SC 1

45 4 0
                                    

Aku merapat jaketku. Suhu disekitarku semakin menusuk kulitku. Padahal baju yang aku kenakan sudah berlapis. Ditambah kerudungku yang sudah tidak rapi. Ku lihat kawanku sudah berjalan jauh. Kabut pun sudah turun. Aduh!? Aku ditinggal. Gumamku.

Semakin lama aku tak melihat kawan ku lagi. Segera aku bergegas berjalan. Setengah menyeret kaki. Karena jujur saja aku sudah tidak bisa merasakan kakiku. Mati rasa.

Dukk

"Awww?!" rintihku
Aku langsung terduduk. Ku lihat kaki ku terantuk batu ditambah batu itu langsung menindih jari kaki malang ku.

"Ya Allah, kaki ku..." rintihku
Ku lihat didepanku sudah tidak ada bayangan kawanku. Aku tertinggal.

Mulutku terus berkomat kamit merapalkan doa dan beristigfar. Semoga ada pendaki lain atau kawanku yang lewat.
Kabut semakin tebal oksigen disekitar ku semakin menipis. Nafasku semakin tersengal. Mataku berkunang. Kepalaku semakin berat. Aku pasrah.

Pandangan ku menggelap. Tapi, aku merasa ada tangan besar yang menahan tubuhku agar tidak jatuh. Ingin sekali aku membuka kelopak mataku yang sudah menutup. Tapi, tidak bisa.
Dengan sekali hentakan tubuhku sudah terasa melayang. Apakah pemilik tangan besar tadi Mengangkat ku?
Entahlah. Aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Sepenuhnya perlahan aku pingsan.
_________________

Perlahan mataku terbuka. Aku mengedarkan mataku ke segala arah. Serba putih dan ada infus dipergelangan tangan kanan ku. Ada masker oksigen menempel diatas hidungku. Aku mencoba bangun tapi, denyutan dikepalaku menghentikan.

"Loh Alin jangan bangun dulu sayang" cegah suara lembut yang baru masuk ke ruangan ku. Ibu.

"Akhh!?" rintihku

"Tiduran dulu aja, Lin"

"Ha..us.." kataku pelan
Segera Ibu mengambilkan gelas minum dan membantuku minum.

"Makasih, buk" kataku
Ibu hanya tersenyum dan membantuku duduk dengan bantalan.

"Buk, udah berapa hari Alin disini?" tanya ku

"Udah 2 hari kamu pingsan, dan ini hari 3 kamu disini"

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
_______________

Besoknya aku sudah di perbolehkan pulang. Lagian aku sudah bosan lama lama disini.

"Ayo naik Lin!?" ajak Ayah yang sudah membukakan pintu mobil untukku.

Aku hanya mengangguk pelan dan segera masuk.
Ku edarkan pandanganku selama perjalanan pulang. Jalanan terasa lenggang.

"Langsung istirahat ya Lin!?" kata Ayah saat kami sudah memasuki halaman rumah

"Iya, Yah"

Sampai di kamar aku langsung merebahkan tubuhku. Memejamkan mata sesaat. Aku langsung membuka mataku saat ada ketukan dipintu. Dengan malas aku berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Nih tas dan barang kamu saat mendaki kemarin" kata Ibu sambil menyodorkan tas dan paper bag padaku.

"Iya buk, makasih" jawabku sambil menutup pintu

Dikamar aku langsung membongkar tas ku. Mengeluarkan semua isinya. Langsung aku menemukan barang yang ku cari. Iphone ku. Ku coba nyalakan ternyata lowbat. Segera aku mengisi baterainya.

Rasa kantukku langsung menerpa. Tapi, seketika pikiranku melayang sebelum aku pingsan sepenuhnya.
Siapa yang menggendong ku ya?

****

Jangan lupa VOMEN "vote dan Comen"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejarah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang