibadah, karena itu umat Islam senantiasa dimotivasi untuk tidak henti-hentinya beraktivitas positif. dalam hal ini Allah berfirman:
A

COPAS (Share Ilmu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang