7. Hujan

380 33 46
                                    

"Sama seperti huruf-huruf yang ada di atas pasir, dimana gelombang berada.
Aku merasa kau menghilang ke tempat yang jauh.
Aku merindukanmu lagi."

~ IU - Through the Night ~

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Satu minggu yang sangat menyenangkan. Neva tak lagi melihat hujan sendu yang dibuat oleh Mantra. Langit cerah secerah-cerahnya. Warna birunya membuat Neva tak berhenti untuk tersenyum.

"Harusnya kamu berterima kasih dan ajak aku ke taman bermain yang ada kereta meluncur di langitnya," gerutu Guntur sebal membuat Neva menarik senyumannya dan melirik sinis ke arah malaikat itu.

"Roller coaster namanya, Guntur," dengus Neva. "Lagian ini juga taman bermain. Harusnya kamu tuh yang berterima kasih udah aku ajakin jalan-jalan."

"Iya taman bermain buat anak-anak TK. Mana ada malaikat naik perosotan sekecil ini, atau rebutan naik ayunan sama anak-anak kecil itu?"

Neva mengulum senyumnya. Hampir saja ia tertawa terbahak-bahak di depan Guntur. Bisa-bisa malaikat itu mengamuk nanti.

"Ya anggap aja perosotan itu roller coaster. Toh gak jauh beda, sama-sama meluncur ke bawah," kikik Neva.

"Itu tetep beda, Vania. Emangnya aku anak kecil yang bisa dibohongin?"

"Kamu sama anak kecil emang gak jauh beda kok." Kali ini Neva tak bisa menahan lagi tawanya. Ia tertawa sekeras-kerasnya dan membuat Guntur menggembungkan kedua pipinya.

"Ya udah lain kali kita ke sana. Kita pergi bareng Mantra sama Langit."

Guntur tersenyum sinis. "Itu sih modus kamu. Bilang aja mau kencan sama Langit."

Neva mendengus. Ia menjitak kepala Guntur pelan. "Kamu tuh mikirin yang buruk terus tentang aku," sebal Neva, dan Guntur malah tertawa terbahak-bahak.

Tess!

Neva seraya mendongakkan kepala begitu hidungnya tiba-tiba terkena tetesan air. Tetesan-tetesan yang semakin melebat dalam sekejap.

Neva dan Guntur saling pandang. Mengerutkan dahi dan sama-sama berseru, "Hujan?"

Neva bergegas berlari dan mencari tempat teduh. Beruntungnya ia menemukan sebuah etalase toko yang sedang tutup. Tempat itu cukup teduh dan untungnya sepi. Neva langsung berteduh di sana. Diikuti Guntur yang mengekor di belakangnya.

Neva mengibas-ngibaskan air yang terjebak di serat-serat bajunya. Begitupun Guntur yang sedang mengeringkan sayapnya yang sedikit basah. Oh ya ampun! Sungguh Neva tak membayangkan hari ini akan turun hujan. Rasanya terlalu tiba-tiba. Namun bukankah hakikat hujan memang begitu? Selalu turun tiba-tiba.

"Kenapa turun hujan? Apa ini kerjaan peri hujan?" gumam Neva sambil memandangi rintik yang turun dari atap genting.

"Aku gak tau apa aku harus bilang atau engga sama kamu."

Neva mengangkat salah satu alisnya, lalu menoleh ke arah Guntur. Malaikat itu terkekeh. Menunjukkan gigi-gigi putihnya. Uh! Pasti ada sesuatu yang tidak beres jika Guntur seperti itu.

Mantra HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang