Part 3: Irresistible Desire

17.3K 523 18
                                    

Ada sesuatu yang mengoyak otakku. Dengan sangat perlahan aku membuka mataku, menyipit ke arah lampu yang ada di dekatku. Mataku harus membiasakan diri dengan cahaya sebentar. Kurasakan pergelangan tanganku berada di atas kepalaku. Pergelangan tanganku terasa sangat sakit, dan rasa sakit di kepalaku membuatku langsung menunduk ke depan dan muntah.

Perasaan dan tubuhku benar-benar terasa nyeri. Aku mencoba untuk bangun, tapi aku menyadari tanganku diikat dengan rantai di dinding. Kedua kakiku juga terikat. Dan saat menyadari aku tidak mengenakan apa-apa kecuali bra dan celana dalam, rasa sakit yang kurasakan berubah menjadi kengerian.

“Nah, akhirnya kau bangun juga.” Aku melihat bayangan seseorang yang berjalan mendekatiku.   Aku mengerjap. Bayangan itu mulai terbentuk solid, menyajikan pemandangan pria bermata iblis dengan senyum sinis tersungging di bibirnya. 

Sekujur tubuhku mendingin.

Oh, Tuhan.

Bangunkan aku. Kumohon bangunkan aku.

Dengan sekuat tenaga aku berusaha mengingat apa yang terjadi sampai-sampai aku dirantai seperti ini. Tapi hal terakhir yang bisa kuingat adalah hantaman yang kudapat di belakang kepala. Aku tak bisa mengingat apa lagi yang telah terjadi berikutnya.

“Si..siapa kau?” suaraku terdengar jelek. Serak dan gemetaran. Aku menelan ludah ke tenggorokanku yang terasa perih. 

“Namaku tidak penting, sweetheart. Sekarang sebelum aku menghabisimu, aku ingin menanyakan sesuatu padamu," katanya santai, seolah kita berdua sedang bercengkrama di sebuah kedai kopi. Tidak bisa dipercaya. “Apa kau masih perawan?”

Aku menyipitkan mataku. "Apa kau ingin menjualku ke pelacuran?" Dari pertanyaannya, tidak ada kesimpulan lain yang kudapat selain psikopat di hadapanku itu adalah pria yang terlibat dalam perdagangan seks.  

Suara tawa rendah terdengar memenuhi ruangan. Pria itu tertawa. Tertawa! Aku menggertakkan gigiku. Rasa sakit di kepalaku semakin menjadi-jadi. "Lepaskan aku," desisku. "Aku yakin keluargaku akan memberikanmu--" 

“Jawab pertanyaanku, sweetheart," potongnya. Tawanya terhenti. Nada suaranya menjanjikan kekerasan, menuntut jawaban.

"Jika kau belum melakukan apapun padaku...," aku menelan ludah dan mengangguk pelan. Melawan dorongan untuk memeriksa tubuh bagian bawahku. Jika ia memang berniat menjualku, mungkin ia tidak akan melakukan apapun padaku jika tubuhku masih belum tersentuh. 

Pria itu memiringkan kepalanya. Menatapku dengan senyumannya yang misterius. Jika aku berpapasan dengannya di jalan, di situasi yang berbeda, mungkin aku akan tergoda untuk meneguk senyum di wajahnya. "Kau manis," gumamnya. 

Dari banyak pujian yang kudapatkan, jarang sekali ada seseorang yang menyebutku "manis". Aku tidak manis dan sialan, apa yang kupikirkan? Pria itu tidak sedang memujiku! Aku menyentak rantai yang mengikat kedua tanganku. 

"Ah-ah, nakal." Semakin ia bicara, semakin aku menyadari aksennya yang aneh dan belum pernah kudengar sebelumnya. Ia mengambil satu langkah ke depan. Menutup jarak di antara kami berdua.

Suara jantungku berdetak cepat saat ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia dekat, sangat dekat. Aku memundurkan kepalaku hingga terentuk dinding. "Apa yang kau inginkan?"

"Lihat aku, sweetheart."

Tentu saja. Wajahnya hanya beberapa senti dari wajahku dan aku tidak bisa melihat apa pun selain dirinya. Bentuk wajahnya sekarang terlihat jelas karena ada cahaya terang dari lampu. Ia memiliki wajah ramping dan bentuk yang terlalu bagus. Struktur wajahnya merupakan contoh dari proporsi Adonis yang sempurna. Wajahnya terkesan kasar, tapi bulu mata hitam panjang dan bibir yang tegas malah memperlembut wajahnya.

Dangerous Beauty (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang