10. INI AKU: PENGAKUAN

9.9K 870 34
                                    

Suara nada dering ponselku sukses mengalihkan perhatianku dari acara yang sedang tayang di televisi siang ini. Panggilan itu berasal dari Mina.

"Yuki?"

"Ada apa, Mina?"

"Aku sudah selesai membaca novel itu. Kau ingin meminjamnya?"

"Wah, cepat sekali!" ujarku takjub. "Ya, tentu saja aku ingin meminjamnya!"

Mina terkekeh. "Aku begadang semalam karena penasaran. Kau bisa mengambilnya di rumahku kalau mau."

"Baiklah. Sebentar lagi aku akan ke rumahmu. Tunggu, ya?"

"Oke!"

Akhirnya, novel bergenre fantasi yang kemarin Mina beli di toko buku, bisa kubaca juga. Aku menyukai setiap seri novel itu, pun juga Mina. Kami selalu membeli novel dengan judul berbeda dan saling meminjamkan satu sama lain.

Rumah Mina agak jauh, jadi aku harus menaiki bus. Jalur bus yang kunaiki melewati sekolah. Dari luar, sekolah terlihat sepi. Apakah tidak ada kegiatan klub lain di hari libur?

Ah, aku jadi ingat dengan tugas klub yang belum kuselesaikan. Semoga saja, aku bisa menyelesaikannya sebelum hari Jumat minggu depan, agar kami bisa bertukar cerpen satu sama lain. Ya, kami biasa membuat cerpen satu bulan sekali, lalu saling bertukar dan memberikan saran serta kritik. Aku mengikuti klub sastra karena aku merasa di sanalah duniaku.

Tidak terasa, akhirnya aku sampai di rumah Mina. Aku yakin, Mina nanti pasti akan menahanku di rumahnya alias tidak boleh pulang. Itu adalah kebiasaan Mina ketika aku berkunjung ke rumahnya. Mina adalah anak tunggal dari keluarga kaya, tetapi kedua orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan, membuat Mina harus tinggal di rumah sendirian. Meskipun ada satu asisten rumah tangga dan satu sopir pribadi, tetap saja Mina merasa kesepian.

Aku tidak merasa keberatan, selagi itu bisa membuatnya senang. Mina, hanya dia sahabat yang aku punya. Dia sangat berharga lebih dari apa pun.

***

Detik ....

Aku hanya bisa mendengar detik dari jam dinding. Bau harum khas kertas dengan cetakan huruf di atasnya semerbak tercium.

Detik ....

"Astaga!" Aku terbelalak melihat jam di dinding. Pukul enam sore! Sudah berapa lama aku tertidur? Mengapa Mina tidak membangunkanku?

Aku tertidur di atas sofa yang berada di dalam kamarnya dengan novel yang menutupi wajahku, tepat di halaman tujuh puluh enam dan tujuh puluh tujuh.

"Yuki, kau sudah bangun?" tanya Mina yang masuk ke dalam kamarnya.

"Mengapa kau tidak membangunkanku?" Aku beranjak dari sofa dan segera merapikan rambut, juga wajahku yang kusut.

"Aku tidak tega membangunkanmu. Kalau kau mau, menginap juga boleh," ujar Mina antusias.

Menginap? Ah, sepertinya aku tidak bisa melakukannya hari ini.

Ya, aku tahu, aku akan melakukan apa saja untuk Mina agar bisa membuatnya senang, tetapi aku juga memiliki beberapa pekerjaan yang sudah aku rencanakan untuk diselesaikan akhir pekan ini.

"Aku tidak bisa, Mina. Mungkin lain kali."

"Kau pasti sangat sibuk, ya?" Raut Mina berubah menjadi sedih, membuatku tidak tega dengannya.

Aku mengangguk pelan. "Jika ada waktu, aku pasti akan menginap." Aku pun mengulas senyum untuk menghiburnya.

"Baiklah, akan kutunggu!" ujar Mina yang kembali ceria.

MY PSYCHOPATH BOYFRIEND [ON REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang