Time Zone

65 13 0
                                    

Jam menunjukan pukul 14.15 kini Pita telah siap untuk pergi dengan Rivan. Ia memakai ripped overal jeans dan kaos lengan pendek berwarna abu-abu hitam. Dan sepatu kets putih. Tak lupa tas kecil menempel di punggungnya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai.

***

Suara klakson mobil terngiang di telinganya. Pita segera berlari menghampiri Rivan yang tengah duduk di mobil. Pita menatap Rivan intens. Rivan terlihat sangat keren dengan kaos hitam dengan celana jeans juga jaket yang biasa ia pakai. Tak lupa sepatu yang warnanya sama dengan Pita. Mereka tidak janjian untuk warna sepatu tentunya. Itu hanya kebetulan.
"Siap?" tanya Rivan pada Pita yang kini sudah duduk di sebelah kursi pengemudi.

"Iya siap Van." ucapnya rada malu.

***

Rivan dan Pita kini telah sampai di time zone. Pita nampak sangat senang. Ia tak menyangka Rivan akan mengajaknya kesini. Pantas saja Rivan menyuruhnya untuk memakai pakaian yang kesannya casual. Raut wajah gembira Pita tergambar jelas. Rivan sangat bahagia bisa membuat Pita segembira ini. Ia mengeluarkan kartu time zone nya.

"Mau main yang apa dulu?" tanya Rivan.

"Em,gatau Van gue bingung deh pengin semuaa" ucap Pita dengan lagat bocahnya,membuat Rivan semakin gemas.

"Dance-dance revolution yuk?" ajak Rivan.

"Ah emang lo bisa?" tanya Pita ragu.

"Lo ngremehin gue? Bukan Ripan kalo kaya gitu aja nggak bisa. Yuk buruan."
Ucap Rivan lalu berlari kecil menuju wahana permainan itu.

Pita tersenyum senang lalu ikut menyusul Rivan yang telah sampai terlebih dahulu. Tak ada canggung? Entah lah sejak kapan mereka bisa seperti ini. Rivan memang sudah menunjukan itu sejak tempo hari. Tapi Pita? Meresponnya dengan cuek dan terkesan malu. Tapi sekarang? Ia sudah tak seperti tempo hati yang terkesan cuek dan tak peduli. Kemajuan pesat. Bahkan kalau dilihat-lihat,mereka sangat pantas disebut pasangan kekasih. Mereka sangat serasi dan terlihat bahagia.

***

Mereka berdua bermain dengan lincah. Siapa yang bakal kalah?
Dance-dance revolution adalah game tersusah di time zone. Konon. Karena membutuhkan kecepatan kaki dan keahlian menari. Pita dan Rivan sama-sama menunjukan keahliannya dalam bermain. Tapi dalam permainan pasti ada pemenang.
Dan dalam game ini Pita lah pemenangnya.

Pita bersorak gembira dan menjulurkan lidahnya ke arah Rivan. Karena sedari tadi,Rivan selalu menyombongkan dirinya yang akan memenangkan game ini.
Rivan tersenyum manis. Pita terdiam sejenak. Ia berfikir. Sejak kapan Pita bisa sedekat dan tidak canggung lagi pada Rivan? Apa ia sedang bermimpi? Tentu ini bukan mimpi. Rivan menatap Pita bingung.
"Kenapa bengong?"

"Kok kita bisa se-se akrab ini? Kok gue ngerasa nggak ada canggung lagi?"

Rivan tersenyum bahkan tadi juga ia berfikir seperti itu. "Jalanin aja apa yang ada. Biarin ngalir semestinya. Nggak perlu dipusingin. Gue harap lo bisa kayak gini terus. Nggak cuma hari ini,tapi seterusnya."

Pita hanya tersenyum. Lalu mereka melanjutakan permainan mereka. Kali ini mereka memainkan permainan street basketball. Rivan tersenyum licik. "Kenapa senyum-senyum gitu?"

"Gue yakin bisa kalahin lo di permainan ini" ucap Rivan mantap.

"Oke kita coba."

***

Rivan memainkan game itu sengan serius. Pita sampai kewalahan. Ia memang tak berbakat dalam hal olahraga apalagi basket.
Rivan menjerit "yuhhu!! Gue menang! Apa gue bilanng?" Ucapnya sombong

Pita menatapnya sebal. "Ah lo kan atlet basket. Gue bisa apa?"

Rivan mengambil bola basket itu lalu meminta Pita memegangnya "sinih gue ajarin. Pegang,tangannya kayak gini jangan kayak gitu" komando Rivan. Rivan mengarahkan tangan Pita agar benar dan menyuruhnya untuk melemparkan bola itu. Dan hasilnya. Masuk!

Pita tersenyum bangga. Ia gugup sekali. Saat Rivan di belakangnya sambil memegang tangannya. Mengarahkanya agar tepat sasaran. Jantungnya berpacu lebih cepat. Walau ia bisa menutupi kegugupannya itu.

***

Wahana demi wahana telah mereka jajal. Hingga mereka sampai di Photo Box. Pita sejujurnya sangat malu. Tapi karena Rivan dengan tiba-tiba menariknya untuk masuk,ia tak bisa apa-apa.

***

Mereka mempraktikan banyak gaya. Dari manyun,duckface,melotot,senyum dan gaya lainnya.
Setelah hasilnya jadi,Pita terkikik melihat hasilnya. "Kocak banget deh Van. Lo mau yang mana fotonya? Setengah-setengah ya?"

"Gue tiga aja. Sisanya buat lo" sambil memilih foto yang ia suka.

Pita mengangguk. Lalu membulatkan matanya ketika melihat boneka pony ada di capitan boneka.
Ia menggerak-gerakan lengan Rivan pelan "Rivan main itu yuk!!" Serunya sembari mendongak ke atas menunjukan pupy eyes miliknya yang sangat menggemaskan.

"Iya ayo" ucap Rivan sambil berjalan pelan dan terkekeh geli.

Pita sangat gembira sepertinya. Ia jingkrak-jingkrak saat melihat boneka pony yang ia sukai.
"Lo yang main ya Van. Ambilin yang boneka pony warna birunya."

"Enggak doraeemon?" Tanya Rivan memastikan.

"Enggak,udah banyak. Gue pengin yang pony."

"Iya udah gue usahain."

Rivan mulai beraksi menggerak-gerakan kemudi hingga sampai tepat diatas boneka pony itu. Meleset. Ia mencoba sampai tiga kali dan akhirnya dapat.
Pita bersorak gembira boneka yang ia incar akhirnya ia dapatkan. Rivan mengacak pelan rambut Pita. Ia sangat gemas.
"Makasih ya Van.." Ucap Pita dan Rivan hanya mengangguk.

***

Pita dan Rivan berjalan pelan menuju parkiran. Sudah cukup lama mereka bermain hingga lupa makan. Pita masih menggendong boneka.pony itu. Mengusap-usap penuh sayang.
Rivan terkekeh melihat pemandangan itu. Hingga ia harus tercengang seketika. Darah keluar deras dari hidung Pita. Rivan menangkis boneka itu agar tidak terkena darah.

"Rivan apaan sih" ucap Pita tak sadar ada yang mengalir dari hidungnya.

"Lo yang apaan. Itu lo mimisen!" Ucapnya lalu mengambil tisu yang sempat ia beli. Pita kaget lalu melihat wajahnya dari cermin HP. Benar. Ia mimisen.

"Lo kecapean Pit. Kita pulang aja ya."

Pita mengangguk pelan dan masih sibuk membersihkan darah yang masih mengalir. Sedangkan Rivan berlari mengambil boneka yang terlempar cukup jauh. Mereka segera kembali ke mobil,sebelumnya mereka membeli es batu untuk mengurangi mimisan itu.

***

Sesampainya di rumah darah itu sudah tak bercucuran lagi. Rivan menatap Pita cukup lama. "Istirahat ya. Lo nggak boleh sakit. See you besok. Dan gue harap lo nggak cuek lagi setelah ini" Pita tersenyum lalu beranjak keluar dari mobil. Lalu melambaikan tanganya.

Rivan melajukan mobilnya lalu pulang.

Hari ini terasa indah. Bahkan hari-hariku terasa indah dan berwarna semenjak aku mengenalmu-Pitaloka

For GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang