Part 6: Blood Bound

13K 436 34
                                    

Saat akhirnya aku keluar dari ruang bawah tanah kediaman Cezar, kegelapan langsung menyambutku dan membuat mataku tidak bisa melihat apapun yang ada di sekelilingku. Aku tidak bisa memastikan dimana aku berada sekarang, namun suara gemerisik pepohonan dan suara binatang malam membuatku menyadari bahwa aku sedang berada di tengah hutan.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk membuat mataku menyesuaikan diri dengan kegelapan. Dengan bantuan sinar bulan, aku berputar untuk melihat keadaan di sekelilingku. Hal pertama yang kusadari adalah Cezar yang tidak ada dimana-mana dan menghilang seperti asap.

Bagus. Bagus sekali.

Aku tidak berpikir apa-apa lagi dan kumanfaatkan kesempatan ini untuk lari dengan maksud untuk kabur. Aku terus berlari dengan segenap tenaga yang kumiliki dan membiarkan ranting-ranting pohon menggores kulitku yang terbuka. Sebelumnya, untunglah Cezar sudah memberikan tubuhku sesuatu untuk dipakai. Aku memaksa tidak akan keluar tanpa berpakaian karena udara malam pasti sangat dingin dan aku akan mati karenanya. Kukira ia tidak akan percaya, tapi ternyata ia hanya menggodaku dengan mengatakan kulitnyalah yang akan menjadi pakaianku sebelum melepas dan melemparkan jaket kulit hitam yang dipakainya.

Napasku hampir terhenti, tapi aku memaksakan kakiku untuk terus berlari menyusuri hutan. Aku terus berlari tanpa tahu dimana aku akan berakhir. Pikiranku terasa kacau dan aku hanya bisa mendengar suara angin serta suara napasku yang hampir habis. Lebih cepat lagi! dan juga suara Cezar yang terus bergema di dalam pikiranku.

“Kau harus melatih kecepatanmu.” Tiba-tiba suara Cezar terdengar semakin jelas dan membuatku berhenti berlari. Aku kembali memastikan sekelilingku dan sangat yakin tidak ada apapun yang mengikutiku. Dengan jantung yang berdebar-debar aku kembali berlari.

“Jangan berhenti, lebih cepat.”

Suara tadi bukanlah gema di dalam pikiranku. Aku menyadari seseorang--Cezar--yang sedang mengamatiku entah dimana. Ia bukan manusia, aku seharusnya tidak melupakan fakta itu. Ia pasti dapat dengan mudah mengejar dan menangkapku. Aku tidak membuka mulutku untuk berbicara karena takut menggigit lidahku saat sedang berlari. Akhirnya aku menyadari yang kulakukan sekarang adalah bagian dari rencana Cezar. Berlari di tengah hutan adalah salah satu dari latihan yang ia maksudkan.

Aku jatuh tersungkur ke depan dengan sengaja karena benar-benar kelelahan. Tidak peduli dengan sosok Cezar yang tiba-tiba muncul dan berdiri di sampingku, menatapku yang berbaring telungkup dengan senyuman puas.

“Kau sudah berlari selama lebih dari dua jam, bagus sekali. Staminamu cukup bagus untuk ukuran manusia.” 

Benarkah? Aku tidak tahu berapa lama aku telah berlari, pikirku sambil terengah-engah untuk mengatur napasku juga jantungku yang terlalu banyak dipompa. Kemarahan karena telah bergerak sesuai rencana yang dibuat oleh Cezar terkalahkan oleh kelelahan yang kurasakan sekarang.

“Setelah ini kita akan memanjat tebing. Jangan sampai jatuh, ya. Aku bukan orang baik yang akan memberimu pengaman.” Ia menambahkan.

Aku tidak sanggup berdiri dan kakiku masih terasa seperti ubur-ubur, tapi dengan seenaknya ia menyuruhku untuk memanjat tebing?

Oh, mendadak tubuhku gatal karena ingin mandi dengan darah dan ditambah ceceran potongan tubuhnya.

Cezar tersenyum dan aku menyipitkan mataku dengan curiga saat ia duduk berlutut dan membawa dua jari tangannya ke dalam mulutnya. Aku melihat ia menggigitnya kemudian membawa jarinya yang sudah berlumuran darah ke mulutku. Tanpa berpikir lagi aku memasukkan kedua jarinya sampai ujung jari-jarinya panjangnya menggelitik tenggorokanku. Aku memejamkan mataku untuk menikmati sensasi darahnya yang langsung menghilangkan kelelahan dan juga rasa sakit dari luka-luka goresan di tubuhku.

Dangerous Beauty (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang