Elang melangkah masuk keballroom sebuah hotel berbintang lima tempat acara resepsi pernikahan tetangganya berlangsung. Ia datang tak sendirian. Tangan kanannya menggandeng seorang wanita yang terlihat anggun mengenakan baju kurungbrokat warna emeraldberpadu dengan kain batik sebagai bawahan, tak lupa selembar kerudung menutupi kepalanya yang menambah kesan sopan semakin kentara. Wanita berparas kebarat-baratanitu tak lain adalah Rahma, sang mama.
Banyak mata yang melirikpasangan ibu dan anak tersebut, beberapa bahkan saling berbisik memberikan komentar. Entah komentar apa, tapi Elang berharap semoga saja komentar baik dan bukannya menyangka bahwa ia dan Rahma adalah sepasang berondong dan tante genit seperti yang pernah terdengar sebelumnya. Elang sudah terbiasa akan hal itu.Sudah tak aneh lagi baginya saat banyak orang memperhatikan bagaimana ia tanpa sungkan dan ragu menggandeng tangan wanita yang telah melahirkannya itu seperti menggandeng tangan sang kekasih. Ia melakukannya sebagai salah satu tanda bukti rasa sayang dan hormat pada sang mama.Apalagi sampai saat ini ia belum memiliki gadis pujaan hati. Jadilah Rahma masih menjadi satu-satunya wanita yang selalu ia utamakan, belum ada saingan. Ia memperlakukan Rahma layaknya seorang ratu meskipun dulu wanita itulah yang memisahkannya dari Sarah, gadis yang teramat dicintainya bahkan hingga kini.
Sejak orang tuanya bercerai sekitar lima belas tahun silam, Elang sudah bertekad akan selalu membahagiakan dan menjaga mamanya. Bagaimana tidak, ia tahu betul betapa menderita dan nelangsa Rahma saat mengetahui kenyataan pahit bahwa sang suami berselingkuh dan telah menikah lagi dengan perempuan lain.
Elang sempat marah karena Rahma-lah otak dari perpisahannya dengan Sarah tapi mengingat suara tangisan pilu akibat pengkhianatan dan perceraian itu, yang ia dengar hampir tiap malam dulu membuat amarahnya tak bertahan lama menghinggapi dirinya. Ia memang sangat mencintai Sarah tapi juga tak mau memendam amarah terlalu lama pada Rahma.Bagaimanapun wanita itu adalah mamanya. Ia tak ingin Rahma bersedih lagi. Ia berusaha untuk selalu ada saat Rahma membutuhkannya, bahkan ia tidak keberatan sama sekali untuk mengantar dan menemani mamanya itu ke mana pergi.
"Lang, kamu kesusul aja sama si Adam. Dulu dia adik kelas kamu, 'kan?"
Adam adalah nama si mempelai pria, teman bermain Elang saat masih kecil dulu dan juga adik kelasnya saat duduk di sekolah dasar. Adam berusia lebih muda dua tahun darinya dan ia tidak suka mendengar sindiran yang keluar dari mulut mamanya. Memangnya jika usia seseorang lebih tua maka secara otomatis ia akan mendapatkan jodoh lebih dulu? Tentu saja tidak. Jodoh itu bagian dari takdir dan takdir itu urusan Tuhan.
"Kalo dulu mama nggak misahin aku dari Sarah, mungkin Adam yang nyusul aku sekarang."
Rahma hanya bisa terdiam. Balasan Elang atas sindirannya itu begitu menohok. Terkadang rasa bersalah masih menghantuinya karena telah memisahkan Elang dari Sarah, apalagi ditambah dengan mengingat kenangan buruk sang anak yang hampir depresi. Itu membuatnya semakin merasa bersalah. Ia menyesal telah melakukan hal tersebut dulu yang membuat anak lelakinya memilih tetap menyendiri hingga kini.
Nasi sudah menjadi bubur, ia tak bisa mengembalikan Sarah pada Elang karena perempun itu sekarang sudah hidup bahagia dengan suami dan anaknya. Namun itu bukan berarti ia menyerah untuk membuat Elang bisa kembali membuka hati untuk perempuan lain. Ia tak ingin Elang terus menerus terperangkap dalam bayang-bayang Sarah. Elang harus melupakan perempuan itu. Apalagi usia Elang sudah mendekati kepala tiga dan sudah matang untuk menikah, ia pun ingin segera menimang cucu. Jadi tak salah jika malam ini ia akan mengenalkan seorang perempuan pada anaknya itu. Semoga saja mereka cocok satu sama lain dan bisa berlanjut ke hubungan yang lebih serius. Begitu harapan Rahma.
Selama ini yang Rahma tahu, Elang tidak sedang dekat dengan seorang perempuan semenjak anaknya itu putus dari Sarah. Hanya Arinda perempuan yang dekat dan sering diajak pergi berdua bersama Elang. Sejak kecil hubungan Elang dan anak perempuan tetangga depan rumahnyaitu hanyalah sebatas hubungan kakak-adik, tak lebih. Elang sangat menyayangi Arinda sebagai adiknya bahkan rasa sayang Elang pada gadis itu melebihi rasa sayangnya pada adik-adik sepupunya. Itu karena rumah Arinda berdekatan dan bisa setiap hari bertemu juga bertegur sapa, berbeda dengan sepupu-sepupunya yang tinggal berjauhan bahkan ada yang tinggal di luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT PESONA KAKAK
Romance(SUDAH TERBIT) "Kakak, I love you as a woman loves a man ...," ucap Arinda pada Elang