Laki-laki bertubuh tinggi yang dibalut dengan hoodie hitam itu berdiri di depan pintu rumahku. Dia menoleh saat aku menyebut namanya. Iris hitam yang dilindungi oleh kacamata minus itu menatapku. Bibir tipisnya memberiku senyuman.
Gumpalan awan hitam mulai menutupi indahnya langit sore. Gelap, suasananya jadi semakin suram. Manusia laknat itu, untuk apa dia datang ke rumahku?
Shirosuke melangkah mendekat. Tubuhku seakan terpaku, sulit sekali untuk bergerak. “Ma-mau apa kau?!”
“Mauku adalah dirimu,” ujarnya dengan wajah datarnya yang menyebalkan.
“Ja-jangan mendekat— Aaaaa!” Aku berteriak bersamaan dengan gelegar guntur yang sukses membuatku menutup telinga ketakutan.
“Sebentar lagi akan turun—”
Aku menepis tangannya saat dia hendak meraih tanganku. “Jangan sentuh aku!”
Sedetik kemudian, tanpa seizinku, dia membopongku dan tentu saja kulit kami saling bersentuhan!
“Aku tidak ingin kau sakit.”
“Turunkan aku, Shirosuke!” Aku memberontak di dalam gendongannya—memukul-mukul dada dan menjambak rambut Shirosuke. Tidak lupa aku menendang-nendangkan kaki sampai sepatu sekolahku terlepas. Apa pun kulakukan asal bisa lepas dari gendongan Shirosuke.
Shirosuke lantas menurunkanku tepat di depan pintu rumah. Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum. Senyum terkutuk itu!
“Kau ...!” Kulayangkan pukulan terkuatku untuk membalas perbuatannya. Aku sudah tidak tahan lagi. Namun, belum sampai pukulanku mendarat di wajahnya, Shirosuke menahan tanganku.
Tatapan iris hitam Shirosuke beradu dengan iris cokelat milikku. Kepalaku dia tolehkan dengan ibu jari dan jari telunjuknya yang dia letakkan di rahangku. Beberapa detik aku dalam posisi seperti itu sampai dia bertanya, “Siapa yang melakukannya?”
“Huh?!” Aku baru sadar kalau bekas tamparan Haru masih terpampang di pipiku. Cepat-cepat kulepaskan tangan dan wajahku darinya, lalu kusembunyikan bekas tamparan itu dengan rambutku.
“Katakan.” Satu kata yang keluar dari mulut Shirosuke tersebut berhasil membuatku bergidik.
“Tidak. Ini … bu-bukan siapa-siapa. Ti-tidak ada yang menyakitiku,” ujarku terbata-bata. Ingin berbohong pun sulit di situasi seperti ini.
Shirosuke meraih tanganku, mencengkramnya kuat, lalu mendorongku hingga punggungku membentur pintu. Aku terkunci, mustahil untuk kabur, tenaganya terlalu kuat.
“Siapa yang melakukannya?” Shirosuke mengulangi pertanyaannya. Haruskah aku menjawabnya? Bagaimana nasib Haru nanti? Shirosuke pasti tidak akan tinggal diam. Aku harus bagaimana?
Mulutku tertutup rapat. Aku enggan menjawab. Aku tidak mau Haru mati. Tidak boleh ada korban lagi setelah Michiko dan Sayuri.
Aku tidak tahu Shirosuke sudah menyerah atau bagaimana, sebab dia melepaskan kunciannya perlahan tanpa sepatah kata pun. Dia hanya menatapku tanpa ekspresi, lalu berbalik sembari memakai tudung hoodie-nya. Ada apa dengan Shirosuke?
“Ma-mau ke mana kau?” tanyaku berusaha mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalaku.
“Ke tempat mereka,” ujarnya tanpa menoleh dan tetap berjalan lurus.
Maksudnya mereka siapa? Shirosuke sudah tahu siapa yang sudah menamparku? Jadi, dia akan mendatangi rumah Haru? Tidak, tidak boleh!
“Tidak! Shirosuke, tunggu! Aaaaa!” Lagi-lagi guntur mengejutkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PSYCHOPATH BOYFRIEND [ON REMAKE]
Misterio / Suspenso(17+) [Mystery/Thriller, Romance] "Jadilah kekasihku, jika kau tidak ingin mati." Berawal dari pertemuan, berujung jatuh cinta dan obsesi. Kimura Yuki mendapat penderitaan baru dari seorang siswa bernama Takishima Shirosuke, yang tidak akan segan me...