Bab 6

993 42 1
                                    

*knock kcnok*
Suara pintu terdengar hingga ke kamar gue.

"Eh, Iqbal. Bentar ya, Audrey masih siap-siap." Ucap mami kepada Iqbal.
"Iya tante." Jawabnya sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Tante ke belakang dulu ya, ngelanjutin beres-beresnya."
"Iya tante." Sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Yuk, gue udah siap nih."
"Yuk, langsung aja nih?"
"Iya, mau ngapain lagi coba?"
"Pamit dulu ke mami papi lo."
"Oke, bentar ya gue panggil dulu."

"Mamii, ini Audrey sama Iqbal mau berangkat dulu."
"Oh iya, hati-hati ya sayang."
"Udah tuh, yuk berangkat?"
"Hm."

[ SKIP ]

Pulang sekolah, Iqbal ngajak gue jalan, tapi, gue gak bisa karena ada extracurricular di sekolah gue.

"Bal, gue balik agak telat. Ada urusan nih. Lo kalo mau balik, balik duluan aja gak papa."

"Gak, gue tunggu aja deh. Gue duduk di situ ya sambil nunggu lo?" Sambil menunjuk ke arah tempat duduk depan ruang TU.

"Oh iya iya, beneran gak keberatan nih?"

"Beneran, emang gue pernah boong sama lo?"

"Haha. Yaudah deh, tunggu yaa!"

"Iyaa, udah sana ganti baju."

"Iyaa, ini gue mau ke kamar mandi."

Keluar dari kamar mandi, gue udah siap untuk latihan basket hari ini.

Baru beberapa menit latihan, kaki gue terkilir. Rasanya sakit.

Tiba-tiba Iqbal berlari mendekatiku.

"Ada apa, Drey?" Tanyanya.

"Ah, gak papa kok. Cuma keseleo biasa aja."

"Bisa berdiri gak lu?"

"Bisa kok."

Gue coba untuk berdiri, tapi gagal. Gue coba lagi dan masih gagal. Akhirnya Iqbal Bantuin gue berdiri.

"Sini gue bantuin berdiri?" Tawarnya.

Gue pun langsung meng-iyakan tawaran Iqbal tersebut.

"Mau gue gendong?"

"Gue berat, Bal."

"Ah, engga kok. Lo gak berat. Buat gue lo itu kurus. Orang lo aja kaya tulang bergerak kok, haha."

"Enggak! Gue gak kaya tulang bergerak!"

"Udah, ini mau gue gendong gak? Gak juga gak papa sih, kebeneran punggung gue gak sakit."

"Gendong ih."

Iqbal bawa gue ke depan ruang TU untuk istirahat sejenak.

"Gue bawa ke mana nih?"

"Mau lo?"

"Rumah gue. Gue culik lo!"

"Rumah lo kan sebelahan sama rumah gue. Gue bisa kabur haha."

"Gue kunci semuanya."

"Gue dobrak pintunya."

Sampainya di depan ruang TU. Gue lihat kaki yang terkilir. Dan ternyata...

Kaki gue berdarah.

Sontak Iqbal pun langsung khawatir dan berniat untuk membelikan obat merah di kantin mba e.

"Eh, Drey. Itu kaki lo kenapa berdarah?"

"Gatau. Udah, gak papa."

"Gue beliin obat merah ya?"

Cinta dan Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang