Aroma minuman keras menyengat indra penciumanku. Gema pekikan amarah terus menerus terdengar di telingaku dan bercampur dengan suara musik keras. Dua orang pria sekarang sedang berhadapan di bagian tengah ruangan, saling meludah, saling memutari satu sama lain, sementara para penonton sibuk menyingkirkan meja dan kursi. Pria yang lebih tinggi dari pria kedua melayangkan pukulan kacau dan membuat yang satu lagi terlempar ke arah satu penonton. Penonton itu tidak terima dan mendorongnya kembali ke tengah arena, tetapi justru mengenai penonton yang lain. Dalam hitungan detik, ruangan itu sudah dipenuhi oleh perang tinju.
Aku semakin merapat ke dinding. Berusaha sebisa mungkin membuat diri sendiri tidak terlihat. Benar-benar berharap tidak terlihat. Oh Tuhan, bagaimana mungkin hidupku berubah total sejak usiaku menginjak angka delapan belas? Sebelumnya meski aku belum cukup umur, karena koneksi yang dimiliki ayahku aku bisa memasuki klub-klub bergengsi dan selalu mendapatkan pelayanan terbaik. Di dalam diriku tentu saja aku masih beranggapan bahwa aku adalah seorang Faustine yang terhormat dan tidak seharusnya aku pernah mendaratkan kakiku ke tempat kecil yang kacau balau seperti ini.
“Hajar dia sampai mampus!” Suara itu dibarengi dengan suara piring pecah.
Aku hanya bisa meringis menyaksikan perkelahian yang sudah berkali-kali kusaksikan itu seperti kaset yang diputar ulang. Para pengunjung di sini sepertinya menganggap tontonan itu sebagai hiburan dan bukannya berusaha menghentikan, mereka semua malah tertawa kesenangan dan memasang taruhan siapa yang akan menang.
Oh, pintar sekali vampir itu. Meninggalkanku di tempat yang tak bisa kutinggalkan.
Setelah Cezar mengatakan bahwa kita berdua akan pergi keluar, aku hampir saja melompat kegirangan dan sudah merencanakan seribu satu cara untuk kabur—oke, mungkin tidak sampai seribu. Tapi kutekan perasaanku karena kecurigaan tentu saja membuatku bertanya tentang tempat yang akan ia tuju.
“Sebuah kedai,” jawabnya singkat. Lalu dengan santai ia melepaskan kemejanya dan melemparnya ke arahku yang terbelalak dengan mulut terbuka lebar saat melihat otot perutnya yang seperti dipahat. Ia meninggalkanku untuk masuk ke dalam kamarnya dan hanya dalam hitungan detik, ia sudah keluar dengan memakai kaos dan jubah hitam yang dilengkapi dengan sarung tangan berwarna sama. Semua yang dikenakannya membuat sosoknya terlihat gelap.
Misterius.
Dan sangat menggiurkan.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menyadarkan diriku sendiri.
“Pakai ini.” Cezar melemparkan sesuatu yang ternyata dipegangnya sejak keluar dari kamar dan terjatuh tepat di bawah kakiku.
Aku mengangkat kedua alisku karena terkejut. Sungguh sebuah misteri darimana Cezar mendapatkan baju perempuan, terlebih lagi ukuran tubuhku. Tapi aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi karena sudah terlalu banyak hal gila yang masuk ke dalam otakku dan aku tidak ingin jawaban yang ia berikan mempengaruhi kewarasanku.
Akhirnya aku mengenakan celana jeans berwarna hitam, dan tank top hitam sederhana dengan bra di bagian dalam. Penopang tambahan yang terdapat pada kawat yang menyangga area dadaku membuatku lega karena pakaian yang kukenakan membuatku leluasa dalam bergerak. Kemudian karena tidak memiliki alas kaki, Cezar memberikan heels milikku yang ternyata masih disimpannya.
Setelah berganti pakaian di kamar mandi, vampir itu langsung menarik tanganku begitu saja dan membawaku pergi.
Bukan dengan berjalan kaki, tapi dengan teleportasi!
Saat aku masih merasa syok karena kemampuan teleportasi yang ia miliki dan hampir saja muntah karena putaran yang kurasakan saat kita berdua berpindah tempat, Cezar meninggalkan pesan padaku bahwa aku harus tetap diam di tempat kalau mau keluar secara utuh. Setelah itu ia langsung lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Beauty (ON HOLD)
VampireFarren Faustine tidak akan pernah menyangka hidupnya yang sempurna akan berubah total sejak malam di pesta ulang tahunnya yang ke delapan belas. Tanpa alasan yang ia ketahui, tiba-tiba saja seorang pria masuk ke dalam kehidupannya, untuk kemudiaan m...