Perkelahian

70 11 0
                                    

Rivan melangkahkan kakinya menuju kantin. Dilihatnya Pita yang sedang menikmati satu cup jus alpokat dengan sepiring siaomay. Sendiri. Dimana Tiara dan Nadia?

***

Rivan memposisikan duduknya tepat di depan Pita. Kelima temannya duduk di bangku yang lain.
Pita terlihat sangat gugup. Ia tak biasa dengan perlakuan seperti ini. Rivan terlalu fulgar menatapnya. Ia sangat amat risih. Tapi bagaimana dengan Rifqi? Apakah Rifqi tidak pernah seperti ini?

Jawabannya pernah. Tapi ia tak sefulgar Rivan. Masa pacarannya dengan Rifqi hanya sekedar pulang bareng,pegangan tangan, makan di cafe atau di resto. Atau sekedar main di timezone. Dan hunting. Mengerjakan tugas bersama dan membahas masalah OSIS bersama. Walau begitu,masa itu adalah masa yang indah. Tapi nampaknya semua itu telah sirna. Tak ada lagi yang harus ia pikirkan. Yang ia pikirkan hanyalah sekolah dan belajar.

***

Rivan memajukan wajahnya ke arah Pita. Pita tau,sekarang jantungnya berpacu lebih cepat. Rivan mengambil tisu di kotak tisu lalu menyapukannya ke sudut bibir Pita. Disitu ada bekas sambal siomay. Mungkin Pita terlalu gugup hingga membiarkan noda itu terus menempel.
Kelima temannya menatap Rivan takjub. "Sorry,ada noda sambal di bibir lo" ucap Rivan lirih lalu memundurkan wajahnya menjauh.

Pita menjawabnya dengan gugup "Ma-makasih ya"

"Sama-sama." Jawab Rivan singkat.

Fandi bersuara "Giliran Pitaloka aja diperhatiin. Giliran gue,lo colong terus kertasnya. Bete gue!"

Pita tersipu malu,Rivan tau hal itu. Rivan menatap Pita sejenak. Lalu beralih memandang Fandi. "Gue udah sering perhatiin lo. Lo nya aja yang nggak peka!"

Fandi melotot ke arah Rivan jijik "Najis!"

"Lah itu jijik sendiri" jawab Rivan sembari terkekeh pelan.

***

Pita mulai gerah dengan posisi ini. Ia sengaja tidak ikut bersama Tiara dan Nadia. Entahlah. Hari ini ia rasa ingin sendirian. Kebahagiaannya sirna setelah Rifqi mendatanginya mengharap belas maaf darinya. Sangat konyol!

"Pita,ntar sore lo sibuk nggak?" Tanya Rivan lirih memastikan.

Pita terdiam. Ia sedang memikirkan jadwalnya hari ini. "Eng-enggak sibuk sih. Emang kenapa?"

"Oke. Ntar siang gue jemput lo!" Ucap Rivan bersemangat lalu pergi meninggalkan Pita lalu disusul kelima temannya.

Pita menggeleng-gelengkan kepalanya. Tingkah Rivan memang konyol.

***

Jam pelajaran telah berakhir. Kini waktunya untuk pulang.
Pita berjalan pelan menuju halte sekolah. Ia berharap sang kakak telah menjemputnya. Ck! Pita berdecak kesal. Lagi-lagi ia harus menunggu.
Ia duduk manis sambil memegang tali ranselnya erat sambil melamun. Tak terasa ada seseorang yang tengah berada di depannya. "Neta?"

Pita berdecak kesal. Mengapa panggilan itu terus terngiang di kepalanya? Mengapa sosok itu serasa ada di depan mukanya. Pita mendongak perlahan. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Dengan segera ia beranjak dari duduknya. Emosinya kembali terpancing.
"Lo-lo ngapain disini?"

For GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang