5. R

214 30 14
                                    

"Hujan turun lagi hari ini.
Hujan yang menyakitkan,
Seperti hari aku melepaskanmu."

~ Rain - Soyou ft Baekhyun ~

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

"Kamu yakin bawa Langit balik dan nyatuin dia sama Mantra? Maksudku, kamu gak khawatir buat patah hati, Van?"

Lagi. Pertanyaan sama yang terus diulang-ulang Guntur dan Neva sudah bosan mendengarnya. Daripada harus menjawab pertanyaan itu, Neva lebih memilih fokus melihat angka berwarna merah pada lift yang terus berganti-ganti.

Uh! Neva mulai tak sabar. Kakinya bergegas melangkah begitu pintu lift terbuka di lantai 30. Ia berjalan cepat menyusuri pintu-pintu kamar dan berhenti tepat di depan pintu bernomor 391.

Tanpa basa-basi Neva membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Ceroboh sekali pemilik kamar tidak mengunci pintunya. Neva mengedarkan pandangannya begitu ia berdiri di dalam kamar hotel itu.

Terlambat! Ruangan itu tak berpenghuni. Kesimpulan itu didapatnya saat ia melihat Guntur yang baru saja menggeledah di tiap sudut kamar, menggelengkan kepala ke arahnya.

"Seperti yang aku bilang dari awal, Langit pasti langsung pergi dan pindah saat ia sadar kartu namanya jatuh waktu itu."

Perkataan Guntur barusan dibalas oleh Neva dengan helaan napas berat. Neva menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan amarahnya. Ia tak ingin menjadikan Guntur pelampiasan dari gejolak yang sudah menyesakkan dadanya.

Toh percuma saja. Meskipun Neva melontarkan seluruh kekesalannya, Langit tetap tak akan kembali. Malaikat itu sudah pergi. Meninggalkan sebuah pesan singkat yang ditulis di atas kertas kecil, yang baru ditemukan Guntur dan langsung diberikan padanya.

Tolong jaga Mantra untukku

Hanya itu. Hanya itu saja. Sungguh! Tak tau kah Langit jika saat ini Neva kecewa berat dan merasa sangat frustasi karenanya? Ya Tuhan! Apa yang harus dilakukan Neva sekarang? Tiba-tiba saja ia teringat kembali pada perkataannya sebelum berangkat tadi pada Mantra.

Neva mengendap-endap keluar dari kamarnya, lalu duduk di lantai. Tepat di samping tubuh Mantra yang masih terbaring di atas kursi sofa. Seulas senyum tercetak di bibir mungil milik Neva begitu dilihatnya Mantra menggeliat sebentar dengan mata yang terpejam. Bidadari itu masih tertidur pulas.

Neva melirik Guntur yang baru saja terbangun. Diperhatikannya sejenak Guntur yang sedang turun dari ayunan tempat ia tidur, yang dibuatnya sendiri dan digantung di langit-langit ruang tamu. Malaikat itu bergegas duduk di sofa. Tepat di seberang sofa milik Mantra.

"Vania, kamu yakin?" bisik Guntur memperingati dengan raut wajah yang serius, yang langsung dijawab anggukan mantap oleh Neva.

Sebenarnya semalam Neva sempat berdebat soal yang akan dilakukannya pada Mantra pagi ini. Guntur sempat tak setuju dengan alasan tak ingin melihat Mantra terluka. Namun, Neva terus saja meyakinkannya hingga berkali-kali dan akhirnya membuat Guntur mengangguk setuju.

Neva beralih dan kembali menatap Mantra. Setelah menghela napas berkali-kali, akhirnya Neva mendekatkan kepalanya ke telinga bidadari itu. "Mantra ... bangun."

Begitu ajaibnya bisikan Neva hingga membuat kedua mata Mantra mengerjap dan kini terbuka lebar. Memandanginya dengan sinis.

"Kamu tahu 'kan aku peka sama suara sekecil apapun ... dan aku gak suka kamu bangunin pagi-pagi kayak gini," keluh Mantra dengan bibir yang maju ke depan. Cemberut.

"Kamu pasti bakal kaget dengan sesuatu yang bakal aku kasih tau pagi ini." Neva melebarkan senyumnya.

"Oh ya? Kalau bukan soal makanan dan Langit, aku gak mau denger."

Neva mengangguk. "Ini soal Langit."

Neva puas. Dari sudut matanya, ia tahu jika saat ini Mantra mulai terpengaruh perkataannya. Penasaran pastinya. Bidadari itu terlihat gugup beberapa detik setelah ucapan Neva barusan.

"Kamu tau? Semalem kamu duduk dan ketiduran di sana." Neva menunjuk kursi yang terletak di dekat jendela. "Kamu gak sadar atau ngerasa aneh gitu, karena tiba-tiba pindah ke sofa?"

"Paling Guntur yang pindahin aku."

Neva menggeleng cepat. "Salah. Itu Langit. Langit Loukas. Semalam dia datang ke sini. Dia yang mindahin kamu ke sofa. Kalau gak percaya, tanya Guntur. Dia saksinya."

Baik Neva maupun Mantra keduanya kini sama-sama menatap Guntur yang sedang memasang wajah datar. Malaikat itu langsung mengangguk begitu tatapannya bertemu dengan sorot mata milik Mantra.

Neva kembali menatap Mantra. "Aku sama Guntur udah nemuin tempat tinggal sementaranya Langit. Aku janji sama kamu, aku bakal bawa Langit pulang ke apartemen ini. Aku bakal bikin kamu percaya kalau aku sama Guntur gak bohong."

Neva memandang lekat-lekat mata berbinar milik Mantra. Mata yang menunjukkan rasa bahagia yang meletup-letup. Mantra menarik garis di sudut bibirnya. "Kamu serius?"

Neva mengangguk yakin. Bibirnya seraya ikut tersenyum begitu melihat Mantra tampak kegirangan dengan raut wajah berseri-seri.

Dilihatnya Mantra meloncat dan langsung berdiri di atas sofa. Bidadari itu sangat bersemangat dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk menari tak jelas. Padahal bidadari itu baru saja terbangun dari tidurnya semalam.

Neva hanya tertawa kecil melihat tingkah konyol Mantra. Ikut merasakan bahagia yang dipancarkan bidadari itu. Sesaat pandangannya bertemu dengan tatapan milik Guntur. Ia tersenyum ke arah Guntur sebelum kedua bola matanya kembali memandangi Mantra yang masih menari tanpa diiringi musik.

Ya! Bukankah seharusnya begini? Bukankah Mantra seharusnya lebih banyak tersenyum dan bahagia? Sungguh! Neva sangat senang saat melihat wajah Mantra tersenyum lagi. Tak apa jika bagian hati terdalamnya merasa getir. Neva masih bisa menahannya. Yang menjadi prioritas Neva saat ini adalah Mantra dan ... hujan.

Ya! Hujan yang pagi ini belum turun. Atau barangkali tak akan turun lagi karena suasana hati si pembuat hujan sudah membaik. Tinggal selangkah lagi menuju harapannya. Semoga hujan tak turun lagi dengan intens seperti kemarin-kemarin. Ya! Semoga.

Yang benar saja! Apa yang harus dikatakan Neva pada Mantra saat bertemu nanti? Neva menyesal. Sangat. Sangat menyesal. Seharusnya ia mengikuti perkataan Guntur dengan tidak memberitahukan kedatangan Langit semalam. Tidak memberi harapan untuk Mantra.

Oh Ya Tuhan! Ini salah Neva. Neva membuat Mantra berharap. Neva akan membuat senyuman Mantra tadi pagi menghilang lagi. Semua karenanya. Karena tak berhasil membawa Langit.

"Vania?"

Neva menatap Guntur getir. "Aku gak tau gimana ngehadapin Mantra nanti."

● ● ●

Diterbitkan tanggal :
27 Maret 2017

(933 kata)

Salam, Fe 😄😄

Mantra HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang