2. Tikungan Cinta

3.2K 192 87
                                    

Thalia buru-buru berlari setelah turun dari angkot menuju gerbang sekolah. Letak gerbang sekolah dengan pemberhentian angkot tidak dekat, sehingg gadis itu berlari kecil agar segera sampai. Matanya kembali melihat jam dipergelangan tangannya, sudah pukul 7.05 menit, telat lima menit. Hari ini ia kembali bangun kesiangan gara-gara semalam waktunya dihabiskan nonton film korea yang diberi Mita, tidak hanya teman sekelasnya yang demam korea. Tapi Thalia juga terpengaruh lantaran tiap ada film baru Mita selalu memberinya.

Tangan Thalia merogoh ponsel dikantong bajunya, pemberitahuan line, dari Mita.

----
Mita.cute
Thal. cptan, langsung ke ruang praktek. Bu Rini bntar lagi datang.

----
OTW Mit.
send

Setelah meletakkan kembali posel ke saku bajunya. Gadis itu mempercepat larinya berharap gerbang masih dibuka. Namun sampainya di tikungan menuju gerbang sekolah, ketika gadis itu hendak membelokkan badannya. Tiba-tiba. 

BRUAAKK.

Thalia merasakan tubuhnya menabrak sesuatu, bukan pohon karena memang tidak keras, rasanya seperti manusia yang ia tabrak. Buru-buru Thalia mengambil buku paketnya yang sebagian jatuh berserakan, kemudian mendongakkan wajah melihat siapa yang ia tabrak. Orang yang Thalia tabrak berdiri mematung sambil menatap dirinya, dan sama sekali seperti tidak ada inisiatif untuk membantunya.

Thalia segera berdiri setelah mengambil buku paketnya, ia berdehem dan mencoba bersikap biasa. Orang yang ia tabrak adalah Nichol. Nichol yang katanya Mita dan teman-temannya brandalan sekolah.

“M-Maaf, nggak sengaja,” ucap Thalia terbata.

“Telat?” tanya Nichol bukannya menjawab permintaan maaf Thalia. Gadis itu masih bergeming.

“Telat?” cowok itu mengulang pertanyaannya meskipun sudah tau kalau Thalia memang telat.

“Iya,” jawab Thalia pelan. “Kak Nichol juga telat?” tanyanya terbata.

“Lo temennya Mita kan? Yang kemaren sempat gue tabrak juga?”

Kening Thalia berkerut mencoba mengingat kejadian yang dimaksud Nichol. Benar saja, kemaren cowok itu menabraknya saat ia keluar dari perpus sekolah.

“Iya Kak.”

“Nichol aja, jangan kakak.”

“Tapi kan lebih tua Kak Nichol,” bantah Thalia seraya berusaha melihat wajah cowok itu. Thalia mendongak, berjejer dengan Nichol seperti ini ia merasa kalau dirinya sangat kecil, ia hanya sebahunya. Tubuh Nichol yang jangkung membuat Thalia terlihat seperti anak SMP atau mungkin anak yang baru masuk SD.

“Nichol aja,” ujar cowok itu membalas tatapan Thalia, tepat di mata Thalia. Kalau cewek lagi yang diperlakukan seperti itu, mungkin sudah teriak-teriak karena kegirangan ditatap Nichol. Tapi tidak dengan Thalia, gadis itu tampak ciut. Tatapan Nichol membuat Thalia salah tingkah, gadis itu buru-buru menundukkan kepala.

“Iya maksudnya Nichol.”

“Nah. Itu lebih enak di dengar, lagian gue juga masih kelas X, sama kayak lo.”

“Bukan sama, tapi tepatnya kamu nggak naik kelas.” Gumam Thalia, dalam hati pastinya.

"Nama lo siapa?"

"Apa?"

"Nama lo siapa? Gue rasa kita belum kenalan," ujar Nichol.

"Kemaren Dira udah tau."

"Kan Dira, guenya belum."

"Oh gitu. Thalia."

"Thalia aja?"

Love Rain [Hiatus U/ Beberapa Hari Ke Depan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang