Cinta memang tak pernah salah berlabuh meski terkadang cinta berlabuh pada orang yang kita benci sekalipun. -Love Is Life.
----------------------
Mobil audi putih telah terparkir rapi di bagasi rumah besar bertingkat. Prilly segera turun dari mobil dan berdiri di samping pintu mobil. Beberapa detik kemudian Ali juga ikut turun dari mobil.
"Terima kasih tuan. Kalau gitu saya masuk dulu, permisi"ucap Prilly menunduk sopan dan berlalu ke dalam rumah bertingkat itu.
Ali hanya berdehem membalas ucapan Prilly sembari menatap punggungnya yang mulai hilang di telan pintu rumah.
"Kenapa ya kok gue kadang-kadang suka banget ngelihatin Prilly?"tanyanya pada dirinya sendiri. Ali tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Hanya ada semilir angin yang menyapanya.
"Apa jangan-jangan gue...... Nggak-nggak mungkin dan nggak boleh terjadi"ucap Ali mengusap wajahnya gusar. Ia pun beranjak masuk ke dalam rumahnya dan menuju kamarnya.
Setelah sampai di dalam kamarnya. Ali menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu. Otaknya kembali berputar mengingat kejadian di mobil tadi saat perjalanan pulang. Saat ia hampir saja menabrak seseorang karena terlalu fokus menatap wajah Prilly pembantunya itu. Tiba-tiba otaknya kembali terlintas begitu saja oleh senyum Prilly. Ali benar-benar pusing tak mengerti dengan keadaan ini. Ia bangkit dari ranjang dan mengusap wajahnya berkali-kali. Ia tak boleh memikirkan pembantunya itu. Untuk apa ia memikirkannya? Bukankah ia sangat membencinya? Sungguh Ali tak pernah di buat pusing tujuh keliling seperti ini.
"Sepertinya gue kecapean"ujarnya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin setelah mandi nanti ia tidak akan memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing, Karena otaknya sudah Fresh.
******
Prilly langsung memeluk bundanya dari belakang yang sedang memasak di dapur. Resa tersenyum saat mengetahui putrinyalah yang memeluknya dari belakang.
"Ada apa? Di marahin tuan Ali lagi ya?"tanya Resa
yang sepertinya tepat sasaran. Prilly membalasnya dengan gumaman dan masih memeluk bundanya dari belakang. Resa menggelengkan kepalanya pelan dan mengusap lembut tangan putrinya."Bunda aku boleh tanya nggak?"ucap Prilly setelah diam beberapa detik. Resa membalikan tubuhnya menghadap Prilly dan tersenyum kepadanya. Prilly melepaskan pelukannya pada bundanya dan menatapnya.
"Boleh dong Princessnya bunda. Emang mau tanya apa?"balas Resa mengusap lembut rambut putrinya.
"Apa Prilly adalah orang yang serba salah? Sampai-sampai apa yang Prilly lakuin selalu membuat tuan Ali sangat membenci Prilly"tanya Prilly yang membuat Resa menatapnya sayu. Putrinya memang selalu merasa bersalah jika seseorang membencinya.
Karena menurut Prilly jika seseorang membencinya ia pasti telah melakukan kesalahan terhadap orang tersebut.
"Kenapa Prilly bertanya seperti itu. Putri bunda dengerin ya. Setiap orang pasti mempunyai kesalahan karena hidup itu tidak ada yang sempurna. Mungkin tuan Ali membenci Prilly karena dia ingin Prilly jadi orang yang kuat atau mungkin ingin mengetes Prilly."tutur Resa panjang lebar.
"Tapi kan bunda untuk apa tuan Ali mengetes Prilly? Itu tidak mungkin bu-"ucap Prilly terpotong.
"Sayang dengerin bunda ya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Tuhan telah berkehendak."ujar Resa tersenyum lembut. Prilly hanya diam menatap bundanya.
"Jadi sekarang apa Prilly mau nyerah sama sikapnya tuan Ali?"tanya Resa pada Prilly yang terdiam. Bibirnya mengatup tak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan bundanya. Ia menundukan kepalanya seperti saat di depan tuan tampan dan dinginnya.
"Ayo dong tunjukin pada tuan Ali kalau Prilly adalah gadis yang kuat"seru Resa menyemangati Prilly. Prilly mendongak menatap bundanya dan tersenyum.
"Semangat!"seru Resa kembali sembari mengangkat sebelah tangan putrinya itu. Prilly terkekeh pelan melihatnya dan segera berhambur ke dalam pelukan bundanya.
"Terima kasih bunda udah nyemangatin Prilly"ujar Prilly tulus dalam dekapan bundanya,Resa. Resa membalas pelukan putrinya sembari tersenyum senang melihat putrinya yang sudah bisa tersenyum kembali.
"Sama-sama Princessnya bunda"balas Resa menundukan kepalanya untuk melihat wajah putrinya dan mencubit pelan pipinya.
Resa melepaskan pelukannya pelan saat di rasa putrinya sudah tenang sekarang.
"Oh iya kamu udah makan belum?"tanya Resa pada Prilly yang dibalas dengan gelengan kepala pelan. Resa tersenyum lembut dan membelai rambut Prilly dengan kasih sayang.
"Ya udah kamu makan gih. Nanti sakit lho kalau kamu telat makan"suruh Resa. Prilly tersenyum dan mencium kedua pipi bundanya."Kalau gitu Prilly makan dulu ya bunda"ujar Prilly yang di balas anggukan pelan oleh bundanya, Resa.
Setelah itu Prilly menuju meja makan kecil yang berada di dapur yang memang di peruntukan untuk pembantu.
******
Pagi yang cerah menyapa sebuah rumah besar bertingkat dengan cahaya menyusup ke dalam gorden-gorden di dalam rumah. Ali bangun dari ranjangnya dan menuju ke dalam kamar mandi. Setelah beberapa menit ia keluar dari dalam kamar mandi dan segera memakai seragam putih abu-abunya menuju ke sekolah. Di rasa semua telah siap Ali membuka pintu kamarnya menuju Ruang makan. Di lihatnya mama papanya sedang sarapan bersama Ali segera duduk ke kursi makan dan bergabung dengan kedua orang tuanya.
"Hay.. Sayang gimana kabar sekolahnya?"tanya Lyra, mamanya. Ali memutar bola matanya malas.
"Biasa aja ma"sahut Ali dengan tampang malasnya.
Lyra yang mendengarnya tersenyum menggelengkan kepalanya pelan."Kamu kok gitu sih jawabnya sama mama"ucap Lyra pada Ali yang sibuk menatap makannya. Ali tidak menghiraukan ucapan mamanya.
Wiliam, papa Ali. Hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat istri dan anaknya yang terlihat sedang ada masalah kecil.
"Mama yang harusnya gimana. Masa ngurusin pekerjaan mama terus kan Ali nggak pernah di perhatiin." ucap Ali mendengus kesal.
"Mama kan memang lagi sibuk sayang akhir-akhir ini sama pekerjaan mama"balas Lyra pada Ali yang hanya memutar bola matanya jengah.
"Emang segitu pentingnya ya pekerjaan mama dari pada sama Ali?"tanya Ali. Ia tampak menahan emosinya.
"Kamu ngomong apa sih sayang. Mana mungkin sih mama lebih mentingin pekerjaan mama dari pada sama kamu"jelas Lyra. Ali menggelengkan kepalanya dan mulai beranjak dari posisinya. Ia sudah tidak nafsu lagi untuk makan saat mendengar penjelasan mamanya yang menurutnya omong kosong.
"Udah deh ma nggak usah bohong. Ali tahu kok kalau papa sama mama itu cuma mentingin pekerjaan kalian dari pada sama Ali"ujar Ali meninggi dan penuh penekanan. Lyra yang melihatnya menggelengkan kepalanya pelan.
"Ali jaga bicaramu"setelah beberapa menit terdiam akhirnya Wiliam angkat bicara. Keadaan yang semula tenang kini mulai berubah menjadi menegang.
"Memang itu faktanya kan pa. Kalau papa sama mama itu cuma mentingin pekerjaan kalian dari pada sama Ali."sahut Ali membenarkan ucapannya. Wiliam yang mendengar itu ingin menampar wajah Ali namun, Lyra menahannya.
"Sudahlah Pa ma. Mendingan kalian urus aja pekerjaan kalian dari pada Ali"ucap Ali pada papa mamanya dan segera berlalu keluar rumah.
"Ali..."teriakan mama dan papanya yang memanggil namanya tidak ia hiraukan. Ali terus berjalan menuju pintu keluar dari rumah besar bertingkat itu.
BERSAMBUNG......
Gimana? Makin Gaje terus ya? Sorry gk ngefeel.
Sebenarnya crita ini udah mau aku publish minggu lalu tapi karena lgi sakit dan sibuk TryOut sama Les, jadi bru next skrang deh. Smoga msih ada yg mau nunggu crita gaje kek gini. Next? Vomment ya Guys! 🌟💬.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Life
FanfictionPrilly Lovila seorang anak pembantu yang bekerja di sebuah rumah terbesar di jakarta. Majikannya memiliki anak laki-laki tampan dan dingin bernama, Alifan Zouis. Menurut Alifan Zouis semua yang dilakukannya salah. Banyak orang mengatakan Benci itu C...