1. M

993 57 43
                                    

Selalu ada banyak cara untuk menikmati hujan yang turun.

- Mantra Skya -

______________________________________

Neva berkali-kali mendesah sambil memandangi rintikan air yang masih turun dari langit. Embun di jendela taxi yang ditumpanginya, membuat pandangannya ke jalan makin kabur.

Entah berapa kali ia terus merutuki hujan yang turun hampir setiap hari itu. Belum lagi suara gemuruh guntur dan kilat yang menyambar di luar sana, serta suara klakson kendaraan yang saling bersahutan di tengah kemacetan.

Ah! Ini sangat menyebalkan!

Gemas, Neva mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ia mencari sebuah nomor dengan tidak sabar dan mulai mengetik sebuah pesan.

Hei! Aku tau kalian berdua yang ngelakuin ini. Berhenti sekarang juga, atau aku bakalan cekik kalian berdua saat pulang nanti!

Klik!

Pesan singkat Neva sudah terkirim. Ia lalu menjejalkan benda elektronik itu ke dalam tas kecilnya lagi. Masa bodoh jika ada balasan dari pesannya tadi. Toh ia yakin, orang yang dikiriminya pesan tak akan mungkin bisa membalas pesannya.

"Caranya pake ponsel aja mereka gak bisa," cibirnya sambil tersenyum simpul.

Neva mengalihkan pandangannya. Ia mengulurkan tangan dan mengelap embun di jendela dengan siku tangannya. Mulai membuat lingkaran sebesar kepalanya.

Ia tak terlalu yakin kenapa ia memilih untuk melihat keluar jendela. Lagipula pemandangan yang didapatnya hanya hiruk pikuk kendaraan roda dua, yang sedang salip menyalip mencari celah di antara deretan mobil yang sama-sama terjebak kemacetan.

Satu jam lebih Neva akhirnya sampai di apartemennya. Langkahnya terburu begitu keluar dari taxi setelah membayar ongkosnya. Ia memasuki lobi dengan rambut dan dress selututnya yang sedikit basah. Ia mempercepat langkahnya begitu dilihatnya pintu lift yang baru saja terbuka.

Ting!

Neva keluar dan bergegas menuju apartemennya begitu lift berhenti di lantai lima. Tatapannya terbelalak saat ia membuka pintu. Ah! Neva sangat kesal. Ia sudah tak tahan.

Menutup pintu, ia langsung berjalan secepat kilat menghampiri dua orang yang sedang berdiri memunggunginya. Dua orang yang bahkan tak sadar dengan kehadiran Neva yang sudah berdiri di belakang mereka.

Tunggu! Dua orang? Ah rasanya mereka tak pantas disebut sebagai orang atau manusia. Lihat saja sayap putih yang ada di punggung mereka. Juga rambut warna emas dan perak yang sangat mencolok. Ditambah kulit mereka yang seputih susu. Lebih putih dan mulus dari kulit gadis-gadis Korea. Bahkan pakaiannya itu ... ya ampun! Mereka tinggal di jaman apa sih?

Neva sengaja berdeham dengan keras untuk menarik perhatian dua makhluk bersayap itu. Tentu saja tindakannya berhasil. Kini bidadari yang memiliki rambut perak yang panjangnya hingga menyapu lantai, dan malaikat berambut warna emas itu menoleh ke arahnya. Menatap Neva lekat-lekat.

"Gak baca pesan aku tadi?" ketus Neva sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Guntur Dillon, si malaikat berambut emas itu terkekeh sambil menunjukkan wajah super polosnya. "Baca kok, Van. Tuh aku gak main petir lagi."

Mantra HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang