Terkadang benci mengajarkan kita apa arti cinta yang sesungguhnya.
-Love is Life.------------------
Ali membalikan badannya pada seseorang yang memanggilnya tadi. Dilihatnya Prilly pembantunya itu berjalan menghampirinya. Detak jantung Ali mengiringi langkah Prilly menuju tempatnya berdiri mematung sekarang. Semilir angin kecil berhembus ketika Prilly sudah berada di depannya membuat Ali bisa dengan mudah mencium aroma khas gadis itu. Kini detak jantung Ali kian berpacu lebih cepat kala Prilly memberikan seulas senyuman termanisnya di hadapannya. Namun, sedetik kemudian senyum itu sirna dan Prilly menundukan kepalanya takut membuat Ali merasa kecewa.
"Maaf tuan, udah membuat tuan menunggu"ucap Prilly penuh sesal. Prilly yakin pasti tuan tampan dan dinginnya ini akan memarahinya habis-habisan.
"Nggak papa gue mau pulang sekarang. lo mau pulang nggak? Kalau mau buruan"balas Ali dengan kata lembut. Seketika Ali lupa bahwa dia akan memarahi pembantunya karena telah membuatnya menunggu. Tapi entah kenapa rasa marah itu meluap begitu saja saat Prilly memberikan senyuman manis padanya.
Prilly mengerjapkan matanya berkali-kali tak percaya bahwa di depannya ini adalah tuan tampan dan dinginnya. Apakah ini mimpi? Bukankah biasanya tuan tampan dan dinginnya itu akan memarahinya karena telah membuatnya menunggu? Tapi kenapa sekarang berbanding terbalik? Dan yang paling membuatnya makin tak percaya tuan tampan dan dinginnya berbicara lembut padanya. bukankah biasanya ia selalu berbicara ketus padanya? Semua pertanyaan itu memenuhi otak Prilly. Karena tak ingin mengecewakan tuan tampan dan dinginnya itu Prilly menganggukan kepalanya.
"Iya tuan"sahut Prilly singkat. pandangan Prilly beralih ke belakangnya yang berjarak sekitar 8 meter dari tempatnya berdiri dimana terlihat sosok seorang pria tampan yang berambut hitam kecoklatan sedang berdiri menatapnya bingung sejak tadi.
"Aku pulang duluan ya Revan. Sampai bertemu besok"pamit Prilly pada Revan seraya melambaikan tangannya. Revan hanya tersenyum menanggapinya seraya membalas lambaian tangannya. Sementara, Ali hanya menatapnya datar.
Tak lama Ali dan Prilly mulai melangkah meninggalkan Revan sendirian. Sesekali dalam perjalanannya Ali menatap sinis ke arah Revan karena posisi Ali yang berjalan di belakang Prilly. Revan hanya membalasnya dengan senyum tipis ralat senyum yang terlihat dipaksakan.
"Sebenarnya ada hubungan apa sih antara Ali dan Prilly?"tanya Revan pada dirinya sendiri. Revan fikir ia yang lebih tahu tentang Prilly tapi ternyata kenyataanya dia tak tahu ada hubungan apa antara Ali dan Prilly.
"Gue harus cari tahu!"seru Revan. Ia pun mulai melangkahkan kakinya kembali.
******
Suasana di dalam mobil Ali terlihat hening. Prilly yang sibuk melihat pemandangan jalanan ibu kota yang terlihat ramai dari kaca mobil Ali dan Ali yang memfokuskan dirinya pada kuda besinya. Sepertinya keheningan memang menjadi kesukaan mereka. Hingga terlihatlah warna merah pada lampu lalu lintas yang mengharuskan Ali untuk menghentikan mobilnya. Mata Ali melirik kearah spion mobil di atasnya dan terlihatlah Prilly yang sedang memperhatikan kendaraan yang juga ikut berhenti.
"Prill, lo ada hubungan apa sih sama Revan?"entah mengapa hati Ali tergerak untuk menanyakan hal itu pada Prilly. Ali sebenarnya tidak tahu kenapa ia harus menanyakan hal seperti itu sudah dipastikan gadis itu akan bingung karena sikapnya yang terlihat kepo padahal selama ini Ali terlihat cuek terhadap semua hal tentang Prilly. Tapi sekali lagi Ali hanya mengikuti kata hatinya saja.
"Saya sama Revan hanya teman saja tuan"jawab Prilly jujur. Prilly benar-benar tak percaya jika tuan tampan dan dinginnya akan berbicara lembut padanya. Terlebih Ali juga menyebut namanya. Bukankah pertanyaan ini pernah Ali tanyakan pada Prilly sebelumnya? Lalu kenapa harus bertanya lagi?
"Kenapa tuan? bukankah tadi pagi di sekolah tuan sudah pernah menanyakan hal ini sebelumnya?"lanjut Prilly bertanya yang membuat Ali diam seribu bahasa. Ali mencoba mencari alasan agar Prilly tak curiga padanya. Bahkan kini ia merutuki kesalahannya untuk apa bertanya hal seperti itu yang kedua kalinya. Entahlah jawaban Prilly waktu itu masih saja membuat hatinya merasa ada yang mengganjal, sama seperti sekarang.
