Aroma ini, aroma busuk dari lima telur yang dilemparkan oleh Sayuri membuatku ingin muntah. Entah berapa banyak sampo dan sabun yang sudah kugunakan untuk menghilangkan bau busuk ini, baunya masih saja tercium.
Ulang tahunnya membawa penderitaan untukku, tidak seperti dirinya yang tengah berbahagia karena bertambahnya umur. Akan tetapi, bukankah justru umurnya itu berkurang? Semakin kau bertambah umur, semakin cepat kau mendekati kematian. Entahlah, masalah umur siapa yang tahu?
Shirosuke, pagi tadi sikapnya normal seperti biasa, seakan tidak ada kejadian apapun diantara kami. Padahal, beberapa hari yang lalu, sikapnya benar-benar berubah, berbeda, seperti bukan Shirosuke yang aku kenal.
Aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya. Namun, saat aku tersiksa setelah mendapat bully-an dari Haru dan kawan-kawannya tadi, dia datang menolongku. Sangat tidak terduga, aku terkejut saat dia memberikan tangannya untuk membantuku berdiri, lalu meminjamkanku jaketnya untuk mengganti seragamku yang kotor dan bau.
Tidak hanya itu, dia juga meminjamkan kemejanya untuk menutupi pahaku agar aku tidak malu. Untung saja, dia masih memiliki kaus putih tipis dan jas sekolah untuk membalut tubuhnya. Kalau tidak, dia mungkin saja bisa sakit.
Setelah memakaikan tudung jaketnya ke kepalaku, Shirosuke menggandengku keluar dari gang sempit, tempat di mana aku menerima perundungan. Dia mengantarku pulang menggunakan mobil pribadinya yang dikendarai oleh sopir pribadinya pula.
Shirosuke, jalan pikirannya terlalu sulit untuk kutebak. Dia seolah memiliki dua kepribadian. Yang pertama adalah Shirosuke yang baik, lugu, dan lembut, lalu yang ke dua adalah Shirosuke yang kejam dan mengerikan seperti seorang pembunuh. Akan tetapi, itu hanya dugaanku saja, belum tentu benar.
Setelah sampai rumah, aku merendam seragamku yang bau ke dalam ember yang berisi wewangian, sedangkan jaket dan kemeja Shirosuke akan aku masukkan ke dalam mesin cuci.
Aku memperhatikan kemeja miliknya yang berukuran besar, yang mengantri untuk dibersihkan. Kemeja putih bersih, sama seperti warna rambutnya. Arti namanya pun sama, yaitu putih.
Saat Shirosuke menawarkan bantuannya untukku, awalnya aku tidak ingin menerimanya. Aku masih takut dengan sikapnya saat itu. Akan tetapi, aku yakin, jika aku menolak, Shirosuke pasti akan memaksa. Jadi, aku menerimanya saja. Tidak kusangka, sikapnya sangat berbeda.
Sikap Shirosuke yang mengerikan dan kejam mengingatkanku dengan tokoh suatu film yang pernah kutonton bersama Mina. Film bergenre horor yang menceritakan seorang pemuda yang memiliki tampang lugu, yang menyiksa seluruh pelaku yang sudah mem-bully-nya dengan keji sampai mati. Semenjak saat itu, aku enggan menonton film bergenre horor lagi. Terlalu menyeramkan untuk seorang penakut sepertiku.
Hm ... menyiksa pem-bully? Shirosuke juga di-bully di sekolah oleh Haru dan kawan-kawanya. Dia juga lugu, persis seperti tokoh itu.
Bulu kudukku tiba-tiba merinding. Jantungku pun berdetak dengan kencang. Perasaanku mulai tidak enak kala mengingat kematian Michiko yang diduga dibunuh.
Mungkinkah ...? Tidak! Tidak mungkin dia melakukan hal keji seperti itu!
***
Pagi ini, ketika aku mendapati anggota geng Haru masih lengkap, aku bisa bernapas dengan lega. Aku bersyukur karena tidak terjadi sesuatu yang mengerikan seperti apa yang ada di pikiranku. Aku yakin, Shirosuke tidak seperti tokoh film itu.
"Selamat pagi, Yuki," ujar Mina yang baru datang dengan wajah berseri.
"Selamat pagi," balasku disertai dengan senyum mengembang.
Tepat di belakang Mina, Shirosuke melangkah dengan ponsel di tangannya. Tidak biasanya dia memegang ponsel seserius itu. Aku lebih sering melihat dia memegang buku tebal ketimbang benda persegi panjang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PSYCHOPATH BOYFRIEND [ON REMAKE]
Mystery / Thriller(17+) [Mystery/Thriller, Romance] "Jadilah kekasihku, jika kau tidak ingin mati." Berawal dari pertemuan, berujung jatuh cinta dan obsesi. Kimura Yuki mendapat penderitaan baru dari seorang siswa bernama Takishima Shirosuke, yang tidak akan segan me...