Jangan lupa tinggalkan jejak :)
Kini seorang gadis sedang duduk di kursi dekat balkon kamarnya. Menatap langit yang penuh ditaburi oleh bintang yang bercahaya.
Namun, hati gadis ini tidak secerah bintang bintang yang ada di langit. Gadis ini bahkan tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.
Sepertinya gadis ini sedang memikirkan seseorang. Dilihat dari raut wajah nya yang sepertinya tidak bersemangat untuk menggerakkan anggota badan nya.
"Ma. Natha kangen sama mama. Mama kapan pulang?" Ucap nya lirih.
Ya, dia adalah Anatha. Gadis yang sedang merindukan orang tuanya.
Astaga, lancang sekali aku. Batin Anatha.
"Maaf ma. Seharusnya aku tidak berkata seperti itu." Ucap nya merutuku diri sendiri.
Akhirnya setelah mengucapkan kata tersebut Anatha kembali rapuh dan membiarkan satu tetes air mata turun.
Sesungguhnya, Anatha memang sangat merindukan orang tua nya. Anatha sangat ingin menjadi Anatha yang dulu.
Seorang yang periang, selalu bersemangat ketika pergi sekolah. Selalu menerima pujian atas dirinya bukan cemoohan untuk dirinya.
"Non Anatha." Panggil Bi Rinah.
Anatha memalingkan wajahnya ke arah Bi Rinah.
"Ada apa Bi?" Tanya Anatha kepada Bi Rinah.
"Ini dapat telepon dari teman non Anatha. Kalau tidak salah namanya Angga" jawab Bi Rinah sambil memberikan telepon rumah yang Tadi di pegang nya.
Anatha pun mengambil telepon tersebut dan mendekatkan ke telinganya.
"Assalamualaikum" sapa Anatha.
"Waalaikum salam" jawab Angga.
"Ada apa Angga?" Tanya Anatha kepada Angga.
"Em. Cuman mau tanya kamu lagi apa?" Tanya Angga.
Anatha pun hanya tersenyum kecil. Dan merasakan bahwa sepertinya pipi Anatha memanas.
"Aku sedang duduk di kursi dekat balkon kamarku." Jawab Anatha. Masih dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Oh ya sudah. Oh iya. Besok aku jemput kamu ya?" Tanya Angga.
Senyum yang terukir di wajahnya memudar mendengarkan apa yang Angga katakan.
"Tidak usah Angga. Dan sebaiknya kamu besok tidak usah sekolah." Jawab nya.
•••••
Keesokannya Anatha sedang berada di meja makan bersama orang tuanya. Anatha mungkin sedikit bahagia karena bisa makan malam bersama orang tuanya.
"Ini nyonya, tuan, nona makanannya sudah siap" ucap Bi Rinah.
"Terima kasih Bi." Jawab Pak Fian. Ayah Anatha.
Fian ini adalah ayah dari Anatha. Fian adalah seorang yang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Dulu, sebelum Fuan menjabat menjadi Pemilik Perusahaan yang sekarang ia pegang, Fian selalu menyempatkan diri untuk makan malam atau jalan-jalan bersama dengan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE [END]
Teen Fiction"Sendiri... Itu lah kehidupan ku. Hanya kesepian yang menemaniku. Tidak ada seseorang yang terkait dalam hidup ku. Dan aku sudah biasa seperti itu." Orang tua ku? Ya, mereka ada. Namun, tidak selalu ada bagiku. Teman? Aku punya teman. Tapi tidak ada...