Enam tahun yang lalu.
Tidak pernah ada yang istimewa dalam kehidupan SMA-ku. Karenanya aku selalu berharap agar waktu cepat berlalu. Sayangnya, semakin aku bosan menjalani kehidupan di SMA, maka semakin lama pula waktu berjalan. Jadi, di sinilah aku sekarang. Seorang diri, di sudut ruang kelas dan hampir mati kebosanan.
Sebenarnya aku tidak benar-benar sendirian. Bahkan ruang kelas ini jauh dari kata sepi. Dari tempat duduk ini, aku bisa mengamati wajah semua temanku. Sebagian besar dari mereka tengah berbincang dengan sesamanya, seberapa kelompok lainnya bahkan mengobrol sambil tertawa. Sebagian lainnya terlihat tengah berpamitan dan bersiap pulang bersama-sama.
Dari berbagai macam hal yang mereka lakukan, ada satu kesamaan yang bisa kutemukan. Di antara mereka semua, sama sekali tidak ada yang mengajakku bicara.
Entahlah, aku juga tidak ingat sejak kapan aku berhenti bicara dengan semua orang. Tidak, tidak. Aku bukannya sama sekali tidak pernah bicara dengan teman-temanku. Kalau cuma sekedar memgucapkan 'ohayou gozaimasu,' 'konichiwa,' dan 'otsukaresama dehita,' aku juga pernah melakukannya. Hanya saja, itu semua cuma berakhir sampai tahap basa-basi. Tidak lebih.
"Otsukare, Natsumi." sapa Airi-san, ketua kelas kami, sambil lalu.
Tuhkan, apa kubilang.
"Eh? Iya?" Sayangnya responku selalu lambat seperti ini. Ketika sadar, Airi-san sudah berlalu.
Huh. Aku bangkit dari tempat duduk sambil menghela napas. Setelah mengemasi semua barang di meja, aku pun berjalan meninggalkan kelas.
Kalau mau jujur, sebenarnya aku bosan menyendiri seperti ini. Tapi kurasa, ini jauh lebih baik daripada menjadi orang yang tak kusukai hanya untuk disukai teman-temanku.
Biarlah mereka menanggapku tidak menarik, tidak menyenangkan, tertutup dan aneh. Toh sekarang aku bisa menjadi diriku sendiri dan bisa lari ke duniaku.
"Oh, konichiwa, Natsumi-chan," sapa Kitagawa-sensei begitu Aku tiba di ruang klub lukis.
"Konichiwa, Kitagawa-sensei," balasku ramah. Di antara semua orang yang menyapaku, mungkin hanya Kitagawa-sensei lah yang benar-benar mengharapakan balasanku.
"Seperti biasa, kau yang pertama tiba."
Aku langsung mengambil posisi duduk di depan kanvasku. "Itu karena aku ingin cepat-cepat menyelesaikan lukisanku."
Ya, di saat semua hal tidak berjalan baik –semua hal memang tidak pernah berjalan baik– hanya melukislah pelarianku. Dengan melukis, aku bisa menciptakan apa saja dan menjadi apa saja melalui dunia kosong di balik kanvas. Seperti misalnya minggu ini, aku memilih untuk jadi ikan koi yang berenang pelan di aliran air yang tanang. Kalau ditanya mengapa aku melukis ini, mungkin alasanya karena aku sedang menginginkan ketenangan.
Ketika aku tengah menuangkan cat yang akan kugunakan, Kitagawa-sensei menghampiriku. "Natsumi-chan, aku akan keluar sebentar. Katanya ada yang ingin bergabung dengan klub lukis, jadi aku harus menemuinya."
"Anggota baru? Di tengah tahun ajaran seperti ini?"
"Begitulah. Kau tahu sendiri kan, kita membutuhkan anggota baru," jawab Kitagawa-sensei sebelum meninggalkan ruang klub.
Kitagawa-sensei benar. Kalau dilihat dari jumlah anggotanya, klub lukis kami sangat memprihatinkan. Anggota klub kami hanya terdiri dari empat orang anak kelas tiga, tiga orang anak kelas satu, dan satu orang anak kelas dua, yang tak lain adalah aku. Dengan jumlah anggota yang bisa dihitung jari seperti ini, tak heran kalau kita bisa menerima kehadiran anggota baru dengan tangan terbuka kapan saja. Tidak perlu seleksi. Kalau ada yang ingin bergabung saja, kita sudah sangat bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Even after all these years
Romance[TELAH TERBIT BERSAMA PENERBIT KORU - MARET 2019] Bagi Natsumi, keputusan untuk pulang ke Tokyo, berarti keputusan untuk berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu apa? Oh, Natsumi benci membicarakannya. Sekarang, ia hanya berharap kalau semuanya...