Pajak Jadian

77 13 1
                                    

Rivan dengan langkah santai menuju ruang guru. Ia diperintah Pak Andi untuk mengambil bola di mejanya.

Dilihatnya seorang gadis bersama orang tuanya sedang duduk di kursi tamu kepala sekolah. Rivan memandang gadis itu dengan seksama,ia seperti mengenali gadis itu. "Anak baru? Ah bodo amat" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang guru.

***

Rivan masih tak bisa menahan senyumnya. Selama pelajaran berlangsung ia pun menjadi seperti kesetanan. Senyum-senyum tanpa henti sembari menatap papan tulis dengan tatapan kosong. Hingga bel pulang berbunyi.
"Pan,ntar sore ngumpul ya di cafe biasa?" seru Fandi pada Rivan.

"Iya ntar jam berapa?"

"Jam 3 aja kayak biasa Pan." seru Fandi yang hanya dibalas anggukan oleh Rivan.

Rivan melangkahkan kakinya menuju kelas Pita. Dilihatnya gadis itu sedang tertawa gembira bersama teman-temannya. Sangat manis. Rivan menatap gadisnya lekat-lekat. Ia tak bisa memalingkan tatapannya ke orang lain. Sungguh,Pita bak peri yang datang tiba-tiba di hidupnya. Merubah sermua menjadi indah. Pita tersentak saat melihat sosok lelaki itu di depannya.
Rivan tersenyum simpul melihat tatapan kaget itu. Sangat menggemaskan.

Pita berjalan pelan menghampiri Rivan. Tersenyum kecil ke arahnya.
"Yuk pulang?" ajak Rivan pada Pita yang masih melihati teman-temannya yang mulai bergosip ria.
Bergosip ria? Untuk apa? Jelas,karena mereka melihat kedekatan Rivan dan Pita.
"I-iya ayo" ucap Pita gelagapan.

Rivan berada di depan berjalan santai sembari sesekali terkekeh. Entahlah mungkin penyakit lamanya kumat. Pita berjalan pelan di belakangnya. Hingga tiba-tiba Rivan berhenti dan Pita dengan tak sengaja menabrak Rivan.
"Yaah,sorry Van gue nggak sengaja" ucap Pita cemas.

Rivan terkekeh melihat tingkah Pita. "Ngapain minta maaf sih? Lagian kamu tuh ngapain jalan di belakang aku?"

"Ya abisnya lo eh kamu,jalannya cepet banget sih." gerutu Pita sembari memanyunkan bibirnya.

Rivan menarik lengan Pita pelan lalu merangkulnya. "Kita udah pacaran kali,kamu lupa tadi pagi kan aku udah nembak kamu. Masa jalannya depan belakangan kayak lagi baris aja" ucap Rivan.
Belum terbiasa panggil kamu ya?" sambungnya.

"Iya nih" jawab Pita sembari menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.

"Iya nggak papa"

Kini Pita dan Rivan telah sampai di parkiran sekolah. Rivan menaiki motornya lalu menghidupkan mesinnya.
"Ayo naik" ucapnya lalu diiyakan Pita.

"Pegangan ya!" seru Rivan sebelum mereka benar-benar melaju. Respon Pita masih sama seperti dulu. Berpegangan pada kaos Rivan. Rivan terkekeh pelan. Tingkah gadisnya ini sungguh menggemaskan.
"Pegangannya disini sayang," Ucap Rivan tanpa beban sembari menuntun tangan Pita untuk berpegangan dalam artian memeluk Rivan. Modus? Nggak juga. Lagi pula itu akan membuat Pita merasa lebih aman.

Pita tersipu malu. Sayang? Iya benar,bukannya mereka telah resmi berpacaran? Jadi apa salahnya Rivan memanggilnya dengan kata sayang. Itu hal normal. Hanya saja,ia masih canggung dengan sapaan itu.
Dan akhirnya Pita menurut saja perkataan Rivan dan mereka pun mulai melaju.

Rivan bernyanyi dengan nada yang tak beraturan. Hingga membuat Pita tertawa lepas. "Jangan nyanyi deh,merusak dunia aja"

"Sembarangan. Suara mirip artis internasional juga" kekeh Rivan.

For GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang