Bab 1

44 3 4
                                    

"Ayah, Aray masih tidak mengerti kenapa kita mesti pindah ke tempat terpencil ini? Aray tidak suka Ayah...."

"Ralat... Desa kecil Aray, bukan tempat terpencil", tampak seorang paruh baya itu menghela napas tanpa menjawab pertanyaan anaknya. Telinganya sudah hafal dengan pertanyaan yang dilontarkan Aray berulang kali padanya. Dan berulang kali juga beliau sudah menjelaskan alasannya.

Mereka baru saja tiba di rumah itu dan aray sudah menunjukkan wajah tidak sukanya sejak mobil mereka menapaki wilayah desa ini padahal sebelumnya Aray tidak masalah dengan maksud kepindahan itu. Aray sendiri tidak tahu apa alasannya. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa sejak mobil Alphard milik keluarganya menapaki jalanan desa itu, insting Aray sudah menunjukkan rasa tidak nyamannya. Semacam rasa ketakutan, rasa ingin menghindar, atau entah apalah itu. Ahh, namun tampaknya itu hanyalah alasannya saja. Aray mendengus kesal. Tampaknya rasa tidak sukanya karena lingkungan barunya yang cenderung 'tradisional', kampung, kuno, hutan, atau apalah istilah lain sejenisnya itu. Ya, itu karena lingkungan di sini yang terlalu konservatif. Demikian pikir Aray.

Lebih daripada itu, Aray masih tidak bisa menerima bahwa alasan kepindahan mereka ke tempat ini adalah karena alasan mimpi yang didapatkan ayahnya. "Mimpi?! Bagaimana bisa kita harus pindah ke tempat terpencil macam ini hanya karena mimpi yang tidak jelas begitu?!" Itulah tanggapan Aray ketika ayahnya menjelaskan maksud kepindahan mereka.

Entahlah. Aray sendiri tidak tahu. Entah mengapa ia begitu sulit memahami maksud ayahnya itu. Nuraninya seolah tidak ingin menerima penjelasan ayahnya. Ia tidak suka tempat barunya itu. Sangat tidak menyukainya.

Semenjak mobil yang dikemudikan ayahnya itu memasuki gapura selamat datang di desa Kancah Sanyap, pemandangan yang dilihat Aray hanyalah hutan lebat di sepanjang sisi jalan dan kemudian setelah sekitar 30 menit, barulah terlihat deretan rumah-rumah sederhana yang memperlihatkan rutinitas penduduk. Sejak itulah, Aray merasa tidak menyukai lingkungan barunya itu. Ia mulai mengomel sepanjang perjalanan dan menanyakan pertanyaan yang intinya sudah dijawab sang ayah. Ya, Aray hanya tinggal bersama ayahnya. Ibunya sudah pergi meninggalkan mereka sejak Aray masih kecil dan sekarang Aray sudah menginjak 16 tahun. Jika ada mobil lain yang mengiringi perjalanan mereka, paling itu hanyalah mobil pengangkut barang pindahan yang berjalan beriringan di belakang mereka.

Kini mereka sudah tiba di sebuah rumah sederhana bercat krem namun terlihat cukup asri dengan beberapa tanaman dan pohon yang tumbuh subur di sekelilingnya. Rumah ini terbilang sangat sederhana dibandingkan dengan tempat tinggal Aray sebelumnya. Itulah salah satu alasan Aray merasa heran dengan kepindahannya kali ini. Coba saja dibayangkan, bisa-bisanya ayahnya memilih tempat terpencil macam ini sebagai tujuan kepindahan mereka? Jauh dari perkantoran, jauh dari pusat layanan masyarakat, jauh dari teknologi canggih, dan... ya jauh dari segala yang kekinian deh.... Apakah ayahnya bangkrut? Apakah ayahnya terlilit hutang? Ataukah ayahnya sedang menghindari lintah darat? Mungkin alasan itu akan lebih masuk akal di pikiran Aray saat ini ketimbang alasan 'mimpi' seperti yang dilontarkan ayahnya ketika ditanya. "Oh, shit? What the hell, Dad?" Ingin rasanya Aray mengumpat saat ini juga.

Berbicara soal mimpi, ayah Aray hanya mengatakan bahwa dia telah memimpikan hal yang sama sebanyak 3 kali berturut-turut dan entah mengapa itu terlihat sangat nyata. Ayah Aray merasa terganggu dengan mimpi itu dan... itu terlihat sangat menakutkan baginya. Dalam mimpinya ia melihat hutan dan papan nama bertuliskan Kancah Sanyap. Ya, hanya itu yang terlihat dalam mimpinya. Namun sekali lagi, itu terlihat sangat nyata. Persis dengan pemandangan yang terlihat di sepanjang jalan tadi. Dan setiap kali mimpi itu muncul, ayah Aray merasa seperti mendapatkan dorongan bahwa ia harus ke sana. Maka dari itulah, mereka berakhir di tempat ini sekarang. Setidaknya, untuk sementara waktu.

Hantu Labirin 6 KM (Labyrinth 6 KM's Spirits)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang