"Lang, kamu nggak lagi bohongin Mama, 'kan?"
Dahi Elang mengernyit. Ia sedang mencerna pertanyaan yang dilontarkan Rahma. Ia belum tahu arah pertanyaan itu ke mana. "Maksud Mama apa?"
"Itu lho, soal kamu yang pacaran sama Arinda."
Elang berdeham alih-alih terbatuk karena mendengar ucapan sang mama. Ternyata Rahma masih meragukan tentang kebenaran hubungan asmaranya dengan Arinda. Tentu saja, sebab yang Rahma tahu ia dan Arinda sudah seperti kakak dan adik kandung, bahkan hubungan mereka lebih harmonis dari sepasang kakak-adik sungguhan. Tadi secara tiba-tiba ia mengakui Arinda sebagai pacarnya. Sudah tentu Rahma tidak akan mempercayainya begitu saja. Tapi sebisa mungkin ia akan membuat mamanya itu yakin bahwa ia memang benar-benar sedang menjalin hubungan asmara dengan Arinda, bukan lagi hubungan kakak adik.
"Mama curiga itu cuma akal-akalan kamu biar bisa ngehindar dari Ayara. Iya, 'kan?"
Elang mulai dilanda rasa panik seperti seorang maling yang sedang mencuri lalu tertangkap basah oleh si pemilik rumah. Tuduhan mamanya itu sangat tepat mengenai sasaran. Ia melirik sekilas Rahma yang duduk di sebelah kemudian kembali mengarahkan pandangan lurus ke jalanan di depan sambil berusaha menenangkan diri. Saat ini ia memang sedang dalam keadaan menyetir dari hotel tempat resepsi pernikahan menuju rumah.
"Aku beneran pacaran kok, sama Arinda," ujar Elang setenang mungkin.
"Sejak kapan?"
Nah, Rahma mulai menginterogasi Elang dan itu membuat otak Elang harus berpikir cepat dan kreatif. Ia harus bisa mengarang jawaban yang masuk akal dan meyakinkan. Pokoknya jangan sampai Rahma tahu bahwa ia sedang berbohong. Ia memang sangat menyayangi dan menghormati mamanya tapi juga tak ragu jika harus membohongi wanita itu demi kebaikan dirinya sendiri, demi tidak dijodohkan lagi dengan perempuan mana pun. Baginya perjodohan hanyalah untuk orang-orang tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak laku sedangkan ia bukan tipe orang seperti itu.
Sejak kapan, ya? Elang terus berpikir.
Jangan kelamaan mikir, Elang! Nanti Mama bakal tambah curiga.
"Sejak beberapa bulan lalu."
"Tepatnya tanggal berapa dan bulan apa?"
Astaga! Tiba-tiba Elang ingin berteriak. Ia mulai merasa tertekan dengan pertanyaan lanjutan yang diajukan Rahma. Ia tidak habis pikir, mengapa bisa mamanya menanyakan hal yang tak penting seperti itu. Ia jadi curiga, sepertinya mama sedang menguji dirinya.Baiklah, ia siap untuk kebohongan selanjutnya.
"Sebenarnya aku suka Arinda udah lama, Ma. Tapi aku baru bisa ngungkapin perasaan aku ke dia dan resmi pacaran pas malam tahun baru kemarin. Mama ingat, 'kan, waktu itu aku ngajak Arinda ke hotel buat ngerayain tahun baru bareng orang-orang kantor?"
"Iya, Mama ingat."
Elang melanjutkan cerita karangannya. Sebenarnya tidak semua karangan sih, karena momen itu memang benar terjadi. Saat malam tahun baru sekitar tiga bulan lalu ia mengajak para pegawainya untuk merayakan malam pergantian tahun dengan menginap di sebuah hotel mewah dan menikmati sajian yang ada seperti makan malam juga live music performance, tak lupa pertunjukan kembang api. Ia memang dikenal sebagai seorang atasanbaik, ramah, dan dermawan yang membuat para pegawai loyal, betah dan tentu saja bekerja dengan sebaik mungkin.
Tak hanya menjadi bos yang baik, ia juga kakak yang baik bagi Arinda. Makanya ia mengajak Arinda untuk turut serta di acara tersebut, bahkan mengizinkan gadis itu membawa seorang teman. Tentu saja Arinda memilih Erika untuk menemaninya.
"Pas jam dua belas teng, diiringi bunyi kembang api yang dar der dor berisik gitu, aku nembak Arinda, Ma. Awalnya dia kelihatan kaget tapi lama-lama dia senyum manis banget dan bilang 'I love you too'."
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT PESONA KAKAK
Romance(SUDAH TERBIT) "Kakak, I love you as a woman loves a man ...," ucap Arinda pada Elang