Bab 10

775 17 3
                                    

03:48

Tibalah mereka di tujuan. Karena suasananya masih gelap, mereka memutuskan untuk pergi menuju penginapan terlebih dahulu. Di penginapan, Allin langsung merebahkan tubuhnya di kasur sedangkan Audrey beres-beres untuk persiapan di pagi harinya.

"Ah.. Gue capek banget nih. Untung gue ketemu kasur nih, kalo engga badan gue pada pegel." kata Allin dengan mata tertutup, mungkin ia sedang ngigo.
"Lin, bentar lagi pagi nih. Ayo cepetan bangun! Lu kebo banget suer dah." kata Audrey sambil menarik nafas panjang.
"Ng.. Nanti ah, masih jam segini juga." jawabnya dengan menutup kepala menggunakan bantal.
"Buset sekarang udah setengah lima woi. Bangun napa lu, kalo gak gue tinggal baru tau rasa lu!"
"Ih slow napa, gitu doang ngambek. Iya nih iya gue bangun." Allin bangun dari tempat tidurnya dan mengambil handuk, niatnya mandi tapi setelah mengambil handuk dia kembali tertidur lagi.
"Dih lu ngapa tidur lagi, Lin?" tanya Audrey sambil menepuk pahanya.
"Gue capek, Drey. Lu mandi duluan sana!" pinta Allin sambil menarik kembali selimut yang ada di dekatnya itu.
"Gue udah mandi. Lu kalo gak mandi gue tinggal lho!"
"Is.. Iya iya gue mandi. Nih liat gue lagi jalan ke kamar mandi kan?"
"Yaudah gih, buruan!" jawabnya sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala.

Beberapa menit kemudia Allin keluar dari kamar mandi.

"Buset, lu mandi bunga tujuh rupa  ya? lama banget." tanya Audrey.
"Enak aja lu! Lagian cewe wajar kali kalo mandi lama."
"Iya iya deh. Yaudah, udah siap belum?" tanya Audrey kepada Allin.
"Udah, Ayok berangkat?"Ajak Allin sambil memasukkan barang-barang ke dalam tasnya.
"Allin sama Audrey mana, Bal? Kok gak kelitan sih?" tanya Bobby.
"Gue juga gak tau, nih. Bentar gue coba telfon Audrey." sambil merogoh saku celananya itu.

"Halo, Drey. Lu di mana?" tanya Iqbal melalui telfon.
"Iya sorry, Bal. Tadi Allin susah banget disuruh mandi jadi gue agak telat. Btw gue udah mau sampe lobby, nih. Lu jangan kemana-mana."
"Oh iya-iya, Drey. Gue tunggu."
"Oke."

"Gimana, Bal?" tanya Bobby.
"Dia lagi ke sini. Katanya bentar lagi sampai." jelasnya.
"Oh gitu." sambil mengangguk-anggukan kepalanya, Bobby melihat Audrey dan Allin dari kejauhan.

"Eh, Bal. Tuh mereka." sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Audrey dan  Allin.

Iqbal beranjak dari duduk dan langsung menghampiri mereka.

"Lu lama banget, Drey?" tanya Iqbal ke Audrey.
"Kan gue udah bilang, gue nungguin Allin mandi. susah banget dia disuruh mandi."

"Lu tau sekarang jam berapa?" tanya Iqbal kepada Allin sambil melihat jam yang berada pada tangan kiri Iqbal.
"Mm.. Jam tujuh. Kenapa?" jawab Allin dengan santainya.
"Kita tuh kesiangan!" kata Iqbal sambil menaikkan nada bicaranya.
"Udah, Bal. Santai." kata Audrey sambil menepuk pundak Iqbal.
"Hm." jawabnya dengan menarik napas dalam-dalam.

"Udah yuk, kita jalan. keburu tambah siang." pinta Audrey kepada teman-temannya.
"Menurut artikel yang gue baca, dari Kota Yogyakarta berjalan ke arah selatan hingga sampai ringroad dan kemudian melewati Jalan Imogiri Timur." jelas Audrey.

"Bentar deh, emang kita tau jalan di sini?" tanya Allin.
"Gak sih. Terus gimana dong?" tanya Audrey.
"Kita naik taksi aja gimana?" Allin mengusulkan pendapat.
"Nah, cakep. Yaudah kita cari taksi." ajak Audrey.
"Tuh taksi." kata Allin sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah taksi tersebut.

Audrey melambaikan tangannya kepada taksi tersebut. Dan taksi itu berhenti. "Bang, bisa antar kami ke Hutan Pinus Imogiri?" tanya Audrey kepada abang taksi.

"Oh, iya bisa. Naik aja," kata tukang taksi tersebut. Kemudian mereka pun masuk.

Kemudian merekapun naik dan diantar ke tujuan. Di sana mereka sangat bahagia. Terlihat dari raut wajah Allin dan Bobby yang saat itu tertawa lepas di hutan. Sedangkan Audrey berpose di antara pepohohan dan Iqbal yang sedang memegang kamera memotret diri Audrey.

Setelah bersenang-senang di dalam hutan, terdengar suara dari perut Bobby menandakan bahwa ia lapar. Wajar aja, Bobby memang suka makan.

"Eh, suara paan tuh?" Tanya Allin.
"Bukan, bukan gue." Jawab Bobby sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Yabg bener lu, Bob? Gue dengernya dari perut lu tuh." Tegas Iqbal.
"Hehe, iya, bener gue. Abisnya gue laper. Beli makan kek!" Pinta Bobby kepada teman-temannya.
"Yaudah yaudah, kita makan yuk?" Ajak Audrey.

Kemudian mereka menuju ke rumah makan yang dekat dengan lokasi.

"Buset dah! Lu banyak amat ambil lauknya?" Tanya Allin sambil menaikkan alisnya menandakan bahwa dirinya kaget.
"Kan gue udah bilang, gue laper." Jelas Bobby.
"Bayar ndiri lu ya, jangan nyusahin Audrey. Mentang-mentang dia baik lu jadi manfaatin dia, gak boleh! Awas lu!" Tegas Allin.
"Iya, ya kali gue ga bawa duit. Lagian gue juga bawa kartu kredit kali." Pamer Bobby.
"Dih, dasar lu, udah gendut, nyebelin, sombong lagi!" Kata Allin sambil mendesis dan langsung pergi meninggalkan Bobby.

Setelah pergi meninggalkan Bobby, Allin segera menuju ke Audrey dan Iqbal yang sudah duduk di meja makan nomer 30.

"Ih, nyebelin banget si tu orang," kata Allin sambil menarik kursi yang ingin ia duduki.
"Ada apa, Lin?" Tanya Audrey.
"Itu tuh, si Bobby ngambil makanan banyak banget. Tar ujung-ujungnya dia minta dibayarin." Jelas Allin.
"Udah lah gak papa, sekalian sedekah. Bagaimanapun dia kan teman kita. Lo harus tunjukin kalo lo itu ga dateng pas lo butuh doang, tapi lo dateng disaat susah maupun senang."
"Iya deh, gue minta maaf." Dengan menundukkan kepalanya Allin merasa bersalah.

"Udah yuk, kita lanjut jalan lagi?" Tanya Audrey.
"Yuk, btw Bobby mana ya?" Tanya Iqbal.
"Tuh, lagi makan," tunjuk Allin sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah Bobby.

Mereka bertiga menuju ke arah Bobby berada.

"Bobby? Belum selesai?" Tanya Audrey.
"Hehe, belum, Drey."
"Yaudah buruan, lelet banget sih lu ke siput." Ejek Allin.
"Allin! Ga boleh gitu." Tegas Audrey.
"Udah udah ngapa jadi pada berantem sih," tanya Iqbal.
"Yaudah Bob, makannya cepetan ya, kita tunggu," pinta Audrey.
"Hehe, oke Drey."

Setelah itu, mereka menuju ke Malioboro untuk jalan-jalan dan membeli barang yang mereka cari.

"Jalannya dua dua ya? Gue sama Audey, lu sama Bobby. Oke?" Pinta Iqbal.
"Kenapa gue sama Bobby si? Kenapa ga sama Audrey aja, atau gak gue aja yang sama lu, Bal." Menampakkan wajah kesalnya.
"Gak, pokoknya gue sama Audrey, lu sama Bobby. Kalo gak mau yaudah lu sama Bobby jalan sendiri-sendiri," tegas Iqbal.
"Gak papa kan, Lin?" Tanya Audey.
"Hm." Jawabnya.
"Yaudah yuk jalan." Ajak Audrey.

"Lu nyari apaan si, Drey?" Tanya iqbal.
"Tas rajut nih, tapi belum ada yang bagus."
"Oh, tas rajut. Coba kita masuk pasar aja, kali aja ada yang bagus."
"Yaudah ayo."

Mereka berdua menuju ke pasar untuk mencari barang yang Audrey inginkan. Sedangkan Allin dan Bobby misah dengan Audrey dan Iqbal.

"Bob, gue cape nih. Duduk dulu ya?" Pinta Allin.
"Oh iya deh, lu aus gak? Nih gue ada minum?" Sambil menyodorkan botol minum miliknya.
*cegluk cegluk* begitu suara air yang Allin minum.
"Makasih, Bob." Memberikan botol minumnya ke Bobby.

"Lu keringetan tuh, nih gue ada tisu. Kali aja lu butuh." Bobby mengambilkan tisu yang ada di dalam tasnya dan segera memberikan kepada Allin.
"Makasih, Bob. Ngomong-ngomong lu baik juga ya,"
"Ya.. gue sih emang udah dari kecil diajarin sama ortu gue buat baik sama orang, tapi kadang orang malah bertindak semaunya gara-gara gue terlalu baik sama mereka. Tapi gue gak akan bales kejahatan dengan kejahatan, gue bales aja dengan senyuman gue yang paling manis se-dunia ini, wkwk." Jelas Bobby.
"Apaan si lo, Bob. Kok jadi curhat haha."

Langit sudah semakin gelap, menandakan bahwa hari sudah semakin sore. Karena mereka terpisah, mereka memutuskan untuk menuju ke penginapan langsung menggunakan ojek online.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta dan Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang