4. T

268 31 8
                                    

"Jadi ini pergi ke Korea yang kamu maksud, Lang? Ngejar artis pujaan kamu? Di mall?" Guntur tertawa dengan keras. Sedangkan Langit hanya mendengus sebal.

"Kenapa kalian bisa tau kalau ini adalah aku?"

"Oh ... itu rahasia. Iya 'kan, Vania?" Guntur senyum-senyum tidak jelas ke arah Neva yang masih terpaku memandangi Langit--yang kedua tangannya masih dicengkeram erat oleh Guntur--dalam diam. Ia bahkan membalas jawaban Guntur hanya dengan pelototan. Sedangkan Guntur malah tertawa-tawa sendiri.

"Kalian nyari aku karena Mantra yang minta?" Bola mata berwarna abu milik Langit memandang Neva dan Guntur bergantian dengan seringaian khasnya.

"Itu salah satu alasannya. Tapi alasanku yang sebenernya karena aku marah sama kamu, Langit. Kamu pikir apartemenku tempat transit apa?" Neva mulai menggebu.

Neva sudah lelah dengan pertengkaran bodoh antara Mantra dan Langit yang sering terjadi. Langit yang sering kabur jika sedang bertengkar, lalu akan kembali tinggal di apartemen Neva lagi jika mereka sudah baikan. Mengesalkan!

"Aku gak peduli apapun alasan kalian bertengkar. Kamu harus pulang dan baikan sama Mantra. Aku gak mau ada lagi hujan di musim kemarau tahun ini, oke?" Tatapan tajam Neva jelas terarah pada Langit yang masih bungkam.

Sejujurnya Neva gugup setengah mati. Justru ia yang merasa cemas saat ini ketika melihat Langit tampak tenang-tenang saja. Neva tahu Langit sulit dibujuk. Neva harus berkali-kali memutar otak, mencari alasan lain agar Langit mau menyetujui perkataannya.

"Oke!"

Neva dan Guntur sama-sama tertohok. Keduanya saling pandang dalam waktu yang cukup lama. Aku gak salah denger 'kan? Neva meyakinkan dirinya sendiri. Jelas saja. Rasanya terlalu aneh jika Langit menyetujui permintaannya dengan cepat.

"Kamu beneran?" Seperti mengerti apa yang dipikirkan Neva, Guntur langsung menanyakan pertanyaan itu.

"Iya. Tapi lepasin aku dulu. Aku mau berubah ke wujud asalku. Gak mungkin aku pulang dalam keadaan wujud manusia kayak gini."

Sekali lagi Neva dan Guntur saling pandang. Lalu akhirnya mereka mengangguk bersamaan dan Guntur langsung melepaskan tangan Langit.

Cahaya berpendar tiba-tiba muncul dari tubuh Langit. Semakin lama cahaya putih itu semakin menyilaukan mata. Guntur dan Neva sama-sama mundur satu langkah ke belakang sambil menyipitkan mata. Neva bisa melihat sedikit bulu-bulu sayap di antara cahaya itu.

Wuss! Cahaya itu menghilang dalam sekejap bersamaan dengan Langit yang sudah tak ada di tempat. Meninggalkan sebuah kartu nama yang kini tergeletak di lantai, tempat Langit berdiri tadi.

"Kita dibohongin," keluh Neva sambil memandang Guntur kecewa.

"Kayaknya kita bakal susah buat minta dia balik." Guntur menyerahkan kartu nama yang baru saja dipungutnya dari lantai pada Neva. Kartu nama yang entah sengaja atau tidak sengaja terjatuh tepat saat Langit menghilang.

"Langit sialan itu udah bikin nama dan alamat palsu. Apa dia punya rencana buat tinggal sendiri?" Guntur mengusap dagunya pelan.

Sementara Neva tak menghiraukan gumaman Guntur barusan. Matanya masih terjebak pada setiap kata yang tertulis di atas kartu nama itu.

Mantra HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang