Chapter 5

182 13 5
                                    

Cinta atau Benci?. -Love Is Life.

---------------------

Saat sudah berada di luar rumah bertingkat itu, Pandangan pertama yang Ali lihat adalah pembantunya. Terlihat Prilly dan bundanya yang sedang menyiram bunga di depan rumah, sesekali mereka bercanda gurau. Ali menatapnya dengan hati bergejolak Rindu. Ali sangat merindukan kebersamaanya bersama orang tuanya sebelum mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Seandainya saja gue masih bisa seperti mereka"gumamnya tanpa sadar. Beberapa menit pandangan Ali tak pernah lepas dari pembantunya itu.

"Bunda apaan sih. Ha..ha.. Geli bunda"ucap Prilly sembari tertawa karena Resa menggelitikinya.

"Biarin aja habisnya bandel sih"balas Resa yang masih menggelitiki putri semata wayangnya. Prilly menepis tangan bundanya.

"Udah ah bunda. Prilly mau berangkat ke sekolah"ujar Prilly kemudian yang membuat Resa menghentikan aksinya menggelitiki putrinya.

"Ya udah berangkat sana. Nanti telat"perintah Resa pada Prilly yang di balas dengan anggukan. Resa mengalihkan pandangannya dan melihat anak majikannya yang berdiri di depan pintu rumah.

"Kamu berangkat gih. Kasian tuan Ali udah nunggu kamu tuh"ucap Resa yang membuat Prilly melihat kearah Ali. Tampak pria itu menatapnya datar.

"Prilly berangkat dulu ya bunda. Assalamualaikum"pamit Prilly yang mencium punggung tangan bundanya.

"Walaikumsalam. Belajar yang rajin ya sayang"sahut dan pesan Resa pada Prilly. Prilly tersenyum menganggukan kepalanya dan segera menghampiri tuan tampan dan dinginnya itu.

"Maaf tuan."ucap Prilly saat sudah berada di hadapan tuan tampan dan dinginnya sambil menundukan kepalanya. Ali menatapnya sembari memutar bola matanya malas.

"Buruan masuk! Dan ingat apa yang gue bilang kemarin"ucap Ali dingin dan berlalu menuju mobilnya yang di ikuti Prilly dibelakangnya.

Ali segera masuk kedalam mobil di susul Prilly yang duduk dibelakang. Ali segera melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumahnya.

Saat sudah beberapa meter dari rumahnya Ali memberhentikan mobilnya.

"Turun!"ujar Ali datar.

"Iya tuan"sahut Prilly yang segera membuka pintu mobil dan keluar.

Ali segera melajukan mobilnya meninggalkan Prilly yang masih berdiri mematung menatap mobilnya berlalu. Ketika melajukan mobilnya Ali sempat melihat Prilly dari kaca spion mobilnya. Entah ada gejolak apa ia ingin kembali menumpangi Prilly. Namun ia tetap melajukan kembali mobilnya hingga tak terlihat lagi bayangan Prilly di spionnya.
Sekarang batinnya berperang antara ia ingin menumpangi Prilly sementara di satu sisi ia tidak menginginkannya.

Prilly masih berdiri mematung di tempatnya menatap jalanan yang baru saja dilewati mobil tuan tampan dan dinginnya. Hingga semilir angin menyadarkannya ia harus secepatnya sampai di sekolah, Karena sekarang sudah jam 06.30. Itu tandanya ia hanya memiliki waktu 30 menit menuju sekolah, karena jam 7 pelajaran sekolah sudah dimulai. Ia harus secepatnya berangkat sebelum terlambat tapi jaraknya kini ke sekolah masih cukup jauh sekitar 5 kilo lagi. Dengan sekuat tenaga Prilly berlari menuju sekolahnya.

"Semangat!"serunya sembari berlari menyusuri jalanan kompleks yang terlihat agak ramai. Tiba-tiba saat Prilly berlari di pertigaan jalan ada sebuah mobil melaju dari kanannya dan hampir membuatnya tertabrak jika pengandara tak cepat mengeremnya.

"Aaa..." teriak Prilly menutup wajahnya dengan tangan dan memejamkan matanya. Ia siap sekarang jika mobil itu akan meremukkan badannya.

Namun mobil itu berhenti mendadak tepat 30 cm dari tubuh Prilly. Pengendara mobil pun segera turun dan menghampiri orang yang hampir saja ditabraknya.

"Kamu tidak apa-apa?"tanya pengendara mobil itu yang membuat Prilly membuka matanya dan menatap pengendara mobil yang hampir saja menabraknya.

"Prilly"gumam pengendara mobil itu yang ternyata seorang pria menatap terkejut kearahnya.

"Revan"ujar Prilly yang tak kalah terkejut. Pengendara mobil yang diketahui bernama Revan itu menatapnya bingung.

"Maaf ya hampir aja gue nabrak lo"ucap Revan pada Prilly yang dibalas senyuman olehnya.

"Nggak papa kok. Aku yang seharusnya minta maaf karena nggak lihat jalan tadi main lari aja"sahut Prilly menyesali perbuatannya.

"Oh iya lo mau kemana? kok lari-lari segala kayak lagi buru-buru"tanya Revan pada Prilly.

"Ya mau ke sekolah lah masa mau ke pasar"balas Prilly sembari terkekeh pelan, Revan juga ikut terkekeh mendengarnya. Revan mengacak pelan rambut Prilly membuat seseorang di sebrang jalan tak jauh dari mereka menatapnya dengan marah.

"Kalau gitu bareng gue aja."tawar Revan.

"Nggak usah. Nanti aku jadi ngerepotin lagi"tolak Prilly halus. Revan menggeleng cepat.

"Nggak ngerepotin kok. Lo kayak sama siapa aja"ucap Revan membuat Prilly tersenyum.
"Ya udah yuk!. Entar telat lagi."Lanjut Revan membuat Prilly mengangguk cepat.

"Benar nih nggak ngerepotin?"tanya Prilly yang di balas gelengan oleh Revan. Revan segera menggandeng tangan Prilly masuk ke dalam mobilnya.

Setelah mereka masuk kedalam mobil Revan segera melajukan mobilnya kembali menuju sekolah. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka dari kejauhan sejak tadi. Seseorang itu ternyata adalah Ali. Ya, Ali memutuskan untuk menumpangi Prilly entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Tapi saat ia membalikan mobilnya menuju tempat Prilly, ia melihat Revan dan Prilly sedang tertawa bersama di jalan. Entah ada apa dengannya ada perasaan tidak rela melihatnya.

"Sial"umpat Ali memukul stir mobilnya. Akhirnya Ali kembali melajukan mobilnya menuju sekolah dengan perasaan kesal.

******

"Ali..."teriak cewek-cewek begitu Ali keluar dari mobilnya setelah memarkirkannya di tempat parkir. Ali tak menghiraukan teriakan cewek-cewek itu dan memilih melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Baru saja beberapa langkah. Ali menghentikan langkahnya saat tak sengaja matanya melihat Revan dan Prilly berjalan bersama di sepanjang koridor dengan saling tertawa. Sesekali Revan mengusap pelan rambut Prilly. Entah ada badai dari mana tiba-tiba saja Ali merasakan sesak tepat di dadanya. Pandangannya tak pernah budar dari Revan dan Prilly. Tanpa sadar tangan Ali terangkat menyentuh dadanya yang bergemuruh bagai di hujam ribuan pisau. Sakit? Lebih dari itu!.

Ali merasakan ada tepukan pelan di bahunya. Ia menolehkan wajahnya ke sumber tepukan tadi. Dilihatnya sahabatnya Dave menatapnya dengan dahi mengernyit.

"Woyy.. Ngelamun aja lihatin apa sih?"tanya Dave yang membuat Ali segera tersadar.

"Kepo banget sih lo"balas Ali ketus pada Dave. Dave kembali mengernyitkan dahinya mendengar balasan Ali. Pasalnya sahabatnya itu tak pernah bicara ketus padanya kecuali saat sedang ada masalah.

Ali kembali mengarahkan pandangannya ke koridor. Namun, ia tak melihat Revan dan Prilly. Kemana mereka?

"Lo lagi ada masalah ya li? Cerita kenapa sama gue, kita kan udah sahabatan dari kecil."ucap Dave pada Ali yang hanya dibalas deheman olehnya. Ali tampak mengedarkan pandangannya ke koridor.

"Li lo kenapa sih? Kok dari tadi ngedarin pandangan mulu ke koridor. Lo cari seseorang?"tanya Dave yang membuat Ali mengalihkan pandangannya ke arahnya.

"Enggak. Orang gue cuma lihat aja. Emang nggak boleh."sahut Ali sebiasa mungkin agar Dave tak curiga jika ia memang tengah mencari seseorang lebih tepatnya lagi Revan dan Prilly. Kemana mereka sebenarnya? Jika saja Dave tak datang mungkin Ali tidak akan kehilangan jejaknya.

Entah kenapa ada gejolak tak rela dan sakit di hatinya saat melihat Revan dan Prilly bersama. Perasaanya tiba-tiba saja tak tenang saat melihat Revan bersama dengan Prilly. Ali merutuki kebodohannya. Untuk apa memikirkan Prilly? Jelas-jelas ia sangat membenci pembantunya itu.

Ali kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Dave. Ali tak menghiraukan Dave yang berteriak memanggil namanya, ia melangkahkan kakinya untuk menemui Prilly. Ali harus bertemu dengannya sekarang juga.

BERSAMBUNG....

Sorry Gaje😁. Masih penulis abal2 seperti critanya wkwk. Oh iya critanya udah mau menuju konflik nih. So, Give me your Vomment to Next Story😘. Next? Vomment ya guys! 🌟💬

Love Is LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang