Chapter 4
Sore hari, sepulang liputan aku tidak melihat abang. Sudahlah, mungkin memang harus menunggu. Tapi pasti aku akan coba meminta maaf lagi sama dia. Aku tidak akan kuat bermusuhan dengan orang, apalagi dengan satu orang itu.
Keesokan harinya aku mulai merasakan perubahan sikap dia padaku. Abang seperti menghindariku. Sangat terlihat sekali. Aku sama sekali tidak diajaknya ngomong. Setiap aku datang, abang langsung menghindar dariku. Dan ini berlangsung berhari-hari. Jujur aku hatiku sakit. Dia benar-bener menganggap serius kejadian itu.
Bukan aku tidak mencoba berbaikan dengan, karena percayalah segala cara sudah aku coba untuk meminta maaf darinya. Dari bicara langsung tapi ditanggapinya dingin lalu lewat sms, yahoo massanger, sampai kirim email. Dari yang bernada serius, sampai yang bernada gokil. Tapi semua mentah lagi. Aku sama sekali tidak dianggap lagi olehnya. Tidak ada maaf buatku.
Dan yang lebih mengagetkan lagi, aku baru tahu, di hari aku menyulut perang dengan abang adalah hari ulang tahunnya, 24 Mei, tepat dia berumur 28 tahun. GUBRAK!!! Makin berdosa aja aku. Ya Tuhan ...
Aku langsung mengirimkan ucapan selamat, dan tidak ketinggalan permohonan maafku yang entah keberapa ribu kalinya.
Aku tidak mengharapkan balasan terima kasih, tapi hanya ingin dia tahu, aku sudah tidak ada perasaan marah dengannya. Tapi tetap mentah. Aku sudah dihilangkan dari pandangan matanya. I don’t exist anymore.
Bulan Juni
Kami perang dingin. Tidak ada tegur sapa. Tidak ada tatap mata. Ia selalu menghindar jika aku mendekat. Kapanpun dan di manapun saat dia sedang bersama kawan lainya, ia akan langsung beranjak pergi begitu melihatku dan mendekat bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih pergi daripada harus berdekatan denganku. Jujur; sakit hati ini. Begitu jelasnya dia menghindari. Dan semuanya bisa membaca sifatnya. Dan aku hanya mendapat tatapan simpati dari Andri .
Sakit karena dilakukan oleh orang yang amat kusayangi, dan sakit karena telah membuat dia membenciku. Tidah hanya sakit di hati, tapi juga aku jadi bertanya-tanya bagaimana nasib program persibku? Aku yang masih belum tau siapa yang akan mengeditnya, dengan sikap abang begitu padaku, aku berkesimpulan tidak mungkin abang yang mengeditnya. Jadi aku asumsikan Yunita yang akan mengeditnya. Tapi betapa kagetnya aku saat mendengar Andri menyampaikan pesan abang.
“Kapan bahan sQuad biru mau masuk? Mau naik kapan nih..., kok ga masuk-masuk?”
Jelas aku kaget. Itu artinya abang bersedia atau bahkan masih menginginkan untuk mengedit program persib ‘sQuad Biru’-ku. Ya, mana aku tahu, kalau komunikasiku dengannya selama ini hanya satu arah.
Untuk memastikannya aku langsung tanyakan pada dia lewat yahoo massanger, media satu arah yang satu-satunya kugunakan untuk berkomunikasi dengannya. Tapi paling tidak dia tau apa yang ada di pikiranku,
“Bang, siapa yang mau ngedit ‘sQuad biru’ ?”
Jawabanya sudah pasti, “GUE!!!!”
Okay, no more question.
Okey, dia yang akan mengeditnya. Tapi aku tidak mau kalah. Ini programku, aku produsernya, dan aku yang pegang kendali. Akupun langsung bikin perjanjian dengannya, yang diharapkan akan memperlancar kerjaku dengan dia. Kembali lewat yahoo massanger;
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Senja
RomanceUsianya baru 26 tahun, tapi Putri Ayuningtyas merasa telah mencapai seluruhnya. Menjadi Produser Program pada TV Nasional adalah cita-cita yang ia impikan. Karirnya dimulai dari menjadi produser program musik, lalu meningkat menjadi Produser Program...