"Enggak, cuma ya lo sering banget sama Revan udah kaya orang pacaran. Nempel terus"elak Ali menutupi kegugupannya dengan nada sedikit meledek. Dilihatnya Prilly hanya mengangguk-anggukan kepalanya membuat Ali bernafas lega.
Tin..Tin...
Suara klakson mobil terdengar dari arah belakang mereka membuat Ali tersadar dan segera melajukan mobilnya kembali. Padahal dalam hatinya tersurat banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan tentang hubungan Prilly dan Revan, la lagi-lagi harus menelan kekecewaan.******
Mobil Ali memasuki perkarangan rumah megah dan bertingkat. Setelah sampai Ali segera turun dari mobil begitupun dengan Prilly.
"Terima kasih tuan. saya masuk dulu, permisi"pamit Prilly pada Ali dan ingin segera masuk ke dalam rumah megah dan bertingkat itu.
Namun tiba-tiba tanpa sengaja Prilly menginjak tali sepatunya yang lepas dan hal itu membuat Prilly memejamkan matanya. Bisa dipastikan tubuhnya akan sakit sekarang karena jatuh. Tapi Prilly dapat merasakan bahwa sesuatu mencoba menahan tubuhnya agar tak jatuh. Seperkian detik Prilly memejamkan matanya dan detik selanjutnya ia membuka matanya secara perlahan. Saat Prilly membuka matanya hal yang pertama ia lihat adalah wajah tuan tampan dan dinginnya yang berada sangat dekat dangan wajahnya sekitar 12 cm. tiba-tiba suasana hening seketika. Detak jantunglah yang kini menjadi pengiring mereka,
Mereka tenggelam dalam pesona masing-masing. Hingga Prilly yang tersadar segera menjauhkan tubuhnya dari Ali yang memeluknya agar tak jatuh."Maaf tuan"ucap Prilly menundukan kepalanya takut. Baru saja tuan tampan dan dinginnya itu bersikap manis kepadanya, jangan sampai karena hal ini ia akan dimarahi dan dicaci maki lagi.
"Lain kali kalau jalan hati-hati"ujar Ali pelan dan segera melangkahkan kakinya ke dalam rumah meninggalkan Prilly yang masih mematung ditempatnya.
"Apa itu tadi tuan Ali?"tanya Prilly bingung pada dirinya sendiri setelah punggung Ali sudah menghilang dari pandangannya. Pasalnya tuannya itu benar-benar berbeda sikapnya hari ini.
"Sepertinya iya. Tapi kenapa ia sudah tak marah lagi pada aku? Entahlah"lanjut Prilly mengedikkan bahunya. Prillypun juga ikut masuk ke dalam rumah megah dan bertingkat itu.Disisi lain terlihat Ali yang masuk kedalam kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Lagi, bayang-bayang wajah Prilly kembali muncul dalam ingatannya layaknya darah yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Ali mencoba menghilangkan itu namun tetap saja bayang-bayang wajah Prilly tak pernah bisa hilang seperti melekat pada otaknya. Selalu saja begitu bersamaan dengan degup jantung yang berdetak lebih cepat saat mengingat wajahnya, Prilly.
"Kenapa sih harus Prilly?"tanya Ali pada dirinya sendiri.
Ali tak tahu mengapa akhir-akhir ini selalu saja mengingat dan memikirkan Prilly. Apa ia benar-benar sudah jatuh cinta padanya? Ali tidak tahu pasti yang jelas bayangan wajah Prilly selalu ada dalam fikirannya dan detak jatung Ali selalu berdetak lebih cepat saat menyebutkan namanya juga berada di dekatnya. Fikiran Ali kembali terlintas pada kejadian beberapa menit lalu saat Prilly hampir saja terjatuh dan ialah yang memeluknya agar tidak jatuh. Dimana mata mereka saling memandang satu sama lain dan kini jantung Ali kembali berdetak abnormal lebih cepat dari sebelumnya.
"Prilly.."gumam Ali tanpa sadar tersenyum dan meletakan sebelah tangannya tepat di dada kirinya sambil mengingat wajah orang yang dipanggilnya.
"Tuan memanggil saya?"tanya seorang gadis di ambang pintu kamar Ali. Ali yang melihatnya segera bangun dari ranjang dengan wajah terkejut.
BERSAMBUNG.....
Haii.. Haii... Readers. Aku comeback lgi nih Sorry ngaret 🙏. Lgi sibuk blajar buat UN nih dan sma lgi nggak ada ide + badmood. Hanya penulis abal2 yg ingin berkarya. Next? Vomment ya guys! 🌟💬.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Life
ФанфикPrilly Lovila seorang anak pembantu yang bekerja di sebuah rumah terbesar di jakarta. Majikannya memiliki anak laki-laki tampan dan dingin bernama, Alifan Zouis. Menurut Alifan Zouis semua yang dilakukannya salah. Banyak orang mengatakan Benci itu C...