Penolakan

150 9 1
                                    

Mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Pita memasuki rumah sambil tersipu malu. Entah apa yang sedang ia rasakan.
"Kamu lucu Van" ucapnya lirih.

***

Beruntung,ibunya belum pulang kerja. Jadi ia takan diinterogasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya pusing.

Arlojinya menunjukan pukul 16.00 . Ia menatap jaket yang ia pakai sekarang. "Oh iya lupa. Rivan kan minta gue buat nyuci jaket nya. Em,pewanginya ada ngga ya?" Gerutunya.

Pita beranjak ke kamarnya. Kamar yang sengaja ia desain bernuansa putih biru. Dengan walpaper doraemon dan lampu tumblr di sebelah jendela. Tak lupa tv dan sound system terpampang di kamar mewah Pita.

Ia sudah bergelut dengan musik sejak TK. Bakat alami itu menurun dari Ayahnya. Tepatnya almarhum ayahnya.
Kini ia tinggal bersama Ibu,kakak dan ayah tirinya. Walaupun ayah tiri,ia sangat menyayangi Pita dan Yoga.

***

Di rumah,Pita juga mempunyai ruangan yang biasa mereka sebut studio musik pribadi. Karna kecintaan Pita dan Yoga dalam bermain musik,ayah tirinya sengaja membuatkan studio musik di rumah.

Pita memasuki kamarnya dengan semangat. Entah mengapa hari ini begitu berkesan baginya. Tapi bukan berarti ia menyukai Rivan.
Ia meletakan tas ranselnya di atas meja belajar berwarna biru itu. Dan mencopot sepatu dan meletakannya di lemari sepatu.
"Cape banget!" Ia segera merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Sambil menatap langit-langit kamar kemudian memejamkan mata.

HPnya berbunyi nyaring. Padahal ia baru semenit terpejam.
Ada sms dari kontak bertuliskan "My Rivan"

Matanya membulat. "Hah???"
Ia terus memandangi layar ponselnya. Dan terus memutar otaknya. Sejak kapan ia mempunyai nomor Rivan dan memberi nama sealay itu.
Ia membuka pesan itu.

Jangan lupa cuci jaket gue. Nama lo pita kan? Zaneta Pitaloka. Nama lo cantik banget. Persis kaya orangnya

Pipinya kembali memerah.

Lo Rivan? Kenapa lo tau nomor gue? Dan kontak lo ada di HP gue. Padahal gue ga pernah minta nomor lo.

Send..

10 menit kemudian.
Pita kini tengah duduk di meja riasnya. Dan mulai menggelung rambutnya... Ia mengaplikasikan toner di wajahnya agar lebih fresh dipandang. Dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh.
Ia kembali menatap layar ponselnya. Tertera nama My Rivan pesan baru diterima. Ia segera membuka pesan itu.

Lo ga perlu tau. Yang lo harus inget,lo kudu cuci jaket gue. Jangan lupa dikasih pewangi.

Pita pikir ia sedang tersenyum kali ini. Ia membalas pesan Rivan

Iya iya van

Send..

Pita beranjak dari kamarnya dan memilih untuk bermain musik di studio pribadinya. Tertera nama
"Zidane Aryoga ♡ Zaneta Pitaloka" di dinding studio yang mereka. Menandakan mereka lah pemilik studio itu.

***

Kakak beradik itu memang sangat akrab. Usia mereka tidak jauh berbeda. Hanya dua tahun.
Itu yang terkadang membuat mereka disebut pasangan kekasih tiap jalan bersama.

Pita meraih sebuah gitar dan memetiknya. Tentu saja sambil bernyanyi.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketokan pintu itu membuyarkan petikan gitar Pita.
"Non Pita? Makan dulu Non.." Seru Bi Susi. Pembantu di rumah Pita.

"Iya Bi!" Jawabnya singkat.

Pita menuruni anak tangga dan HP nya kembali berbunyi. Kali ini Rivan menelponya. Pita langsung berlari ke kamarnya dan memutuskan untuk tidak makan.

Pita segera mengangkat telpon dari Rivan.

"Haloo?? " ucap Pita lirih. Sebetulnya ia merasa sangat gugup saat ini.

"Hallo juga" seru orang diseberang yang tak lain adalah Rivan.

"A-ada apa lo nelpon gue?" Ucapnya heran

"Ga papa sih,gue kangen" goda Rivan yang sontak membuat pipi Pita kembali memerah. Ia benar-benar malu.

"Oh.." Jawabnya. Sungguh ia tak biasa dengan keadaan seperti ini.

"Lo cuek banget sih. Gue jadi tambah sayang." Goda Rivan kembali sambil terkekeh pelan.

"Rivan,jangan bercanda deh. Lo ada perlu apa? Gue mau makan."

"Oh lo mau makan? Ya udah deh. Gue matiin ya telponnya"
"Iya okee"

"Eh tunggu!"

"Apa lagi?"

"Jangan lupa shalat,berdoa sama Tuhan. Kita jodoh."

"Ya udah bye.."

Tut..tut..tut..

Sambungan telepon di matikan.
Pita yang kini masih duduk di kursi kamarnya,sontak menghentak-hentakan kakinya gemas. Ia tak pernah menyangka,Rivan bisa segombal itu.

***

Rivan kembali melakukan aktivitas rutinnya. Hari ini ia ada jadwal ekskul basket. Wawan dan Bagas yang sudah menunggunya di teras dengan teriakan-teriakan memanggil namanya.

"Lo berdua ngga bisa diem ya? Sabar dikit kek! Nyerocos mulu kayak emak-emak." Gerutu Rivan sambil melempar bola basket ke arah Bagas.

"Lo yang ngaret bego! Pak Andi udah WA gue suruh cepet"

"Udah deh buruan gas!"

***

Rivan dkk telah sampai di sekolah. Mereka duduk menunggu giliran. Karena bosan,ia mendengarkan musik dengan mengenakan earphone. Tiba-tiba Tasya menghampirinya. Tasya adalah kakak kelas disini. Dan dia adalah salah satu anggota OSIS. Dia juga pemandu gugus X IPA 5. Kelas Rivan. Entah mengapa semenjak MPLS,Tasya sering memperhatikan Rivan.

***

Saat pensi MPLS,Rivan ditunjuk untuk stand up comedy oleh Tasya. Karena logatnya yang lucu dan omongannya yang mengundang tawa. Sejak saat itu tasya mulai tertarik pada Rivan. Bukan hanya karna itu saja. Tasya juga dinobatkan sebagai kakak tercantik waktu MPLS. Dan sontak membuat Badai si ketos membuat kuis. Siapa saja yang bisa gombal dan membuat Tasya tersipu malu. Anak itu terbebas dari PBB.

Hadiah yang menggiurkan membuat Rivan memberanikan diri maju ke atas panggung dan mulai menggombali Tasya. Sejak saat itu juga Tasya mulai menyukai Rivan dan menganggap bahwa Rivan itu romantis.

Rivan yang sedari tadi mendengarkan musik dikagetkan dengan sosok perempuan yang ada dihadapannya.

"Hay Van? Hari ini lo ada acara ngga?"
Tanya Tasya dengan santainya.

"Haa? Apa? Lo nanya ke gue?" Sambil menunjuk mukanya sendiri.

"Ya iya lah,emang siapa lagi?" Ucap Tasya sebal.

"Oh sorry gue ga denger. Lo bilang apa tadi?"

"Lo ada acara ngga hari ini?" Tanya Tasya kembali dengan nada yang lebih tinggi.

"Oh,emang kenapa?"

"Mau anterin gue ke toko buku ngga? Ya kalo lo ngga sibuk sih." Jawab Tasya ragu-ragu.

"Oh..gue sibuk. Banyak tugas. Mending lo minta temenin yang lain aja deh." Penolakan secara halus. Sebenarnya Rivan tidak sibuk sama sekali.

"Oh gitu.. Ya udah. Sorry ganggu lo." Jawab Tasya dengan nada melirih. Sebetulnya ia sangat kecewa dengan perlakuan Rivan. Tak biasanya ia menolak ajakan Tasya. Dan ia segera pergi meninggalkan Rivan.

For GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang