6

2.8K 134 17
                                    

Elang membuntuti sebuah taksi yang mengangkut Arinda.Ia gagal mengejar gadis itu saat keluar dari kafe tadi karena Andre mencegahnya pergi dan memohon untuk kembali ke atas panggung tapi tentu saja ia menolak. Saat ini ia hanya ingin menghibur Arinda bukannya pengunjung kafe. Ia tahu Arinda pasti sedang merasakan patah hati dan ia juga tahu bagaimana rasanya itu. Sakit. Dan yang lebih parahnya, ia yang telah mematahkan hati gadis itu.

Kakak, I love you...

Pengakuan cinta dari Arinda itu terus terngiang-ngiang di telinga Elang.Ia masih tidak percaya bahwa Arinda mencintainya padahal selama ini ia mengira gadis itu selalu menganggapnya sebagai seorang kakak. Ini sungguh mengejutkan.

Bagaimana bisa Arinda jatuh cinta padanya bahkan sejak lama dan ia tidak mengetahuinya? Apakah karena Arinda yang pintar menyembunyikan perasaan atau iayang tidak peka?Tanpa ia sadari sudah banyak ucapan ataupun tindakan Arinda yang seakan menjadi 'kode' bahwa gadis itu menyimpan rasa untuknya.

Astaga! Ya, benar.Elang baru menyadarinya sekarang. Mulai dari kemarahan Arinda saat mengetahui ia sedang stalking akun media sosial milik Sarah, meminta diaminkan untuk do'a agar segera menikah dari seseorang yang mengira mereka adalah sepasang kekasih hingga gadis itu terlihat sangat bersemangat dan senang kala menjadi pacarnya walau hanya sandiwara.

Semua itu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Arinda mencintainya tapi mengapa Elang tidak pernah menyadari? Ah, ia memang tidak peka. Kini ia merasa sangat bersalah, apalagi Arinda sampai meneteskan air mata karenanya.

Elang merutuki diri sendiri.Ia menyesal telah melantunkan lagu Terjebak Nostalgia. Ia memang bodoh, tidak berpikir sebelumnya bahwa lagu itu bisa membuat hati Arinda semakin sakit. Sudah tahu gadis itu tidak mau mendengar kata penolakan darinya, ia malah menyanyikan lagu itu yang secara tidak langsung menolak Arinda.

Kini pikiran dan hati Elang jadi kacau karena pernyataan cinta dari Arinda kepadanya.Ia tidak bisa membalas cinta Arinda tapi juga tidak mau gadis itu merasakan sakitnya patah hati.

Taksi yang ditumpangi Arinda berbelok arah memasuki jalanan komplek perumahan tempat tinggalnya.Elang yang sedari tadi membuntuti jadi merasa lega. Setidaknya Arinda memilih pulang ke rumah bukan ke tempat lain. Ia sangat mengkhawatirkan Arinda, apalagi saat gadis itu kabur darinya dan memilih untuk naik taksi. Ia tahu Arinda tidak biasa menumpang kendaraan umum di malam hari karena ketakutan, takut diculik dan takut dijahati. Makanya Arinda selalu minta dijemput sang papa atau dirinya jika sedang berada di suatu tempat di malam hari.

Mobil Elang berhenti tepat di belakang taksi yang kini sedang menurunkan Arinda di depan rumahnya. Ia pun ikut turun dari mobil lalu segera mengikuti Arinda memasuki pelataran rumah. Ia ingin meminta maaf sekali lagi pada Arinda.

"Arinda, tunggu!"

Arinda tak mempedulikan panggilan Elang.Ia terus mempercepat langkah. Kini ia jadi serba salah pada Elang, tak tahu harus bersikap bagaimana setelah jujur mengakui perasaannya.

"Arinda, berhenti."

Akhirnya Elang berhasil meraih lengan Arinda dan menghentikan langkah gadis itu saat akan menaiki anak tangga menuju pintu depan rumah.

"Lepasin, Kak! Tanganku sakit," keluh Arinda tanpa menoleh ke arah Elang yang berdiri di belakang sambil mencengkeram lengan kanannya.Ia masih enggan menatap wajah lelaki pujaan hatinya itu karena jika ia menatapnya, maka tangis yang sudah berhasil diredakan pasti akan timbul lagi dan ia tidak mau menangis di depan Elang.

"Maaf."

Elang tidak melepaskan tangan Arinda tapi hanya mengendurkan cengkeramannya saja. Perlahan-lahan ia membalikkan tubuh gadis yang berbalut blouse bermotif bunga-bunga itu agar menghadap padanya.

TERJERAT PESONA KAKAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang