"Aku gak lagi bercanda kok. Aku lagi ngasih kode. Kali aja kamu emang lagi jatuh cinta sama aku."
~ Guntur Dillon~
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
"So lucky to have you~ So lucky to be your love~ I am, hmm~"
Mantra memejamkan mata. Ia naik ke atas meja. Merentangkan kedua tangannya, lalu mengakhiri nyanyiannya dengan berteriak, "Saranghaeyo, Langit Loukas."
Neva hanya menghela napas pasrah begitu lagu Lucky milik EXO selesai diputar. Dilihatnya adegan dramatis yang sedang diperankan kedua makhluk bersayap di hadapannya begitu lagu itu berhenti.
Guntur berlutut di lantai. Tepat di depan Mantra yang duduk di atas meja. Bidadari itu menitikkan air matanya dengan deras dan Guntur bersikap sok romantis dengan adegan ala-ala di drama Korea, menghapus air mata Mantra dengan ibu jarinya.
Neva tersenyum getir melihat adegan menyebalkan itu. Yang benar saja! Bahkan lagu yang dinyanyikan bidadari dan malaikat itu bukan lagu galau yang harus diakhiri dengan tangisan.
"Langit Loukas sialan!" gumam Neva saat ia melongok ke luar jendela.
Masih hujan di luar sana. Hal itu karena sepanjang Mantra dan Guntur bernyanyi duet, keduanya tetap melemparkan air dan petir ke langit. Alhasil, sepanjang hari ini hujan tak berhenti turun.
Parahnya, sekarang hujan justru makin deras karena Mantra dan Guntur yang sedang terhanyut dengan lagu EXO yang berjudul Don't Go. Lagu yang membuat air mata Mantra semakin deras mengalir.
Bidadari itu pasti masih teringat dengan kepergian Langit dua minggu yang lalu. Galau dengan kepergian Langit yang menolaknya dan lebih memilih mengejar artis Korea pujaannya. Ya ampun!
"Ini namanya udah keterlaluan," keluh Neva pada Guntur yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya di dekat jendela. Guntur meninggalkan Mantra dan membiarkan bidadari itu bernyanyi sendirian.
"Apanya?" tanya Guntur sambil bersandar di tembok. Tangannya hampir melemparkan kilat ke langit, tapi diurungkan karena Neva memelototinya. Guntur terkekeh sambil memasang wajah tanpa dosanya.
Neva berdecak. "Hujan ini. Apalagi?"
"Aku pikir nyanyian aku sama Mantra tadi."
"Itu juga termasuk," dengus Neva. "Pokoknya aku gak mau tau! Kalian berdua harus hentiin ulah kalian yang konyol itu."
"Kalo urusan nyanyi sama petir, aku udah berhenti. Kalo urusan suara cempreng yang ada di belakang sana dan hujan ini, itu urusan Mantra." Guntur tertawa pelan sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Ini urusan kita semua. Aku, kamu, Mantra dan Langit. Mantra galau, Langit kabur, Aku kesel, dan kamu ... malah menikmati keadaan ini. Pokoknya aku gak mau tau. Gak ada hujan lagi di musim kemarau tahun ini. Kita harus bikin Mantra berhenti dengan kegilaannya, dan satu-satunya cara dengan nemuin dan bawa Langit ke sini."
"Caranya?"
Neva merengut. Termenung. Matanya memandang nanar ke arah tetesan air di kaca jendelanya. Jujur saja, Neva sendiri juga tak tahu bagaimana caranya membuat Langit kembali.
Bahkan terlalu mustahil baginya untuk menyusul Langit yang sedang pergi ke Korea. Lagipula, malaikat macam apa yang mencoba menyusul artis pujaannya?
Dikiranya itu artis bakal klepek-klepek setelah lihat Dia apa?
Neva tersenyum simpul. Mustahil! Tentu saja. Tidak semua orang seperti Neva, yang dapat melihat dan berinteraksi dengan malaikat atau bidadari yang numpang di apartemennya itu.
Neva menghela napas. Diliriknya Guntur yang masih terdiam, menatap ke arahnya dan menunggu jawabannya dalam diam. Menoleh sesaat ke arah Mantra yang masih melakukan konser tunggalnya, Neva bergegas menarik tangan Guntur dan membawanya keluar dari apartemen.
"Mau ngapain? Aku gak mau diajak mojok. Dalam Undang-Undang Kemalaikatan, malaikat dan manusia itu gak boleh jatuh cinta. Apalagi ...."
Geram, Neva langsung menyumpal mulut Guntur dengan gulungan sapu tangan yang biasa ia bawa di dalam tasnya.
"Please Guntur, sekali aja singkirin otak kamu yang sengklek itu. Ini lagi keadaan genting. Aku gak punya mood buat bercanda sama kamu."
Guntur tertawa sambil membuang sapu tangan yang tadi menyumpal mulutnya. "Aku gak lagi bercanda kok. Aku lagi ngasih kode. Kali aja kamu emang lagi jatuh cinta sama aku."
"Terserah!" Neva melirik Guntur tajam sambil melangkah masuk ke dalam lift. Ia tak berkata apa-apa lagi. Malas meladeni Guntur yang kini berdiri di sampingnya dan bercerocos sendiri tidak jelas.
"Aku gak mau naik mobil," protes Guntur tepat saat Neva baru saja menghentikan sebuah taxi. "Kamu tau 'kan, aku mabok kendaraan. Lagian aku takut sayapku patah gara-gara duduk di tempat sempit itu."
"Terus kamu mau terbang dengan kondisi hujan gini?"
Guntur mengangguk mantap sambil menempelkan kedua telapak tangannya yang teracung di depan wajah memelasnya.
"Oke." Neva sengaja mengiyakan dengan cepat. Alasannya cukup jelas. Ia sedang malas berdebat. Apalagi saat ini ia ada di luar apartemennya. Orang-orang pasti akan menganggapnya aneh jika melihat ia berbicara sendiri. Uh! Saat-saat seperti inilah Neva merasa benci dengan kelebihannya itu.
Terlebih lagi, saat ini ia tidak berdiri di tempat yang teduh. Tentu saja kepala, rambut dan pakaiannya mulai basah oleh rintik hujan.
Neva buru-buru masuk ke dalam taxi yang sudah terparkir di depannya. Ia menoleh ke luar jendela saat taxi itu melaju. Dilihatnya Guntur sedang melambaikan tangan sambil tersenyum. Neva mengangguk dan beralih menatap ke depan.
Wuss!
Neva tersenyum kecut saat Guntur terbang tepat di depan mobil taxi-nya. Sengaja terbang rendah, menyejajarkan dengan arah pandang Neva.
"Dasar tukang pamer," dengus Neva tanpa suara saat Guntur meliriknya.
Bisa didengarnya suara tawa malaikat itu meski suara hujan masih terdengar lebih keras. Guntur mengepakkan sayapnya lebih kencang dan terbang dengan jarak lebih tinggi.
Tepat saat Guntur tak menghalangi pandangan Neva, tiba-tiba bunyi bedebam dari bagian atas mobil terdengar. Kaget, Neva meminta supir taxi merapatkan mobil ke bahu jalan untuk berhenti sebentar.
Neva bergegas keluar sambil melindungi kepalanya dari hujan dengan tangannya. Mengerutkan dahi, Neva memandang Guntur yang terkekeh sambil duduk di bagian atas mobil.
"Kayaknya aku bakal duduk di sini aja deh. Terlalu berat terbang di saat ujan. Sayap aku juga kecapean nih." Guntur menggaruk tengkuknya dengan salah tingkah.
Sedangkan Neva justru tertawa dengan keras. Namun, tawanya langsung terhenti saat supir taxi berdeham dan bertanya padanya.
Neva kikuk. Guntur balik menertawainya. "Buruan masuk. Nanti disebut orang gila karena tiba-tiba ketawa sendiri."
Neva merengut. Sebal. Tanpa berkata apapun ia masuk ke dalam mobil lagi.
"Ngomong-ngomong kita mau kemana, Van?" tanya Guntur begitu mobil melaju.
Neva berdecak kesal. Masalahnya suara Guntur terlalu jelas untuk didengarnya meski mereka duduk di tempat dan kondisi yang berbeda. Ingat Guntur tadi menertawainya, Neva jadi malas menanggapi pertanyaan malaikat itu.
"Vania?"
"Nanti juga kamu tau," ketus Neva.
● ● ●
Diterbitkan tanggal :
14 Maret 2017(1028 kata)
Salam, Fe 😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Hujan
Fantasi[Short Story - Completed] Vania Neva sudah lupa kapan pertama kali ia terjebak dengan bidadari dan malaikat nyasar pecinta kpop, yang berharap kisah cintanya seperti di dalam drama Korea, yang sekarang tinggal di apartemennya. Neva juga sudah lelah...