kau, aku dan waktu
Bagaikan poros tak bertepi
Yang berusaha berdiri tegar menggunakan satu kakiBerusaha dipadamkan oleh tirani
Tertutup oleh tirai kegelisahan dan terperangkap dalam lautan keraguan
Dengan kebohongan sebagai buihnyaKami membawa senapan tak bersuara di medan perang
Suara tercekat teredam oleh tirani yang meneriakan kehancuran kami
Melalui kerongkongan-kerongkongan ketidakwarasan merekaSenapan yang kami bawa bukanlah senapan berpeluru baja
Melainkan senapan berpeluru asa dan doa
Yang siap melesat menghancurkan jantung sang tembok tiraniYogyakarta, 7 Maret 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI
PuisiAku bukanlah seorang penyair yang handal menghidupkan kata-kata layaknya Kahlil Gibran. Aku hanyalah seorang Jingga yang mencurahkan isi hatinya kedalam sebuah tulisan. Nikmatilah setiap irama puisi hancur yang aku tulis yang berakar dari kegundaha...