"Cinta atau Zinah ?"

112 5 2
                                    

Bismillah...
Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad...
Salam fitrah ilahi.

1. Memilih kebiasaan
- kebiaasaan buruk di budidayakan yang menjadi budaya

Itulah kata yang menjadi alasan kuat untuk mencoba memahami degradasi (kemunduran) moral serta pemahaman sebagian kaum muda-mudi saat ini. Kalau kebiasaan yang mendatangkan kebaikan sungguh baik tapi kalau kebiasaan yang mendatangkan mudharat, pasti berbahaya dan menakutkan. Apalagi kebiasaan menakutkan ini terjangkit di kalangan muda-mudi yang beragama Islam, tak bisa dibayangkan betapa hancurnya karakter diri lelaki dan juga wanita, dan hilangnya wibawa jika berkawan dengan kebiasaan buruk yang satu ini. Awalnya karena sudah biasa melihat lelaki dan wanita memiliki hubungan khusus tanpa ada ikatan yang halal, melihat dua sejoli bergandengan, berpelukan, bahkan sudah biasa mendengar atau melihat saling menumpuli satu sama lain, maka terjangkit lah penyakit ini dalam jiwa muda-mudi saat ini. Yang belum ada kehalalan inilah yang disebut dengan pacaran. Dalam Islam saya tidak pernah mendengar dari ustadz sekalipun dan membaca sejarah, fiqih, serta terjemahan Al Qur'an bahwa pacaran itu hukumnya dibolehkan, jangankan dibolehkan dalam fiqih Muba (yang dikerjakan tidak apa-apa dan begitu sebaliknya) saja tidak.

- pacaran; sebuah analisisa struktural
a. Lelaki dan perempuan adalah pasangan dalam hukum penciptaan (taqwini) Allah, dalam realitas benar adanya tak dapat dipungkiri, dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QR. Ar Rum:21)

Maka di manapun lelaki dan wanita berada naluri untuk bersatunya pasti ada, dan bahkan daya tarik dari naluri ini sangat kuat. Lalu kapan daya tarik naluri ini harus disegarkan ? Apakah dengan pacaran, atau dengan pernikahan ? Nah ini yang menjadi soal yang mesti kita Jawab sebagai insan yang memiliki naluri tersebut sebab manusia sudah diberikan potensi yang sungguh besar yaitu akal. Tidaklah mungkin sebagai insan yang berakal untuk menemukan jawaban tersebut harus berharap pada hewan untuk menjawab.

b. Pemahaman pacaran yang sudah mengakar bahkan sudah menjadi idiologi ditengah-tengah masyarakat khususnya pemuda, ini bukanlah tradisi dari Islam karena Islam tidak sesekali membenarkan pacaran, kecuali pernikahan. Karena pacaran itu memiliki makna hubungan yang belum adanya hukum untuk menjalani hubungan yang sesuai dengan hukum, maksudnya adalah hubungan yang syarat-syarat nya belum terpenuhi untuk menjalani hubungan secara bebas atau terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Demikianlah pacaran adalah bentuk jahil dan sekaligus menodai cinta hakiki.

- pacaran adalah wajah dari ketamakan.
Bentuk ketamakan dari pacaran adalah mendekati zinah (QS. Al isra:32) bahkan berpotensi kuat untuk melakukan zinah, karena pacaran akan mengantarkan duo yang berpacaran untuk melakukan keinginan mereka yang kelewatan batas. Mendekati zinah yang dimaksud itu seperti, lelaki dan wanita saling melirik, wanita yang suka mempertontonkan keindahan tubuhnya pada lelaki sehingga meningkatkan syahwat lelaki dengan sengaja disini berpakaian ala mini.

2. Tafakur (merenungkan)
Cobalah bertanya pada diri, sebenarnya pacaran itu apa ? Apakah perbuatan saling mencintai itu hanya ada pada pacaran ? Apakah hanya pacaran yang mewakili adanya cinta ? Atau pacaran hanyalah sikap tamak manusia untuk tunduk pada nafsunya ? Atau pacaran adalah alat lelaki kelak untuk menguasai keindahan tubuh wanita ? Atau pacaran adalah alat bagi wanita untuk menjalankan keinginan sifat pada lelaki agar hati lelaki dapat ditaklukkan oleh wanita ?

Makana singkat cinta,
Cinta yang sesungguhnya adalah ketertundukan Secara menyeluruh terhadap kekasih yang dicintai, kekasih sebagai objek ketertundukan harus sempurna, yang kesempurnaan nya tak ada batas yaitu Allah SWT, dimana ketika sang pencinta menghadap tiada beban bagi pencinta dalam kehidupannya kecuali menuju kesempurnaan. Wanita yang suka pacaran tidak akan mendapatkan kehakikian dari cinta begitupun sebaliknya bagi laki-laki. Agar kesempurnaan cinta tak disalah artikan yang akan berdampak kehinaan, diharuskan menuju kesempurnaan, karena cinta itu mendekati kesempurnaan bukan mendekati kehinaan.

Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad...
Bilahi Taufik walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu.....

Penulis by Abdul Fadal...

COPAS (Share Ilmu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang