Will you be My Girl?

73 12 1
                                    

Pagi ini Pita melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Suasana sangat sepi. Bahkan hanya dia yang baru berangkat.
Pagi ini juga ia mendapat giliran untuk piket.

Ia mulai menyapu lantai keramik kelas dengan teliti. Hingga tak ada kotoran yang terlihat mata. Membersihkan laci-laci meja dan menghapus papan tulis. Itu semua sudah biasa ia lakukan disaat ada tugas piket.

Ia menjamah laci mejanya. Tersentak saat .menemukan sebuah amplop cantik berwarna biru. Perlahan ia mulai membuka amplop itu.

Benar saja. Itu adalah surat dari Rivan. Pita mulai membaca bait demi bait tulisan yang tak begitu rapi itu.

Hari demi hari tlah kulalui.
Hanya menanti peri yang namanya melekat di hati
Memang sering kutemui sang peri..

Tapi...

Hanya sapaan kecil yang keluar dari bibir ini
Ingin rasanya kuungkapkan cinta..
Tapi,hati slalu bertanya..

Apa bisa aku kau terima?
Atau hanya membuat kita jauh saja?
Kini hari-hari telah berubah
Menjadi minggu-minggu penuh kelabu

Kini tekad dan keyakinanku
Telah menjadi lingkaran yang sempurna
Tuk katakan satu hal terpenting dalam hidupku..

Bahwa

Aku sayang kamu Pitaloka.

So? Will you be my girl?

Pita tercengang setelah membaca surat itu. Ia tak menyangka secepat ini. Ia menutup mulutnya tak percaya dan memasukan surat itu ke dalam sakunya.
"Rivan nembak gue?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia menampar pipinya sendiri amat keras. Sungguh ia tak percaya. Semua seperti mimpi. Apa yang harus ia katakan sebagai jawaban itu? Terima? Atau harus tolak?

***

Hari ini kelas X IPA 5 diajar oleh Bu Syifa. Guru muda dan yang pasti kekinian. Bu Syifa sendiri mengajar pelajaran seni budaya khusus kelas X IPA.

Suasana kelas X IPA 5 mendadak hening seketika. Bu Syifa masuk dengan raut wajah yang tak sedap di pandang.
Kalau sudah begini,murid pasti akan terdiam. Karena itu adalah tanda-tanda buruk.
"Pagi gengss.." seru Bu Syifa kurang bersemangat. Gengs memang sudah kerap ia ucapkan. Karena menurutnya,ia masih muda dan anak didiknya itu tidak terlalu muda dibawahnya. Jadi ia selalu menganggap anak didiknya itu temannya sendiri.

"Pagi Bu.."

"Ibu mau curhat nih gengs.." ucap Bu Syifa sembari memonyongkan bibirnya.

"Curhat apa sih Bu.. Uluh-uluh.." seru Nanda dari bangku belakang.

"Gini nih gengs,ibu habis di PHP in. Sakit hati deh!"

"Uluh-uluh sabar ya Bu yaa" seru Caca gemas. Gurunya yang satu ini memang aneh.

"Iya deh,sabar aja biar varokah" kekeh Bu Syifa. Kemudian melirik ponselnya. Kekehan yang baru saja keluar dari mulut Bu Syifa perlahan berubah menjadi rengekan. Bu Syifa terdiam membisu. Menutup mulutnya rapat-rapat. Tatapannya fokus pada layar ponselnya.
Sedangkan para murid itu keheranan.

"Bu nggak jadi ulangan?" seru Cindy dengan santai. Memang hari ini jadwal ulangan seni budaya.

"Nggak Ibu mager!" seru Bu Syifa ketus sembari terus menatap layar ponselnya.

For GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang