Keintiman seperti ini seharusnya tidak diperlukan.
Aku menggeliat tidak suka. “Lepas...,” Sebelum aku berhasil memprotes, Cezar sudah membekap mulutku dengan tangannya dari belakang.
Ia menundukkan wajahnya. “Sssh,” desisnya di telingaku. “Harley, ada ruangan kosong?” tanyanya pada Harley yang langsung mengangguk.
“Di ujung ruangan in, di dekat bar ada ruang yang sudah kuberi sihir perlindungan agar tidak ada makhluk yang bisa mendengar suara percakapanmu, Master.”
Master?
Aku mendongak dan melihat wajah Cezar yang mengangguk mengerti. Akhirnya ia melepas bekapannya dari mulutku yang membuatku hampir kehabisan napas. Sebelum aku berhasil menarik udara ke dalam paru-paruku, tiba-tiba saja Cezar sudah berada di sampingku, lengannya memeluk pinggangku begitu erat dan menarik tubuhku ke tubuhnya saat ia menundukkan kepalanya ke arahku. Mulutnya sudah dekat dengan tenggorokanku. “Harley, tadi aku pergi menemui Fade dan sebentar lagi dia akan datang setelah menyelesaikan urusannya.” Bibirnya menyentuh leherku, membuatku bisa merasakan gerakan bibirnya di leherku. “Setelah aku selesai bicara dengan mainanku, aku ingin kalian bertiga menemuiku.”
“Cezar, kau...”
“Jangan bicara, perempuan.” Cezar mengangkat kepalanya dan menatapku. Matanya menyipit, tapi dari balik naungan bulu matanya yang lebat aku bisa melihat bercak-bercak berwarna merah darah di matanya.
Peringatan tanpa kata.
Aku mengatupkan bibirku dengan bijaksana. Membiarkan Cezar membawaku menuju pintu besi yang melengkung di ujung ruangan dan melewati kekacauan yang terjadi di tengah-tengahnya. Ia menggeser lepas engselnya dengan tidak sabar dan membukanya dengan kasar. Lalu menarikku masuk dan menutup pintunya. Kegelapan total langsung menyambutku karena tidak ada cahaya yang masuk ke dalam ruangan ini.
Setelah mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan mataku dengan kegelapan, aku mendapati Cezar yang berdiri tak jauh di depanku. Matanya yang bercahaya di dalam kegelapan tidak lagi membuatku terkejut, tapi sorot matanya yang posesif membuat api amarah dengan cepat membakar dadaku. “Aku bukan barang dan brengsek kau, aku bukan mainanmu!” semburku tanpa peduli dengan konsekuensinya.
Tidak diduga-duga, Cezar mendecakkan lidahnya. Suara decakannya yang bergema membuat telingaku memanas. “Keras kepala seperti biasa, seharusnya kau senang karena aku selalu menjaga apa yang menjadi kepunyaanku dengan baik."
“Selama aku berguna, iya kan?” sahutku ketus. “Jangan bercanda, tidak ada kebaikan di dalam dirimu.” Aku mengambil satu langkah mundur kebelakang. Benar-benar membenci keadaanku sekarang yang berada di ruangan segelap ini bersama dengan Cezar yang sedang menatapku seperti seekor predator buas.
“Lari lagi, sayang?”
Aku menggertakkan gigiku. “Berada di dekatmu membuatku mual.” Kebohongan besar. Ruangan ini terasa panas dan lembab. Mengakibatkan wangi tubuh Cezar yang merupakan campuran pinus serta rempah-rempah tercium semakin tajam. Kesadaran itu membuat darahku terasa memanas dengan cepat.
"Ah, kau berbohong."
"Di dalam mimpimu, vampir."
"Kau menggodaku untuk mewujudkan mimpiku."
Dan sebelum aku menyadarinya, tiba-tiba saja aku sudah didorong ke dinding. Dinding beton yang dingin itu menyentakku. Aku membuka mulutku, mengeluarkan suara jeritan kecil karena kaget. Cezar menelan jeritanku dengan bibirnya. Dengan sebelah tangan, ia menggenggam kedua pergelangan tanganku dan menekannya ke atas kepalaku. Dengan tangan yang lain ia memegang daguku dan memiringkan kepalanya sedikit. Aku bisa merasakan taring Cezar di dalam mulutku yang berbenturan dengan gigiku karena ciuman yang keras. Ia mengisap lidahku, menusuknya dengan giginya yang tajam dan menarik beberapa tetes darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Beauty (ON HOLD)
VampierFarren Faustine tidak akan pernah menyangka hidupnya yang sempurna akan berubah total sejak malam di pesta ulang tahunnya yang ke delapan belas. Tanpa alasan yang ia ketahui, tiba-tiba saja seorang pria masuk ke dalam kehidupannya, untuk kemudiaan m...